Pantun menyindir teman yang berkhianat.

Pantun kena mental penuh sindiran © Freepik

foto: freepik.com

81. Teman seperti angin berhembus kencang,
Tapi tak tahu, khianat di belakang.
Saat dibutuhkan, menghilang entah ke mana,
Kepercayaan hancur, seperti debu punah.

82. Teman sejati, bukanlah kiasan,
Sayangnya, khianat mengintai di penjuru wajah.
Begitu manis bicara, tawa palsu pun terdengar,
Setan tersenyum di balik senyumnya yang teduh.

83. Janji manis terucap dari bibir,
Namun hati busuk, khianat jadi kebiasaan.
Bak bunga yang layu, persahabatan pun layu,
Bukan cinta, tapi khianat yang diperolehnya.

84. Bunga di taman layu tak berseri,
Teman khianat, hati pun menjadi keruh.
Berkasih-kasihan hanya hiasan di mata,
Dalam kepalsuan, kepercayaan pun terhempas.

85. Sahabat sejati seperti permata berkilau,
Namun teman khianat, serupa batu yang tajam.
Sikap palsu menyelinap tanpa terdengar,
Kepercayaan runtuh, berkeping-keping layu.

86. Kehilangan arah, seperti bayangan yang terbang,
Teman khianat, bagai hantu yang merayap.
Janji suci berubah jadi dusta,
Kepercayaan runtuh, seperti runtuhnya kasta.

87. Teman bagai bayangan yang tak terpisahkan,
Namun khianat muncul, seperti hujan di musim kering.
Percaya buta, terbuai rayuan manis,
Tak sadar, teman berkhianat tanpa ampun.

88. Persahabatan tanpa batas, tanpa tanda tanya,
Namun teman khianat, berubah jadi musuh rahasia.
Dalam senyum tersembunyi tipu daya,
Kepercayaan hancur, seperti jatuhnya malam gelap.

89. Teman sejati, menghadirkan sinar cerah,
Sedangkan teman khianat, gelap menyelimuti.
Janji setia bagai embun pagi,
Khianat datang, persahabatan pun hancur bergelimpangan.

90. Bunga yang indah tak selamanya mekar,
Teman khianat, bagai racun di dalam gelas.
Dalam senyumnya tersimpan amarah,
Kepercayaan sirna, tinggal kepahitan yang tersisa.

Pantun sindiran buat teman lama bikin kena mental.

Pantun kena mental penuh sindiran © Freepik

foto: freepik.com

91. Teman lama, seiring waktu berlalu,
Lupa akanmu, seakan kau tak bernilai.
Dulu bersama, kini terbuang jauh,
Kenangan pupus, layaknya daun gugur dalam angin sejilat.

92. Sahabat dulu, seakan hilang ingatan,
Nama kita terukir, tapi kini terlupakan.
Di masa lalu, tawa kita menyatu,
Kini kau asing, bagai cerita yang terlalu usang.

93. Teman terlupa, seperti kisah yang mati,
Tak ada sisa, dari ikatan dulu kala.
Dulu begitu dekat, sekarang jauh berbeda,
Seakan kau tak kenal, seolah tak pernah ada.

94. Bersama tertawa, dulu dalam kenangan,
Kini kau berlalu, seakan tak kenal lagi.
Teman lama, seperti awan yang sirna,
Kau hanyalah bayangan, yang kini tak berarti.

95. Dulu bersahabat, seiring waktu berganti,
Namun kini, terlupakan dalam sepi.
Teman lama, bagai kabut yang hilang,
Seakan kau tak pernah menjadi bagian yang berarti.

96. Waktu berjalan, namun kenangan pudar,
Teman lama, seakan lenyap dalam bayangan.
Bersama tertawa, kini sepi terdengar,
Seolah-olah kita tak pernah bersama-sama.

97. Dulu setia, seakan tak terpisahkan,
Kini kau terlupa, bagai mimpi yang sirna.
Teman lama, kini hanya senyap,
Seakan kita tak pernah bersua.

