Brilio.net - Menjadi miskin tentunya bukan hal yang diinginkan oleh hampir semua orang. Wajar saja, karena dengan hidup miskin, maka akan sulit untuk mencapai apa yang diinginkan. Namun pada dasarnya miskin atau kaya merupakan pilihan. Kembali lagi pada diri masing-masing orang, bagaimana seseorang memilih untuk menghindari pilihan hidup miskin itu sendiri.
Nah tahu kah kamu ada beberapa perilaku yang mungkin tanpa kamu sadari telah menggiring kamu untuk terus terkungkung dalam kemiskinan. Mungkin menurut kamu itu tidak jadi masalah, namun memberi dampak buruk pada kehidupan yang akan mendatang. Misalnya dengan kerap mengatakan bahwa kamu tidak mampu membeli barang tersebut sebelum kamu berusaha untuk membelinya.
Nah berikut ini beberapa tanda seseorang terjangkit 'virus kemiskinan', apa saja? Berikut lansiran dari brightside.me, Jumat (13/9).
1. Membawa perilaku orangtua.
foto: brightside.me
Di masa kanak-kanan sebagian dari kamu mungkin sering mendengar hal-hal seperti "Kami tidak mampu membayar itu", "kamu harus tetap berpegang pada pekerjaan apa pun yang kamu miliki", atau "Kami tidak mencetak uang," secara tidak sadar itu masuk ke kepala kamu dan menjadi hal yang kamu terapkan.
Keyakinan seseorang, termasuk yang diambil dari orangtua, mempengaruhi pendekatan orang terhadap bagaimana melakukan pekerjaan, hal-hal apa yang harus dibeli dan berapa harganya, dan gaya hidup apa yang harus dipilih. Keterbatasan dan kekurangan dalam masa kanak-kanak membuat seseorang lebih cenderung merasa stres dan tertekan. Tugas-tugas sederhana terlihat lebih sulit bagi mereka dan bahkan hambatan kecil dapat menyebabkan kurangnya motivasi.
2. Terlalu khawatir dengan perkataan oranglain.
foto: brightside.me
Apakah kamu pernah mendengar beberapa orang mengambil pinjaman untuk merayakan pernikahan mereka? Atau membeli gaun pernikahan yang harganya sama dengan 2-3 bulan gaji mereka? Atau berhemat dalam segala hal untuk dapat mengundang 200 tamu?
Tahukah kamu seorang artis Keira Knightley menghadiri acara pernikahan dengan menggunakan pakaian yang sama, namun tidak ada hal buruk yang terjadi pada dirinya. Orang-orang tetap menyapa dirinya, dan dia tetap bisa menikmati acara tersebut.
Tidak ada masalah jika kamu menginginkan suatu yang mewah jika memang kamu benar-benar mampu. Namun akan jadi masalah jika kamu menghabiskan seluruh tabungan hanya untuk terlihat mewah. Maka bersiaplah kedepannya kamu tidak akan bisa hidup makmur.
3. Salah mengatur prioritas.
foto: brightside.me
Pakar ekonomi yang mempelajari mengenai kemiskinan percaya bahwa ketika seseorang berada dalam situasi keuangan yang buruk, mereka berusaha untuk melarikan diri dari situasi tersebut.
Mungkin itu sebabnya di India, hingga 40 persen dari pendapatan keluarga dihabiskan untuk liburan dan ritual keagamaan. Di Amerika Serikat, orang biasa membeli steak dan lobster, dan membayar semuanya dari uang dari kesejahteraan yang mereka dapat. Sementara di Maroko, penduduk desa membeli pemutar DVD dan memiliki TV kabel, tetapi hanya makan roti dengan teh manis.
Seseorang yang berpikir mereka miskin mulai menempatkan diri mereka di bawah orang lain. Untuk membuktikan penghasilan mereka, tak sedikit dari mereka membeli hadiah mahal, memperlakukan tamu dengan sebaik mungkin, dan mendapatkan smartphone secara kredit selama 3 tahun.
4. Menghilangkan stres dengan belanja.
foto: brightside.me
Orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi, kerap berada di bawah tekanan yang ekstrem. Hal ini mempengaruhi daya ingat, konsentrasi, dan cara berpikir tertentu.
Merasa miskin memiliki pengaruh yang sama pada otak, sehingga membuat seseorang tidak bisa tidur dengan nyenyak pada malam hari. Akhirnya seseorang mengambil keputusan untuk membeli barang-barang dengan kredit, bahkan parahnya membeli barang diluar kontrol dan harus membayar semua tagihan tersebut.
Kontrol diri berkurang bukan karena seseorang tidak ingin memperbaiki situasi mereka, tetapi karena tingkat kortisol yang tinggi dan kurangnya konsentrasi yang disebabkan masalah keuangan.
5. Tidak memiliki tujuan dan impian.
foto: brightside.me
Banyak orang menghilangkan perasaan miskin dengan bekerja keras tanpa mengenal waktu. Dalam hal ini membuat orang tidak bisa bermimpi dan akhirnya tidak memiliki tujuan. Mereka hanya menghabiskan setiap waktu untuk bekerja tanpa henti.
Menurut penelitian yang dilakukan pada 2017, orang-orang dengan pendapatan rendah lebih cenderung merasa mereka tidak dapat mengubah apa pun atau memengaruhi situasi. Itu sebabnya mereka tidak menetapkan tujuan dan tidak berusaha mencapainya.
Emosi kita sehari-hari memengaruhi cara kita merencanakan hidup. Ketika kita sedih, kita cenderung meratapi masa sekarang, ketimbang memikirkan masa yang akan datang. Akibatnya, orang kehilangan potensi keuntungan dalam jangka panjang. Saat seorang bahagia dan tertarik pada kehidupan, lebih mudah untuk memikirkan masa depan, membuat rencana, dan menghidupkannya.
6. Tidak dapat meningkatkan penghasilan.
foto: brightside.me
Mungkin sebagian dari kamu merasa sudah bekerja keras, namun penghasilan tetap saja sama dan tidak berubah. Hal ini bisa saja karena pola pikir yang kamu bangun sendiri. Seseorang terbiasa dengan situasi keuangan mereka saat ini, entah bagaimana berhasil hidup dengan anggaran terbatas dan bahkan mungkin merasa tidak nyaman jika gaji tiba-tiba menjadi lebih tinggi.
Jika seseorang mendapat bonus di tempat kerja, biasanya mereka akan menghabiskan uang tersebut dalam waktu seminggu. Jika mereka ditawari untuk mengerjakan proyek baru di luar ruang lingkup pekerjaan mereka, mereka akan mengatakan mereka terlalu sibuk dan akhirnya kehilangan kesempatan tersebut. Kebiasaan hidup dengan pendapatan yang sama mengarah pada kehilangan semua peluang yang berada di atas tingkat pendapatan mereka yang biasa.