Brilio.net - Ada yang berbeda dengan wajah pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni. Tak ada lagi suasana kumuh, tidak aman, dan menyeramkan seperti yang selama ini dibayangkan banyak orang. Kini memasuki pelabuhan penyeberangan tersebut ibarat mendatangi sebuah pusat perbelanjaan. Khususnya di Terminal Eksekutif Sosoro Merak dan Terminal Anjungan Agung Bakauheni.
Berbagai fasilitas yang ada tertata rapih. Pengunjung yang menggunakan jasa layanan penyeberangan ini sekarang jauh lebih nyaman. Oh iya, bukan cuma pengguna jasa layanan penyebarangan saja lho yang bisa menikmati terminal keren ini. Masyarakat yang hanya ingin menikmati fasilitas tanpa harus menyeberang menggunakan kapal feri juga bisa kok.
Ada berbagai toko yang menjajakan produk fashion, kuliner hingga tempat bermain anak. Nggak heran jika pelabuhan kini juga bisa dijadikan destinasi wisata untuk sekadar staycation.
Bukan cuma itu, di dua terminal eksekutif tersebut juga dijadikan ruang pamer berbagai karya seni sejumlah seniman muda berbakat. Sejak 21 Desember 2019 hingga 21 Februari 2020 digelar acara H(Art)Bour Festival 2020. Di Terminal Eksekutif Sosoro Merak terdapat tiga karya menakjubkan. Sementara di Terminal Eksekutif Anjungan Agung Bakauheni ditampilkan enam karya seni yang tak kalah artistiknya.
Pameran bertajuk "Memory Harbour" yang diambil dari nama lukisan Jack Butler Yeats dari Irlandia ini sendiri bertujuan untuk membangkitkan kembali kenangan-kenangan masyarakat akan kemasyhuran pelabuhan sebagai pusat ekonomi sekaligus tempat interaksi masyarakat. Tak heran jika berbagai karya yang ditampilkan dalam pameran ini banyak mengungkapkan nuansa kehidupan pelabuhan, khususnya di Merak dan Bakauheni.
Pameran yang diinisiasi PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) bersama sejumlah pihak termasuk beberapa BUMN ini juga untuk mengenalkan wajah baru Terminal Eksekutif Merak-Bakaheuni yang lebih beradab.
Pameran ini akan mengekalkan kenangan masyarakat yang berkunjung maupun hanya melintas di Terminal Eksekutif Sosoro Merak dan Terminal Eksekutif Anjungan Agung Bakauheni. Pelabuhan adalah salah satu titik pertemuan antarkota yang menyimpan kenangan terlama dalam hati masyarakat Indonesia, ujar Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi kepada awak media dari atas kapal feri saat menuju Pelabuhan Bakauheni untuk menghadiri malam puncak H(Art)Bour Festival, Sabtu (15/2).
Penasaran seperti apa karya para seniman muda berbakat yang menghiasi sudut-sudut Terminal Eksekutif Merak-Bakauheni? Berikut sembilan karya mereka.
1. Memaknai ingatan bongkar muat karya Wulang Sunu
Wulang Sunu, seniman asal Yogyakarta ini menampilkan karya seni cetak sublimasi di atas kain yang diletakkan secara bergantung di lantai dua Terminal Eksekutif Sosoro Merak. Karya seniman lulusan Institut Seni Indonesia ini berkisah tentang aktivitas bongkar muat di pelabuhan Merak-Bakauheni, termasuk kisah-kisah tentang para transmigran yang mempertanyakan identitas mereka. Karya ini juga menggambarkan bagaimana Pelabuhan Merak pernah memiliki zaman keemasan sebagai pelabuhan penting untuk pendistribusian komoditi. Pelabuhan ini juga punya peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dilakukan Sultan Agung Tirtayasa melawan monopoli VOC terhadap Banten. Tak heran jika karya Wulang Sunu ini menjadi sebuah perjalanan ziarah melintas waktu dan jarak.
2. Dunia tidur karya Lala Bohang
Perupa sekaligus penulis Lala Bohang dalam karyanya berjudul Napping Room yang dibuat dalam material cat akrilik dalam boneka kanvas ini memang sedikit agak absurd. Dalam karyanya itu ia menyuguhkan karya yang sejatinya menampilkan tema-tema dari buku-buku karyanya. Karya ini bertujuan untuk merayakan tindakan dan pentingnya tidur, tidak hanya untuknya tetapi untuk semua orang, termasuk artis, terutama mengingat bahwa seniman cenderung banyak yang tidak bisa tidur. Hal ini juga yang kerap terjadi pada para pengguna jasa penyeberangan.
