Tahukah sahabat brilio bahwa di Tegal ada sebuah ‘desa warteg’?
Warteg atau warung Tegal begitu populer di Indonesia. Makanan khas Tegal ini memang dijual dengan harga ekonomis, sehingga tak diragukan lagi jika makanan ini begitu banyak digemari.
Namun ternyata, begitu banyaknya pengusaha warteg di Indonesia ternyata awalnya berasal dari para warga Desa Sidakaton merantau ke luar kota. Sehingga Desa Sidakaton dijuluki sebagai Desa Warteg.
Para warga Desa Sidakaton mulai merantau pada awal tahun 60-an, namun bukan sebagai pengusaha warteg melainkan pedagang kopi, ketan atau jajanan khas Sidakaton sendiri.
Di Desa Sidakaton, uniknya para pengusaha warteg rata-rata mempunyai rumah yang megah namun terlihat sepi tak berpenghuni. Penyebabnya ditinggal pemiliknya pergi merantau. Para pengusaha warteg biasanya akan pulang saat 15 hari menuju Idul Fitri dan rumah-rumah mewah di Desa Sidakaton otomatis terlihat ramai dengan penduduk aslinya.
Kendati demikian, mata pencaharian warga Desa Sidakaton juga tidak seluruhnya sebagai pengusaha warteg. Mereka juga ada yang berprofesi sebagai petani dan lain-lain. Para pengusaha warteg yang merantau mempunyai komunitas sendiri bernama Persatuan Sidakaton dan Sidapurna (PERSIDA). Mereka pun selalu menjalin silaturahmi di hari-hari besar Islam dan membantu desa seperti perayaan Agustusan.
Pengusaha warteg dari Desa Sidakaton sebagian besar tersebar di Jabodetabek, namun ada pula hingga ke Kalimantan untuk mendirikan usaha warteg di daerah sana. Perlu Sobat Brilio tahu juga, bahwa tak semuanya pengusaha warteg dari Desa Sidakaton. Namun sebagian besar lainnya berasal dari Desa Sidapurna dan Dukuhturi.