Brilio.net - Pentingnya menjaga kesehatan seksual dan reproduksi hingga kini masih belum disadari sebagian masyarakat. Topik tersebut jarang dibicarakan karena anggapan tabu yang masih melekat.
Perempuan juga lebih sering ditunjuk sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas kesehatan reproduksi dan seksual. Padahal, baik laki-laki maupun perempuan memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.
Kurangnya informasi dan edukasi yang akurat menjadi pemicu berbagai masalah terkait kesehatan reproduksi dan seksual. Permasalahan ini meliputi risiko infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, isu kontrasepsi, disfungsi seksual, hingga kekerasan seksual.
Kebiasaan masyarakat yang langsung percaya omongan orang semakin memperparah keadaan ini. Terlebih, banyak juga yang mencari isu kesehatan reproduksi di media sosial tanpa mementingkan keakuratan sumber data dan informasinya.
Kehadiran media sosial memang mempermudah penyampaian informasi kesehatan reproduksi. Namun, masyarakat harus lebih jeli memilih dan mencerna informasi yang dibagikan. Jangan menelan mentah-mentah informasi yang dilihat dan pastikan mencarinya dari sumber terpercaya.
Misalnya dengan mencari informasi langsung dari dokter kandungan yang aktif mengedukasi tentang kesehatan reproduksi di media sosial. Salah satunya seperti dr Darrell Fernando SpOG, FICS.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 2011 sebagai dokter umum dan 2018 sebagai Spesialis Obstetri dan Ginekologi ini fokus pada masalah kesehatan reproduksi. Lewat Instagram pribadinya@darrellfernando, Darrell kerap berbagi informasi mengenai beragam isu kesehatan reproduksi yang masih dianggap tabu.
Satu di antaranya adalah vaginismus. Untuk diketahui, vaginismus adalah penyakit akibat kekakuan otot dasar panggul yang terjadi secara refleks sehingga sulit untuk melakukan hubungan seksual. Biasanya, kondisi yang masih dianggap tabu ini menyebabkan rasa nyeri saat berhubungan seksual. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang merasa nyeri saat berhubungan seksual adalah sesuatu yang wajar dan sebaiknya ditahan saja. Jika benar ada vaginismus, maka kondisi ini bisa diterapi dengan baik.
Selain mengedukasi lewat postingan, Darrell juga sempat beberapa kali membuka sesi tanya-jawab untuk pengikutnya di Instagram. Sesi tanya-jawab ini dilakukan Darrell untuk menjelaskan mitos atau rumor seputar kesehatan reproduksi yang beredar di masyarakat.
Namun, sesi tanya-jawab soal kesehatan reproduksi ini bukan menjadi ajang konsultasi. Darrell menegaskan, diagnosis harus melalui pemeriksaan langsung, tidak bisa hanya lewat media sosial.
"Media sosial saya sifatnya edukatif, saya tidak melayani konsul via DM (direct message). Karena kita tidak bisa menyimpulkan kondisi seseorang tanpa pemeriksaan apalagi sampai memberikan obat," tutur Darrell saat diwawancaraibrilio.netpada Kamis (10/2).
Menurut Darrell, dari sesi tanya-jawab ini ia bisa mendapat beragam pertanyaan. Topik kesehatan reproduksi yang lagi viral dan terkait kehamilan biasanya paling banyak ditanyakan.
"Selain itu, karena saya mendalami vaginismus, jadi banyak juga pasien-pasien saya yang mengetahui vaginismus dari media sosial dan akhirnya memutuskan untuk berobat," tambahnya.
Lewat edukasi di media sosial, dokter yang sudah menyelesaikan pendidikan Magister Hospital Administration Management & Magister Manajemen di Universitas Pelita Harapan ini berharap masyarakat makin sadar pentingnya kesehatan reproduksi. Ia berharap media sosialnya bisa menjadi sumber informasi yang sah dan terpercaya bagi follower.
Bukan hanya itu, Darrell juga bisa menjangkau masyarakat secara lebih luas lewat media sosial. Pemilik 44 ribu lebih follower di Instagram itu ingin membuka pemahaman masyarakat awam tentang seluk-beluk kesehatan reproduksi.
Selain dari sisi medis, Darrell mengedukasi isu kesetaraan gender, female empowerment, dan stigma sosial. Menurut dia, kesehatan reproduksi berkaitan erat dengan berbagai masalah lain seperti sosial dan ekonomi.
Saat diwawancara, Darrell juga sempat membagikan beberapa tips umum untuk menjaga kesehatan reproduksi. Menurut Darrell, kesehatan reproduksi bukan hanya tentang hubungan seks dan kontrasepsi.
Ada banyak aspek penting dan saling berkaitan untuk menjaga kesehatan reproduksi. Aspek pertama adalah kesehatan diri secara umum, termasuk status gizi, overweight atau underweight, dan ada atau tidaknya penyakit tubuh lain.
"Aspek kedua adalah masalah perilaku seks dan penggunaan kontrasepsi. Jika sudah sexually active, maka sebaiknya menggunakan kontrasepsi apabila ingin menunda kehamilan. Kemudian harus melakukan pemeriksaan untuk IMS secara berkala," jelas Darrell.
Aspek terakhir mencakup isu-isu sosial pada kesehatan reproduksi, seperti kesetaraan gender, female empowerment, dan stigma sosial. Darrell berpesan agar masyarakat tidak ikut memberi stigma sosial yang sudah ada tentang isu kesehatan reproduksi.
foto: blog.angsamerah.com
Media sosial jadi cara Darrell mengungkap hal tabu tentang kesehatan reproduksi pada masyarakat. Meski sibuk sebagai dokter kandungan, ia tetap berusaha mengedukasi pentingnya kesehatan reproduksi.
Aktif sebagai klinisi, dokter kelahiran Medan tersebut kini tengah bertugas di beberapa tempat di Jakarta, yaitu RS YPK Mandiri, Mayapada Hospital Kuningan, dan Klinik Moegni. Selain itu, Darrell juga sedang dalam proses sertifikasi menjadi anggota Royal College of Obstetricians and Gynecologists (London).
Dari berbagai pengalaman dan keilmuan yang dimilikinya, Darrell bukan hanya membagikan informasi di media sosial, tapi juga kerap memberikan edukasi melalui platform resmi kelembagaan di tingkat nasional.
Recommended By Editor
- Tulus rilis album bertajuk "Manusia", bangkitkan semangat jiwa muda
- OPPO A55 hadir bawa kamera ultra jernih 50 MP untuk pecinta fotografi
- 8 Rekomendasi celana kulot untuk ke kantor, bikin tampilan stylish
- Hobi belanja? Ini rekomendasi barang untuk dibeli saat tanggal kembar
- Rekomendasi 7 hotel dekat stasiun Bandung, jalan kaki langsung sampai