Brilio.net - Pemilu merupakan perayaan demokrasi bagi negara-negara yang melaksanakannya. Dengan pemilu, warga dari berbagai negara memberikan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin, baik pemimpin negara maupun pemimpin daerah atau kota. Seperti halnya Indonesia yang tengah melaksanakan pemilu presiden sekaligus pemilu legislatif secara serentak pada Rabu, 17 April.
Setiap negara yang mengadakan pemilu mempunyai sistem pemungutan suara yang berbeda-beda. Mulai dari sistem pencalonan, penentukan pemilih, hingga cara atau metode yang digunakan warganya untuk memilih para calon.
Di Indonesia, warga yang telah memiliki hak pilih menyalurkan suaranya dengan mendatangi Tempat Pemungutan Suara. Sejak pemilu 1955, cara memilih di pemilu Indonesia relatif tidak berubah, yakni dengan mencoblos calon pada surat suara dengan paku yang telah disediakan di bilik suara. Meski demikian, Indonesia pernah menggunakan metode contreng pada Pemilu 2009 lalu.
Lalu bagaimana cara memilih di negara lain? Negara lain yang juga melaksanakan pemilu punya caranya masing-masing, bahkan telah dibantu dengan teknologi yang canggih tanpa harus menggunakan paku atau semacamnya.
Dihimpun dari berbagai sumber pada Rabu (17/4), brilio.net merangkum 8 negara yang tak lagi pakai paku untuk coblosan di pemilu sebagai berikut.
1. Estonia.
foto: news.err.ee
Estonia, negara yang berada di Eropa utara telah menerapkan metode pemungutan suara secara elektronik (e-voting) pertama kali pada tahun 2005 dalam pemilu lokal. Pada 2007, untuk pertama kalinya di dunia, Estonia mengadakan pemilu online secara nasional.
Bahkan, pemungutan suara secara online di Estonia telah diatur secara hukum. Partisipasinya pun cukup tinggi, pada pemilu parlemen tahun 2011, sebanyak 96 persen suara warga Estonia diberikan secara online.
2. India.
foto: indiatoday.com
Pemilu India pertama kali menggunakan metode pemilihan secara elektronik pada tahun 1982. Metode itu menggunakan sebuah mesin voting elektronik.
Pada pemilu parlemen India tahun 2004 dan 2009, penggunaan mesin voting elektronik digunakan secara menyeluruh di seluruh India. Menurut statistik media lokal India, sekitar 60 persen pemilih di India menggunakan mesin voting elektronik untuk menyalurkan suara mereka. Dengan mesin voting elektronik, rekapitulasi hasil pemilu dapat lebih cepat dan hanya butuh waktu beberapa jam saja.
3. Brasil.
foto: es1.com.br
Selain India, negara yang juga sukses menerapkan metode pemungutan suara elektronik adalah Brasil. Uji coba e-voting di Brasil diterapkan sejak 1996 di negara bagian Santa Catarina. Mesin e-voting didesain oleh tiga perusahaan mitra pemerintah. Sekitar 400 ribu mesin e-voting digunakan dalam pemilu di Brasil. Keberhasilan sistem teknologi e-voting buatan Brasil bahkan telah dilirik oleh negara lain yang juga tertarik menerapkannya.
4. Rusia.
foto: kryptomoney.com
Rusia juga sukses mengembangkan sistem pemilu online. Rusia mengembangkan alat bantu elektronik untuk membantu proses penghitungan suara. Tak heran, hasil pemilu Rusia dapat diketahui dengan cepat, yakni dalam hitungan jam saja. Sistem tersebut telah digunakan pada pemilu presiden Rusia tahun 2018 lalu. Dengan sistem tersebut, setiap pembaruan perhitungan suara dapat dilacak secara real-time menggunakan portal khusus.
5. Irlandia.
foto: independet.ie
Irlandia mulai menguji coba mesin pemilihan elektronik pada tahun 2002. Namun, berbagai kontroversi membuat penerapannya secara nasional ditunda. Hingga pemilu 2009, Pemilu Irlandia masih menggunakan kertas suara yang dipilih dengan pensil. Atas pertimbangan keamanan, pemilihan elektronik yang telah diuji coba di berbagai daerah di Irlandia pun tidak lagi dilanjutkan di Irlandia.
6. Belanda
foto: trtworld.com
Belanda mulai menerapkan teknologi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara pemilu pada tahun 1950-an. Setelah melalui pro dan kontra, Belanda pertama kali menggelar pemilu dengan bantuan teknologi secara penuh pada tahun 2006 pada pemilu tingkat kota. Mesin pemilihan menggunakan semacam komputer yang terdapat layar dan keyboard. Proses penghitungan suara pun dilakukan secara otomatis oleh mesin. Meski demikian, penerapan e-voting di Belanda tidak dilanjutkan di pemilu selanjutnya.
7. Filipina.
foto: globalbalita.com
Filipina adalah negara Asia Tenggara yang telah menerapkan teknologi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara di pemulu. Metode itu mulai diterapkan pada tahun 2010. Penyelenggara pemilu di Filipina menerapkan sistem e-voting benama PCOS yang merupakan sistem penghitungan suara berdasarkan teknologi Optical Mark Recognation (OMR). Teknologi ini dilengkapi dengan sebuah kartu memori. Surat suara yang telah diberi tanda pilihan oleh pemilihnya dimasukkan ke dalam mesin PCOS untuk discan. Ketika pemungutan suara berakhir, mesin PCOS akan mencetak laporan hasil pemungutan suara.
8. Amerika Serikat.
foto: pbs.org
Penyelenggaraan pemilu di Amerika Serikat memiliki beragam metode yang diterapkan. Pada pemilu Amerika Serikat tahun 2012, setidaknya ada tiga cara memberikan suara, yakni dengan menggunakan surat suara yang dihitung secara elektronik, surat suara elektronik, dan alat elektronik pemberi tanda pada surat suara.
Untuk pemilih yang menggunakan surat suara, pemilih menghitamkan tanda kotak yang berada di sebelah kiri nama calon dengan pensil atau pulpen. Surat suara yang telah diberi tanda hitam akan discan dengan mesin scanner. Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan pemilih di Amerika Serikat.