Perundungan di sekolah kembali memakan korban. Seorang siswa kelas 3 SD berinisial ARO (9) dari Kabupaten Subang, Jawa Barat, meninggal setelah mengalami koma akibat dugaan kekerasan fisik oleh kakak kelasnya. Peristiwa ini menjadi pengingat pahit tentang bahaya bullying yang masih merajalela di dunia pendidikan.
Korban mengalami serangkaian tindakan kekerasan, termasuk dipukul, dijedotkan ke tembok, dan ditendang. Kondisinya semakin memburuk hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah menjalani perawatan intensif selama tiga hari di ICU RSUD Subang, sayangnya, nyawa ARO tidak tertolong.
Tragedi ini menyoroti pentingnya pencegahan dan penanganan kasus perundungan di sekolah. Polisi dan pemerintah setempat telah mengambil langkah untuk mengusut kasus ini dan meningkatkan sosialisasi anti-bullying. Berikut adalah lima fakta penting terkait kasus ini.
1. Awalnya korban mengaku sakit kepala
Kasus ini bermula dari pengakuan ARO kepada keluarganya tentang kekerasan yang dialaminya di sekolah. Ia mengeluh sakit kepala hebat dan muntah-muntah selama beberapa hari sebelum kondisinya memburuk. ARO bahkan kesulitan membuka mata dan harus merangkak untuk berjalan.
Menurut keterangan keluarga, ARO sempat menyebut bahwa ia menjadi korban kekerasan oleh tiga kakak kelasnya. Ketika kondisinya semakin kritis, ARO dibawa ke RSUD Subang, namun sayangnya, upaya medis tidak berhasil dan ia dinyatakan meninggal pada 25 November 2024.
2. Pendarahan otak akibat perundungan
Setelah tiba di RSUD Subang, ARO langsung dirawat di ICU dalam kondisi koma. Dokter menemukan gejala pendarahan di otak yang diduga akibat benturan keras. Selama perawatan, kondisi ARO terus menurun, sehingga pemeriksaan menyeluruh sulit dilakukan.
Hasil autopsi diperlukan untuk memastikan penyebab kematian, meskipun dugaan awal mengarah pada cedera fisik akibat kekerasan. Proses ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dalam penyelidikan kasus.
3. Kepala sekolah dinonaktifkan
Peristiwa ini mendapat perhatian dari PJ Bupati Subang, Imran, yang berkomitmen untuk memberantas perundungan di sekolah. Sebagai langkah tegas, kepala sekolah tempat ARO bersekolah dinonaktifkan sementara hingga penyelidikan selesai.
Imran juga mengumumkan rencana apel di sekolah korban untuk mengumpulkan wali murid dan kepala sekolah dari seluruh wilayah Subang, guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan perundungan.
4. Pelaku perundungan dalam pengawasan polisi
Polres Subang telah memulai penyelidikan dengan memeriksa saksi-saksi, termasuk keluarga korban dan teman sekolah. Autopsi jenazah ARO dilakukan di RS Bhayangkara untuk memastikan penyebab kematian.
Menurut Kasatreskrim, hasil autopsi akan menjadi bukti penting untuk mengungkap fakta sebenarnya. Polisi juga menegaskan komitmennya untuk menuntaskan kasus ini secara transparan.
5. Peran keluarga dalam mengungkap kasus
Keluarga ARO mengungkapkan bahwa ia awalnya enggan menceritakan kekerasan yang dialaminya karena takut. Namun, saat kondisinya memburuk, keluarga membawanya ke rumah sakit dan melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Dukungan keluarga sangat penting dalam memulai proses hukum atas kasus ini.
Recommended By Editor
- Faktor penyebab bullying di pesantren, bukan hanya karena salah pergaulan
- Ibu dokter Aulia Risma buka suara, akui almarhumah setor Rp 225 juta selama PPDS
- Ungkap permohonan maaf, ini pengakuan lengkap Dekan FK Undip ada tindak perundungan di lingkungan PPDS
- Viral siswa SD jadi korban perundungan dipaksa makan roti isi duri oleh teman sebayanya, bikin miris
- Hasil investigasi Kemenkes, Dokter Aulia PPDS UNDIP diduga dipalak Rp40 juta per bulan oleh senior