Brilio.net - Zaman sekarang persaingan hidup memang kian kejam, tak sedikit orang yang gunakan cara licik dan merugikan orang lain hanya sekadar untuk bertahan. Kendati demikian, tetap saja ada 'malaikat-malaikat' kecil yang menginspirasi untuk selau berada di jalur yang benar dalam bertahan hidup.

Seperti halnya yang dilakukan dua bocah penjual bunga keliling ini. Meski mereka berdua bukan orang kaya yang berkecukupan, hal tersebut tak lantas membuatnya jadi buta kejujuran dan menggunakan cara tak terpuji untuk memenuhi kebutuhannya.

Kejadian bermula saat dua bocah penjual bunga bernama Aringo dan Cela ini sedang berada di sebuah angkutan umum, untuk berangkat keliling menjual bunga, di hari Selasa (28/5). Namun saat dirinya hendak turun, ia melihat sebuah ponsel iPhone tergeletak, di salah satu kursi penumpang yang sudah kosong. Karena bus sudah sepi, ia pun membawanya sembari mencari pemiliknya.

BACA JUGA: Berniat kembalikan uang di ATM, kejujuran perempuan ini bikin salut!

Namun setelah dua jam menelusuri jalan yang ia lewati, Aringo dan Cela tak menemukan pemiliknya. Kedua bocah ini pun tak terbesik sedikit pun memiliki barang mahal tersebut. Mereka pun akhirnya menyerahkan ponsel tersebut kepada pihak kepolisian setempat, tepatnya di Kota Lucena, Filipina. Kepada petugas, kedua bocah tersebut mengaku menemukannya saat turun di Terminal Grand Central, Barangay Ilayang Dupay, Lucena, Filipina.

bocah jujur  2016 bocah jujur

Melalui akun media sosialnya, pihak kepolisian Lucena pada Kamis (30/5), mengaku salut dengan kejujuran dua bocah tersebut. Kendati keduanya bukan orang kaya, kejujuran keduanya sungguh harta yang tak ternilai. "Ponsel tersbut kini sedang kita telusuri pemiliknya dan sebagai bentuk penghargaan, kami memberikan kepada Aringo dan Cela sedikit uang, serta nasehat agar mereka tetap menjunjung tinggi kejujurannya. Hingga kelak mereka dewasa," ujar kepolisian Lucena.

Kejujuran memang kian mahal di era sekarang ini, namun jika kamu memilikinya, kamu akan hidup dengan tenang dan damai tanpa rasa takut menutupi kebohongan.