3. Mural kenangan pelabuhan karya Slinat (Silly in Art)
Slinat sudah sejak lama dikenal sebagai perupa mural. Seniman jalanan yang tumbuh dan tinggal di Bali ini dalam H(Art)Bour menampilkan karyanya berjudul Mirror Memory yang dipampang di Terminal Eksekutif Sosoro Merak. Karya mural sepanjang 4,3 meter dengan tinggi 1,6 meter ini merupakan susunan rangkaian kisah satu kelompok masyarakat yang dahulu menjadi bagian dari pelabuhan yaitu pedagang kali lima. Lewat karyanya ini Slinat merajut foto-foto lama tentang kehidupan pedagang kaki lima di pelabuhan menjadi satu karya yang sangat luar biasa. Bagaimana goresan karyanya tentang kehidupan marjinal para pedagang kaki lima begitu kuat menghiasi wajah pelabuhan.
4. Gerbang peradaban karya Serrum
Kelompok seni rupa dan pendidikan yang berbasis di Jakarta ini menampilkan karya bertema Gerbang Peradaban. Karya ini menampilkan wajah Pelabuhan Bakauheni sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera sekaligus sebagai jembatan menuju Pulau Jawa di mana ada Pelabuhan Merak. Karya ini menggambarkan hiruk-pikuk lalu lintas kapal di Selat Sunda yang menghubungkan dua pulau besar di Indonesia itu. Serrum juga tak lupa dalam karyanya menampilkan berbagai biota laut yang hidup di antara dua pelabuhan penting ini.
5. Kisah hidup ubur-ubur karya olopolo
Di satu sudut Terminal Eksekutif Anjungan Agung Bakauhuni juga ditampilkan karya menarik yang sangat instagramable. Karya berjudul Ginkgo Jellyfish Mushroom ciptaan olopolo ini bercerita tentang kehidupan ubur-ubur. Sebagai salah satu biota laut, ubur-ubur dikenal sebagai makhluk yang sudah ada sejak zaman purba. Selain ubur-ubur, ada juga ginkgo (ginkgo biloba) dan mushroom (jamur) yang juga hidup sejak zaman purba. Tak heran jika olopolo dalam mural glowing in the dark ini menggabungkan antara ginkgo, jamur, dan ubur-ubur dalam karyanya sebagai simbol memori dari ratusan generasi sebelumnya.
6. Buah tangan karya Ruth Marbun
Buah tangan atau oleh-oleh selalu menjadi barang bawaan yang dinanti ketika seseorang melakukan perjalanan termasuk saat menyeberangi lautan. Tak jarang, oleh-oleh menjadi bagian dari catatan perjalanan seseorang. Hal inilah yang digambarkan Ruth Marbun seorang seniman visual asal Jakarta dalam karya muralnya berjudul Jangan Repot-repot. Dalam karyanya ini Ruth bercerita bagaimana oleh-oleh manjadi sebuah bahasa pertukaran rasa dan pengalaman. Oleh oleh juga menjadi satu simbol niat kebaikan seseorang pada orang lain tanpa harus mempertimbangkan harga oleh-oleh itu sendiri.
7. Kenangan dalam kalender karya Yosia Raduck
Seniman sekaligus ilustrator kelahiran Palembang tahun 1994 ini dalam pameran H(Art)Bour Festival 2020 menampilkan karya berjudul Ilustrasi Kalender ASDP 2020. Karya seni lukis yang dituangkan di atas kanvas ini menggambarkan perjalanan ASDP sebagai instansi yang melayani jasa penyeberangan sebagai jembatan untuk menghubungkan pulau-pulau di Nusantara. Selain itu ASDP juga berperan untuk memajukan sektor pariwisata mulai dari ujung barat hingga timur Indonesia.
8. Sebuah pesan bijak karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie x olopolo
Kolaborasi antara olopolo dengan Ziggy, penulis asal Lampung ini menampilkan karya sastra dalam sebuah pesan bijak untuk memperkenalkan budaya yang penuh dengan nilai-nilai kemasayarakatan yang hidup di masyarakat Lampung. Karya medium sastra dalam bentuk teks neon ini dikenal sebagai Piil Pesenggiri.
9. Menghadapi masa depan karya Wild Drawing (DW)
Karya mural spektakuler Wild Drawing berjudul Facing The Feature ini bercerita tentang kemajuan teknologi yang bisa menjadi dua mata pedang. Membantu manusia atau sebaliknya, bisa menghancurkan. Tak pelak, karya seniman asal Bali yang sekarang menetap di Yunani ini menjadi sebuah simbol kontemplasi melihat masa depan. Kemajuan teknologi yang begitu pesat sudah semestinya dihadapi dengan bijak.
Recommended By Editor
- 6 Fakta belajar animasi sambil staycation bareng animator kelas dunia
- 2 Karya seniman progresif kelas dunia ini ramaikan Wave of Tomorrow
- Pameran ini menampilkan karya kolaborasi para jawara Lensa Academy
- 5 Fakta Wave of Tomorrow, art & tech festival terbesar di Indonesia
- 8 Potret angkringan Jogja di jalanan Tokyo ini bikin heboh