Brilio.net - Sekarang ini banyak orang menggandrungi fotografi. Siapa pun bisa memotret dan menghasilkan foto bagus, bahkan hanya bermodal kamera smartphone. Kemudian, banyak yang mengunggahnya ke media sosial seperti Instagram. Tak mengherankan bila media sosial yang dibuat Kevin Systrom dan Mike Krieger itu semakin banjir foto apik. Sobat Brilio salah satu yang suka upload foto ke Instagram?
Bagi beberapa orang, memotret bisa menjadi hobi. Lama-lama jika ditekuni, bisa menjadi profesi. Inilah yang dialami Sandriani Permani (40), yang tak pernah terpikir sebelumnya menjadikan fotografi sebagai hobi dan berlanjut menjadi ladang rezeki.
Nama Sandriani mungkin belum familiar ke seantero Indonesia, tapi bagi kalangan fotografer terutama penyuka dunia militer dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), kehebatannya membidik pesawat tempur yang melesat di udara sudah tak perlu diragukan lagi.
foto: Sandriani Permani
Jauh sebelum menjadi fotografer andalan TNI Angkatan Udara (AU), Sandriani menjadikan fotografi sebagai hobi. Awalnya, Sandriani begitu suka traveling. Didorong keinginan mengabadikan setiap momen jalan-jalannya, akhirnya wanita yang kerap dipanggil Sasan itu mencoba memulai aktivitas memotretnya dengan menggunakan kamera profesional.
"Lama-lama kan saya melihat kok foto orang-orang bagus-bagus? Nah, berawal dari situ saya akhirnya ada keinginan untuk belajar," paparnya pada brilio.net lewat sambungan telepon beberapa waktu lalu.
Sandriani pun mengukuhkan niat mempelajari fotografi dengan menuntut ilmu di Darwis Triadi School of Photography. Selepas itu, datanglah tawaran memotret secara profesional dari perusahaan obat pada 2010. Untuk keperluan iklan, Sandriani diminta memotret anak kurang gizi di daerah Pulogadung, Cakung, Jakarta Timur.
Langkah Sandriani sebagai fotografer wanita profesional terus melaju ketika tahun 2011 dia dipercaya Komandan Skadron (Danskadron) 3, Pangkalan Udara Iswahjudi, Maospati, Magetan, untuk memotret di home base pesawat tempur F-16 tersebut. Kebetulan Danskadron 3 adalah Letkol Pnb Ali Sudibyo yang juga senior Sandriani ketika menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Kotamadya Bandung pada 1994-1997.
Semenjak itulah kecintaan Sandriani memotret pesawat tempur semakin menggeliat. Seiring itu juga disambut kepercayaan TNI AU untuk mengikutsertakan fotografer wanita kelahiran Bandung, 14 November tersebut dalam momen-momen penting TNI AU.
foto: Sandriani Permani
Salah satu kebanggaan Sandriani adalah saat menjadi fotografer utama mengabadikan potret Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana, bertepatan hari ulang tahun TNI ke-71 pada 9 April 2017. Bersama Presiden dan Ibu Negara, ada Panglima TNI Hadi Tjahjanto yang kala itu masih menjabat Kepala Staf TNI AU serta 152 pilot pesawat tempur TNI AU. Mereka berbaris membentuk formasi panah. Di belakang mereka, terdapat pesawat-pesawat andalan TNI AU yang berjejer rapi.
foto: Sandriani Permani
Tak cuma itu, Sandriani juga pernah digaet TNI AU untuk mengabadikan momen latihan bersama TNI AU dan angkatan udara Singapura atau Republik Of Singapore Air Force (RSAF) dalam memeringati ulang tahun hubungan Indonesia-Singapura yang genap berusia 50 tahun pada 2017 kemarin.
Latihan bersama bagian acara bertajuk Rising 50 (singkatan dari RI-Singapura 50) tersebut dirayakan dengan atraksi akrobat 20 jet tempur F-16 dari kedua negara. Sandriani lah yang mengabadikan momen pesawat-pesawat ini melintasi langit Pekanbaru, Batam, dan Singapura.
"Perempuan dan satu-satunya dipercaya, ya alhamdulillah," kata Sandriani sambil tertawa.
foto: Sandriani Permani
Sekian tahun bekerja sama dengan TNI AU, koleksi foto pesawat tempur maupun serba-serbi TNI AU Sandriani semakin menumpuk. Namun keinginannya untuk mengunggah ke media sosial tak bisa serta merta dia lakukan lantaran memerlukan izin TNI AU. Akhirnya, dia tergerak mempublikasikan karya-karyanya lewat buku Mencintai INDONESIA dengan MEMOTRET Seri Foto Dirgantara & Serba-serbi TNI AU.
foto: via Instagram/@sasandrie
"Sudah ada niat sejak 2016 (untuk bikin buku kumpulan foto TNI AU) tapi baru terlaksana tahun 2017. Itu setelah izin dari Dispen-nya," papar wanita yang pernah bekerja sebagai teller sebuah bank tersebut.
