Brilio.net - Kini waspada orang akan Gunung Anak Krakatau cukup tinggi. Bahkan Kepala Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho terus menginformasikan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang kian meningkat. Sejauh ini radius bahaya adalah 2 kilometer dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau.

Jika dilihat dari 135 tahun silam, yakni tepatnya pada 27 Agustus 1883 Gunung Krakatau meletus dengan dahsyatnya, hingga melahirkan Anak Krakatau. Dilansir dari berbagai sumber, letusan Gunung Krakatau disebutkan 21.574 kali lebih kuat dibandingkan bom atom.

Letusan yang mengerikan itu juga terdengar hingga radius 4.600 kilometer dari pusatnya di Selat Sunda. Dampak dari letusan hebat tersebut, terjadi tsunami yang menghantam pesisir pantai barat Banten, dari Merak, Anyer, Labuan, Panimbang, Ujung Kulon, hingga Cimalaya di Karawang, Jawa Barat.

Letusan gunung api ini merupakan bencana paling mematikan yang menyebabkan kerusakan parah sepanjang sejarah. Menimbulkan setidaknya 36.417 korban jiwa akibat letusan dan tsunami. Bahkan dampak letusan ini juga bisa dirasakan di seluruh penjuru dunia.

Bencana besar ini benar-benar menarik perhatian orang, tak hanya saat itu hingga kini bencana ini masih begitu diingat. Bahkan beberapa penggiat seni berusaha untuk tidak melupakan bencana dahsyat nan mematikan tersebut. Mereka menggambarkan ulang bagaimana bencana itu meluluhlantakkan sekitarnya lewat sebuah film dan lukisan.

Ada berbagai karya seni yang melukiskan ngerinya letusan Gunung Krakatao. Berikut ulasannya yang dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, kamis (27/12).

1. Film Krakatoa: East of Java.

Gunung Krakatau   istimewa

foto: imdb.com

Pada tahun 1968 Hollywood menggambarkan keganasan Gunung Krakatau ketika meletus. Mereka memberikan judul untuk film tersebut Krakatoa: East of Java. Film ini mengisahkan perjalanan sekelompok orang yang tengah meneliti erupsi Gunung Krakatau. Film Krakatoa: East of Java menjadi nominasi Academy Award untuk ketegori Best Effects.

2. Film Krakatoa The Last Days.

Gunung Krakatau   istimewa

foto: id.wikipedia.org

Film Krakatoa The Last Days ini diangkat berdasarkan catatan saksi letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 silam. Rilis pada tahun 2006, film ini membuat penonton bisa merasakan kepedihan mendalam. Tercatat jutaan ton lava dan magma dimuntahkan dari kawah Gunung Krakatau. Film ini berdasarkan kesaksian dari ahli Geologi asal Belanda, Rogier Verbeek yang mengalami sendiri kejadin tersebut.

3. Lukisan The Scream.

Gunung Krakatau   istimewa

foto: aliexpress.com

Letusan Gunung Krakatau pada 1883, memberikan inspirasi bagi seniman Edvard Munch (1863-1944) asal Norwegia. Lukisan ini menjadi salah satu lukisan yang terkenal di dunia. Lukisan itu dinilai sebagai ikon dari seni modern beraliran ekspresionisme.

The Scream mengambarkan sosok manusia yang ekspresi wajahnya memperlihatkan ketakutan yang begitu mendalam dengan menutup telinganya dengan kedua tangan. Lukisan tersebut terlihat begitu menakutkan dengan latar belakang langit berwarna jingga dan air laut berwarna kelabu gelap.

4. Lukisan Semburan mematikan Gunung Krakatau.

Gunung Krakatau   istimewa



foto: mentalfloss.com

Dari lukisan itu dapat dilihat betapa dahsyatnya letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883. Letusan itu membuat muncul awan tebal dan debu yang tebal, serta memicu terjadinya tsunami. Bahkan dampaknya bisa dirasakan sampai belahan dunia lain.

5. Letusan Gunung Krakatau menyebabkan tsunami besar.

Gunung Krakatau   istimewa

foto: mentalfloss.com

Lukisan tersebut menggambarkan dahsyatnya tsunami akibat dari letusan tersebut. Letusan tersebut menghantam pesisir, merusak 165 kampung di Jawa dan Sumatera. Ini menjadi bencana terbesar sepanjang sejarah.

6. Lukisan ini menggambarkan bagaimana usai bencana. Semuanya berubah menjadi pulau-pulau baru tak berpenghuni.

Gunung Krakatau   istimewa

foto: mentalfloss.com

7. Lukisan ini menggambarkan bagaimana percikan api yang begitu besar membumbung tinggi dan membuat warga sekitar merasa sangat ketakutan.

Gunung Krakatau   istimewa

foto: seattleartmuseum.org