Kasih sayang orangtua tidak pernah terukur besarnya. Bagaimanapun keadaan anak, perhatian dan kasih sayang tak pernah luntur. Pasangan Hernowo (60) dan Kamilah (61) adalah warga Dusun Anjir, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta. Mereka setiap hari berjuangan demi anak tercintanya.
Wahyu Heri Setiyawan (13) adalah putra semata wayang, tumbuh dengan keterbelakangan mental (down syndrome).
Pasangan ini sehari-hari ngontel mengantarkan Wahyu ke SLB N 1 Kulon Progo yang berjarak 11 km. Mulai setiap 06.30 pagi, Hernowo mengayuh sepeda melintasi jalan desa yang menanjak serta ramainya jalanan kota selama 60 menit. Dengan keterbatasan ekonomi, pasangan ini belum mampu membeli kendaraan bermotor. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka mengandalkan pendapatan dari berjualan kayu bakar, hasil kebun, serta ternak kambing.
"Bangun jam 6. Kalau lagi baik azan itu dia udah bangun. Kalau nggak lagi baik ya dibangunin ya nggak mau bangun," kata Kamilah.
Menurut dia Wahyu suka ngambek, alasannya macem-macem. Kadang Wahyu digendong dulu baru mau bangun dan sekolah.
Ia ingin anaknya tumbuh mandiri, bisa pakai baju sendiri, pakai sepatu sendiri.
Wahyu masuk SLB N 1 Kulon Progo sejak umur 7 tahun. Dia senang bertemu dengan teman-teman di sekolah. Menurut salah guru SLB Indah Sulistyawati, Wahyu punya sifat ceria, happy, riang. Pelajaran yang utama untuk Wahyu adalah kemandirian, supaya dia bisa mandi sendiri, makan sendiri, BAB sendiri.
"Yang kedua, adalah pembelajaran akademik. Tetapi yang sesuai dengan kemampuan dia. Yang penting bisa menulis, bisa membaca sederhana. Yang paling dia senangi biasanya matematika tapi dengan gambar-gambar," katanya.
Di sekolah Wahyu adalah siswa yang pro aktif dalam hal bergaul. Apalagi sama gurunya, kalau gurunya pas datang pasti dia peluk dulu. "Dia selalu membantu temannya. Kalau ada temannya yang nggak membawa pensil dia selalu meminjamkan, kalau temannya sakit dia berusaha untuk menolong. Kalau temannya mengerjakan tugas belum bisa, dia maunya membantu," terangnya.
Hernowo, Kamilah, dan Wahyu mengajarkan agar jangan pernah menyerah pada keadaan.
Recommended By Editor
- Dari Belanda ke Indonesia temui pak tua, alasan pria ini bikin haru
- Kisah happy ending pasangan punya anak lewat embrio berusia 13 tahun
- 5 Kisah haru bukti bakti murid kepada gurunya, salut
- 8 Aksi memukau difabel cantik saat skateboard & surfing, bikin takjub
- Mas Dul, si penghulu ganteng yang rajin lapor gratifikasi ke KPK