Sandriani melanjutkan bahwa foto-foto yang dipublikasikan dalam bukunya telah disortir pihak TNI AU. Menurutnya, foto-foto yang tak lolos penyaringan seperti alat utama sistem persenjataan (alutsista) karena terkait rahasia negara.
Dicetak 300 eksemplar untuk kalangan terbatas, buku Mencintai INDONESIA dengan MEMOTRET Seri Foto Dirgantara & Serba-serbi TNI AU ternyata cepat ludes. Peminatnya juga melebihi perkiraan Sandriani.
"Sekarang saya belum cetak lagi karena harus ada izin dari Dispen AU selaku penerbit," imbuh fotografer wanita tersebut.
Selain hobi memotret pesawat tempur TNI AU, Sandriani ternyata juga suka mengabadikan pesawat tempur angkatan udara negara lain. Dia pernah rela terbang ke Dubai demi melihat tim aerobatik Uni Emirat Arab, Al-Fursan, dalam perhelatan Dubai Airshow 2017. Al-Fursan memang terkenal dengan keapikannya mengeluarkan asap warna-warni tiap kali menari di angkasa.
foto: Sandriani Permani
Dikenal lihai membidik pesawat tempur beraksi yang begitu sulit karena momennya sangat cepat dan tak bisa diulang, Sandriani tak mendapatkan keahliannya secara instan. Sandriani terus mengolah skill-nya dengan membiasakan diri memotret motor atau mobil yang bergerak cepat. Sisanya dia optimalkan dengan memotret pesawat tempur setiap kali ada event TNI AU.
Karya Sandriani tak melulu pesawat tempur dan motor atau mobil yang bergerak cepat, melainkan juga cityscape yang menunjukkan keindahan pemandangan kota. Koleksi fotonya di Instagram pribadi begitu memukau mata. Tak mengherankan bila dia dipercaya menjadi instruktur di Darwis Triadi School of Photography sejak 2012. Dia juga langganan menjadi juri berbagai acara lomba foto, termasuk yang melibatkan sebuah perusahaan kamera terkenal dari Jepang sebagai sponsor utama. Terbaru Sandriani menjadi juri lomba foto yang diselenggarakan merek kamera tersebut di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada Minggu (28/10) lalu.
foto: Sandriani Permani
Kepada brilio.net, Sandriani berbagi ilmu mengetahui sebuah foto disebut bagus atau tidak. Ada dua syarat, yakni komposisi dan kreativitas. Komposisi menunjukkan bagaimana pemotret meletakkan elemen-elemen foto atau objek di dalam bidang gambar. Komposisi inilah yang menentukan sebuah foto disebut bisa bercerita karena objeknya menjadi point of interest atau pusat perhatian. Sementara kreativitas menentukan keaslian ide pemotret.
Nah, kalau Sobat Brilio dalam rangka mengikuti lomba, maka selain dua syarat tadi, hal pertama yang dilihat adalah kesesuaian fotomu dengan tema lomba yang sedang kamu ikuti. Namun bila di luar lomba, Sandriani punya satu prinsip menilai bagus tidaknya sebuah foto.
"Menurut saya semua foto bagus, kecuali yang tidak bagus adalah foto yang blur, tidak fokus. Kan harus tajam, fokus, karena untuk mencari objek utamanya," ujar fotografer wanita yang mengaku sempat tidak percaya diri bicara di depan umum saat diminta menjadi instruktur fotografi.
Lantas bagaimana dengan editing foto?
Sandriani menekankan bahwa editing foto cukup standar saja. Jadi, foto hanya perlu pengaturan kecerahan, kekontrasan, dan croping.
"Kalau bisa motret itu sudah matang hasilnya, murni dari apa adanya pas saat capture foto," terang wanita yang pernah mengisi kelas fotografi untuk anak-anak di Darwis Triadi School of Photography tersebut.
Sandriani menjadi satu dari sekian banyak orang yang 'menghidupkan' hobi. Bukan sekadar aktivitas yang terus diulangi, dia juga menjadikan hobi sebagai ladang rezeki dan ilmu yang selayaknya dibagi.
Kecintaan Sandriani pada fotografi tak perlu diragukan lagi. Tak pernah ada beban baginya saat hunting foto maupun saat mengajar kelas fotografi. "Karena hobi, jadi seneng. Dari hati gitu," pungkasnya.
Nah, jadi buat Sobat Brilio yang punya passion sama sesuatu, tak ada alasan untuk tak menekuninya dengan hati. Tak ada yang lebih membahagiakan dari menekuni hobi yang menghasilkan rezeki, kan? Bawaannya semangat terus. Sekalipun ada halangan atau rintangan, tetap keukeuh berjuang. Lalu, apa passion Sobat Brilio?
Recommended By Editor
- Gifood, aplikasi berbagi makanan berlebih karya mahasiswa
- Kisah inspiratif 2 barista tuna daksa di Jogja sajikan kopi istimewa
- GKR Hemas ulang tahun ke-66, ini 6 fakta Ratu Keraton Jogja itu
- Kisah Eko & Yuli, barista tuna daksa sajikan kopi istimewa
- 8 Potret kegigihan Uzma Nawaz, montir wanita pertama di Pakistan