98. Bersama dulu, dalam sepi dan ramai,
Namun kini, kau seakan tak kenal lagi.
Teman lama, bagai angin yang lewat,
Tinggalkan jejak yang tak berarti.

99. Kau dan aku, dulu seperti satu,
Tapi sekarang, kita berjauhan hati.
Teman lama, kini hanya kenangan,
Yang terpikir saat malam sepi datang.

100. Teman seiring waktu, lupakan kenangan,
Dulu begitu erat, seakan abadi.
Namun kini, kau tak lagi ingat,
Seolah kita tak pernah bersama dulu.

Pantun sindiran pedas, ampuh kena mental langsung.

Pantun kena mental penuh sindiran © Freepik

foto: freepik.com

101. Pergi ke hutan cari belalang
Di tengah jalan bertemu sungai
Lihat saja siapa yang menusuk dari belakang
Pilih teman memang harus hati-hati

102. Kunang-kunang berlaksa-laksa
Di waktu hujan badannya basah
Pinjam uang setengah memaksa
Bayar hutangnya sangat susah

103. Pagi hari tanam bawang
Ada ular berkelat kelit
Seringkali minjam uang
Giliran dipinjam sangat pelit

104. Hidup bahagia karena iman
Nafsu maksiat akan terkekang
Bagaimana disebut teman
Dia menusuk dari belakang

105. Raja membangun satu dinasti
Jangan ada yang mencelakai
Lain di mulut lain di hati
Berteman hanya melukai

106. Obat tabib sangat manjur
Badan sakit ditutup selimut
Kusangka teman yang jujur
Rupanya musuh dalam selimut

107. Cari baju di akhir pekan
Berjalan kaki perlahan-lahan
Berkali-kali sudah dimaafkan
Jangan lagi ulang kesalahan

108. Dahulu elok si gandaria
Indah bagaikan bunga taman
Daripada kehilangan bahagia
Lebih baik kehilangan teman

109. Bagus hati bila tabah
Ketika membaca surat biru
Jika dinasehati tak juga berubah
Baiknya kucari sahabat baru

110. Aku punya sebidang taman
Untuk bersantai di waktu petang
Aku punya seorang teman
Kalau datang meminta utang

111. Apalah arti sebuah taman
Hanya indah di waktu pagi
Apalah artinya seorang teman
Ditagih utang, malah pergi

112. Enak sekali kue ketan
Ketan dari ladang selatan
Kenapa dia mengaku teman
Tapi melakukan penghianatan

113. Ikan bandeng banyak berduri
Ambil satu dibawa pergi
Beribu maaf telah kuberi
Beribu salah dia ulangi

114. Jengkol itu tajam baunya
Bau bagai api dupa
Mendekat kalau ada maunya
Sudah ditolong dia lupa

115. Sungguh mahal intan baiduri
Hiasan indah sang permaisuri
Teman sejati susah dicari
Teman palsu banyak di sini

116. Si kancil memakan kentang
Lari melihat harimau kembar
Waktu susah dikasih utang
Sampai kaya belum dibayar

117. Lagu lama lagu keroncong
Kalau sekarang dangdutan
Belum kaya sudah sombong
Sudah kaya lupa daratan

118. Hiasan indah berupa mutiara
Pemberian dari sang raja
Hiduplah secara sederhana
Walau kaya enggak usah pamer harta

119. Petani menanam bawang
Memandang sawah penuh harapan
Orang sombong pasti terbuang
Tak punya saudara tak punya teman

120. Buah mangga di dalam karung
Mangga cengkir apa rasanya
Meski harta setinggi gunung
Tak ada akhlak apa gunanya

121. Air sumur dalam timba
Hendak dibawa ke dalam hutan
Gaya seperti harimau rimba
Rupanya hanya kucing penyakitan

122. Bunga melati memang harum
Tumbuhnya jauh di perbukitan
Mulut besar pandai mengaum
Sekali disentak gemetaran

123. Padang pasir penuh singa
Kumpulan rusa yang dicari
Puasku menabur bunga
Rupanya terinjak jadi duri

124. Langit di bukit berwarna merah
Bagai api yang mulai padam
Salah sedikit langsung marah
Bagaikan api dalam sekam

125. Hujan gerimis hari Selasa
Di pagi hari ke kebun lada
Mulut manis rupanya berbisa
Pandai berjanji, bukti tak ada

Pantun kena mental penuh makna mendalam.

