Brilio.net - Jumat (15/3) lalu menjadi hari yang penuh duka bagi umat muslim di dunia, khususnya umat muslim di Selandia Baru. Sebuah penembakan brutal dilakukan oleh seorang pria di dua masjid yang berada di kota Christchurch dan Linwood yang menewaskan 50 orang. Insiden tersebut terjadi saat jemaah tengah melaksanakan salat Jumat.

Polisi langsung mengamankan empat orang yang terdiri dari tiga laki-laki dan satu perempuan sebagai tersangka. Salah satu tersangkanya adalah pria berkewarganegaraan Australia bernama Brenton Tarrant. Tarrant merupakan pelaku penembakan yang melancarkan aksinya di Masjid Al-Noor, Christchurch dan Linwood Islamic Center. Dalam aksinya tersebut, Tarrant bahkan merekam aksinya melalui Live Facebook selama 16 menit.

Tak hanya pihak polisi dan keamanan Selandia Baru yang menuai pujian karena bisa dengan cepat membekuk para pelaku. Sosok pria bernama Abdul Aziz yang merupakan pengungsi asal Afghanistan kini juga menjadi perbincangan lantaran aksi heroiknya yang berani menghadang Brenton Tarrant.

pria hadang pelaku penembakan   2019 brilio.net

foto: stuff.co.nz


Di saat banyak orang menghindari peluru dan bersembunyi, Abdul Aziz justru berani menghadang. Pria berusia 48 tahun itu justru berani menghadang Tarrant dengan mesin pemindai kartu kredit, yang ia gunakan untuk menakut-nakuti Tarrant. Dengan alat tersebut, Aziz berlari keluar ke arah Tarrant, dan berteriak "Kemari!".

Aksi heroik Abdul Aziz tersebut disampaikan langsung oleh imam masjid Linwood, Latef Alabi. Dalam interviewnya bersama beberapa media luar, Alabi mengatakan jika bukan karena aksi berani Abdul Aziz, jumlah korban mungkin akan lebih tinggi.

"Di waktu genting ini, saudara lelaki tersebut (Aziz) datang. Ia mengejar pelaku dan berhasil menakutinya, dan saat itulah kami diselamatkan. Kalau tidak, (Tarrant berhasil masuk ke masjid) maka kami semua mungkin sudah tewas seketika," ungkap Alabi bercerita seperti dikutip brilio.net dari laman The Guardian, Senin (18/3).

Langkah seribu yang diambil Abdul Aziz memang berhasil mengalihkan perhatian Tarrant. Pelaku sempat berlari kembali ke mobil guna mengambil senjata lain, pada saat itu Aziz melemparkan mesin kardu kredit yang digenggamnya ke arah Tarrant.

pria hadang pelaku penembakan   2019 brilio.net

foto: stuff.co.nz


Mendapat perlawanan dari Aziz, Tarrant kembali menembak namun tembakan meleset. Melihat sang ayah yang berhadapan dengan pelaku penembakan, empat anak Abdul Aziz yang kebetulan juga saat itu berada di dalam masjid mendesak sang ayah kembali. Namun, Aziz mengabaikan permintaan anak-anaknya dan tetap berlari menghampiri pelaku, berjalan menembus mobil yang diparkir di gang masuk, dan mencegah Tarrant mengunci sasarannya.

Bak adegan dalam film action, Aziz yang melihat pistol yang ditinggalkan Tarrant kemudian memungutnya, mengarahkan dan menarik pelatuk ke arah Tarrant. Tembakan tersebut tak melukai Tarrant, lantaran tak ada peluru di dalamnya. Mengetahui ada yang melawan, pelaku penembak yang diketahui memegang ideologi supremasi kulit putih itu pun bergegas kembali ke mobil.

"Dia masuk ke mobilnya dan aku baru saja mengambil pistol dan melemparkan ke jendelanya seperti panah dan menghancurkan kacanya. Kaca depan pecah. Itu sebabnya dia takut dan kabur," ungkap Abdul Aziz menceritakan perjuangannya melawan Tarrant.

Abdul Aziz merupakan warga negara Afghanistan yang mengungsi ke Australia sejak kecil. Ia tinggal di Negeri Kanguru selama 25 tahun lebih dan baru pindah ke Selandia Baru beberapa tahun lalu.