Brilio.net - Namanya adalah Moch Ryan Ardiansyah, akrab disapa Ryan. Pria asal Surabaya itu memulai kuliahnya di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin UGM pada tahun 2011 silam. Sekitar tahun 2012, ia lalu menjadi anggota Paksima (Pusat Kreasi Mahasiswa). Kemudian pada 2013, ia dituntut untuk mengikuti kompetisi mobil listrik di UGM.
Awal mulanya anggota tim beranggotakan enam orang, yang terdiri dari angkatan 2009-2011. Semua anggota terlahir dari wadah yang sama, yaitu Paksima. Adapun anggotanya yaitu, Dimas dan Azhari (TM 09), Adit dan Fariz (TM 10), Ryan dan Wanda (TM 11). Mereka diminta untuk membuat mobil listrik untuk IEVC (Indonesia Electric Vehicle Competition). Dari situlah mereka mulai belajar tentang teknologi motor listrik dari nol. Waktu yang disediakan hanya enam bulan.
"Konsep awal yang mereka buat kita nggak muluk-muluk waktu itu, yang penting mobil bisa jalan aja, haha!" ujar Ryan sembari terkekeh, ketika memulai perbincangan dengan brilio.net beberapa waktu lalu.
Ryan mengatakan bahwa mereka pada saat itu cuma diberi waktu singkat. Semuanya mereka maksimalkan untuk menyempurnakan desain terlebih dahulu.
"Cukup mepet cuman sekitar 6 bulanan saja. Mulai buat desainnya dulu, lalu bikin jig untuk frame, kemudian bikin frame, bikin bracket, bikin knuckle, bikin body, assembly motor listrik," kata dia.
foto: Moch Ryan Ardiansyah
Ada beberapa komponen yang mereka buat sendiri di laboratorium teknologi mekanik, seperti frame mobil, steering, knuckle dan body. Hingga pada akhirnya jadilah mobil pertama dengan segala banyak kekurangan pada saat itu.
Saat pertama kali mengikuti kompetisi tersebut, Ryan dan kawan-kawan mencari segala hal secara mandiri. "Mulai dari cari dosen pembimbing, cari dana dari jurusan, belajar teknologi motor listrik, desain mobil dan proses manufaktur. Bahan-bahan ya kita beli sendiri semua. Dan untuk motor listrik kami sangat kesusahan membelinya, karena belum tahu resource yang bagus," lanjutnya.
Meskipun mereka tahu kalau performa mobil belum terlalu hebat, namun tak membuat spirit mereka kendor. Pada saat kompetisi berlangsung, ada sekitar 15 tim se-Indonesia. Di akhir kompetisi, Arjuna hanya mendapatkan juara nomer dua dari belakang.
"Mau nggak mau kami tetap ikut kompetisi, walaupun kami tahu performance mobil kami jauh dari harapan, setelah melihat hasil uji coba yang kita lakukan. Sangat buruk sebagai tuan rumah saat itu, hasilnya nomor 2 dari bawah," tutur Ryan.
Namun awal tahun itu merupakan kebangkitan dari Arjuna. Setelah kompetisi itu, mereka pun mulai merekrut anggota baru. Dua orang dari Teknik Mesin dan dua lagi dari Teknik Industri. Dari situlah perjalanan Arjuna dimulai. Ryan kemudian mendapatkan amanah sebagai ketua tim.
"Kami langsung koordinasi untuk mengembangkan Arjuna lebih baik lagi. Target kami bisa mengikuti KMLI (Kompetisi Mobil Listrik Indonesia) tahun 2013 yang diadakan Politeknik Negeri Bandung. Jaraknya hanya 4 bulan dari IEVC yang barusan kami ikuti sebelumnya," tutur Ryan.
foto: Moch Ryan Ardiansyah
Seiring berjalannya waktu dari mobil generasi 1 ke generasi 2 mereka tetap menggunakan rangka yang sama. Setelah itu mereka selalu membuat mobil baru. Hingga generasi mobil 4-5 sekarang menggunakan mobil yang sama. Tinggal fokus apa yang ingin dikembangkan.
Sampai pada tahun 2014, setelah mengikuti dua kali kompetisi KMLI di Polban Bandung, Ryan pun berhenti. Meskipun begitu, sebagai salah satu pencetus Arjuna, ia selalu ikut andil memantau perkembangan Arjuna. Melihat prestasi Arjuna yang kini sudah memasuki kancah Internasional, Ryan cukup berbangga hati dengan pencapaian prestasi tersebut.
"Sangat bangga luar biasa. Karena saya sendiri melihat perkembangan arjuna mulai dari nol sampai sekarang. Tapi saya tetap berpesan ke adik-adik angkatan, tetap rendah hati dan selalu evaluasi tim secara berkala. Walaupun sudah di level internasional, Arjuna juga masih ada kekurangan. Itu yang membuat kami tetap bisa mengembangkan Arjuna sampai sekarang," pungkasnya.
foto: Instagram/@arjunaugm
Nama Arjuna sendiri diadaptasi dari tokoh wayang. Arjuna dilambangkan sebagai sosok yang memiliki tampilan gagah, menawan, serta memiliki kecepatan tinggi. Akhirnya nama Arjuna mereka pilih sebagai nama tim dan mobil sampai saat ini.
Seperti diketahui, raihan prestasi Arjuna terakhir mampu menempuh kompetisi Internasional Student Formula SAE Japan 2019. Di kompetisi itu mereka mampu mencapai 3rd Place Best Business Presentation for EV Indonesia pertama yang berhasil lolos technical inspection.
Recommended By Editor
- Menengok Perpustakaan Malioboro, terasing di tengah kebisingan
- Nasi Langgi Pak Man, kuliner malam legendaris Jogja sejak 1988
- Murty Indrady, Satpol PP Bantul yang asuh anak yatim dan lansia
- Bagong Soebardjo, driver ojek online Go-Jek pertama di Jogja
- Mengulik kisah Muhammad Thoha si Habibie Selokan Mataram