Brilio.net - Cuaca panas dan terik, jalanan di sekitar Tugu Jogja sesak dengan asap knalpot. Suara klakson saling bersahutan pertanda lampu lalu lintas telah berganti warna menjadi hijau, sepeda motor mulai mengambil celah untuk menikung pergerakan mobil demi bisa mendahului dari berbagai sisi.
Di tengah terjangan hawa panas yang mengundang keringat bercucuran, brilio.net tetap melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor menggilas aspal menuju ke arah jalan Jambon No. 136, Jogja. Tempat di mana praktek pijat Bang Udin berada.
Akhirnya kami sampai, setelah 20 menit berkendara dari daerah Nitikan, Umbulharjo. Marno (39) bergegas menghampiri dan menunjukkan tempat parkir kendaraan roda dua. Pria asli Berbah yang kemudian mengaku sebagai juru parkir di Pijat Bang Udin tersebut memburu-buru untuk lekas menuju ruang tamu.
foto: Gerbang masuk
Nama Bang Udin sendiri cukup terkenal, terutama bagi para pendukung kesebelasan sepak bola PSIM (Persatuan Sepak Bola Indonesia Mataram). Bahkan, pemilik nama lengkap H Mahyuddin MD tersebut dikenal jago menyembuhkan cedera para pemain PSIM Jogja. Tercata pada tahun 2005 ia ikut berjasa mengantarkan tim ini promosi ke divisi utama PSSI, sebelum akhirnya 'pensiun' tahun 2007.
Di ruang tamu tersebut telah menunggu seorang pria, tak lain adalah putra dari almarhum Bang Udin. Penerus jejak Bang Udin yang meninggal karena penyakit multiple myeloma (kanker pada sel-sel plasma di dalam sumsum tulang) pada Oktober 2010 .
"Mumpung masih sepi dan tidak ramai mas," kata Marno sembari menunjuk ke arah ruang tamu. Pijat bang Udin memang terkenal sekali dengan banyaknya pasien yang datang, dalam sehari bisa mencapai ratusan orang.
foto: Suasana saat masih sepi, tersedia kursi mengantre.
Lantas, saat memasuki ruang tamu yang tampak lebar dengan dua tempat duduk memanjang tersebut beberapa pasien hilir mudik. Jeda beberapa satu menit, kemudian datang lagi pasien baru. Di pojokan kursi tampak amplop putih menumpuk, di sanalah biasanya pasien menaruh sumbangan.
"Tak dipungut biaya, seikhlasnya," jawab Tanzirul Huda Nur Mahdi (30) atau biasa disapa Huda tersebut kepada pasien yang ingin membayar jasanya.
foto: Huda saat menangani pasien.
Tempat menerima pasien seharusnya di sebuah ruangan berbentuk kamar di depan rumah, namun saat itu memang sedang tidak bisa ditempati karena bocor di beberapa bagian atap sehingga menyebabkan ruangan tergenang air.
Huda merupakan anak pertama Bang Udin, ia bersama adiknya Win Mahmud Mauliddin meneruskan praktek pijat atau urut yang telah puluhan tahun berdiri tersebut. Alumni Ekonomi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini 2006 tersebut mengaku mulai mengikuti jejak orang tuanya sejak 2007 silam.
Disinggung brilio.net apakah ada resep atau ramuan khusus, ayah empat orang anak ini mengaku tidak ada. "Nggak ada resep khusus, ceritanya malah sepulang ibadah haji tahun 2005, bapak bilang suruh mulai bantu praktek. Nggak diajari, langsung praktek saja," ujarnya.
Huda sendiri mengaku dalam sehari bisa mencapai ratusan orang yang datang, selalu buka tiap hari kecuali bila ada acara keluarga atau saat lebaran baru praktek tutup. Selain itu, tawaran pun datang dari berbagai kalangan, mulai jadi terapis klub sepak bola hingga kunjungan ke luar negeri.
"Pernah ditawari ke Suriname, tapi saya tolak," tambahnya. Meski begitu, Huda juga tak menampik pernah keliling ke berbagai daerah di Indonesia. Ia pernah praktek di Jakarta, Balikpapan dan beberapa kota lainnya tapi dalam waktu dekat ia tak akan melakukan itu.
Huda tak muluk-muluk untuk berkunjung ke luar kota, ia tampak lebih memprioritaskan pasien yang ada di Jogja dan sekitarnya. Bahkan, ia tak memilih menginap jika terpaksa harua ke luar kota agar malam harinya bisa tetap membuak praktek dan membantu warga yang butuh bantuan.