Pantun kena mental penuh sindiran © Freepik

foto: freepik.com

126. Jalan-jalan ke kota Bontang
Jangan lupa beli salak
Susahnya nagih utang
Yang ditagih lebih galak

127. Panas terik di siang bolong
Pake topi berlapis tiga
Jadi orang jangan sombong
Nanti susah masuk surga

128. Jalan-jalan ke negeri Yaman
Keliling kota naik unta
Di depan ngakunya teman
Di belakang kita dicerita

129. Pagi hari sarapan bubur
Siangnya makan ketan
Ku sangka dia orang jujur
Rupanya menggunting dalam lipatan

130. Sakit gigi minum obat
Jangan buang dalam longkang
Ku sangka dia sahabat
Rupanya menusuk dari belakang

131. Dari desa pergi ke kota
Jangan lupa membeli nangka
Orang yang selalu dusta
Tak ada teman yang suka

132. Kalo HP gak ada pulsa
Mau nelpon begitu sulit
Kalo ngutang suka maksa
Kalo kaya begitu pelit

133. Bunga mawar bunga melati
Ada kucing ada anjing
Katanya tetangga baik hati
Bibir manis suka menggunjing

134. Depan rumah berlari-lari
Bila malam pulang jua
Gadis manis tak jaga diri
Susah jodoh sampai tua

135. Lihat kucing berlari-lari
Tak hati-hati nanti kena cakar
Salah sendiri tak jaga diri
Sekujur tubuh penuh dengan cacar

136. Kerja keras seorang petani
Panas terik di siang hari
Sungguh malang nasibku ini
Menagih hutang malah dimarahi

137. Ke pasar beli bakmi
Jangan lupa membawa motor
Wahai istri jaga suami
Di luar sana banyak pelakor

138. Pergi merantau berhari-hari
Pulangnya membawa baki
Bila hidup di kampung sendiri
Banyak orang suka iri dengki

139. Buah durian sengat baunya
Bila dimakan berbagai rupa
Dia datang kalo ada maunya
Sudah ditolong malah lupa

140. Ular kobra ular berbisa
Meliuk-meliuk banyak tingkah
Gadis manis kembang desa
Kok hamil di luar nikah

141. Pergi ke depan sepuluh langkah
Awas kepala kejedot tiang
Abang gimana mau menikah
Bila bangun selalu siang

142. Dari hilir naik ke hulu
Air di sungai nampak keruh
Bagaimana mau ke penghulu
Bila dia senang selingkuh

143. Burung nuri burung camar
Mau ditembak senapan rusak
Bagaimana mau dilamar
Bila adik tak pandai masak

144. Jalan-jalan ke tanah Minang
Pulangnya ke Balikpapan
Bagaimana mau dipinang
Bila adik suka kelayapan

145. Ikan bandeng banyak berduri
Bila dibakar harum mewangi
Beribu maaf sudah kuberi
Beribu salah kau ulangi

146. Ke pasar membeli kentang
Perginya bareng si paman
Waktu susah selalu ngutang
Sudah kaya lupakan teman

147. Dari jogja ke kota solo
Pulangnya ke prabumulih
Darimana datangnya jomblo
Dari dia yang pilih-pilih

148. Jalan-jalan ke kota solo
Mau pulang jangan ditahan
Tak perlu menyindirku jomblo
Bila dirimu gadis murahan

149. Berlaku sopan pada tamu
Jangan bicara sambil berdiri
Mungkin sudah saatnya kamu
Cari pacar biar tak sendiri

150. Orang kaya banyak harta
Harta dibagi jadi hadiah
Kau sendiri memberi cinta
Tapi kau pula yang tak setia