Brilio.net - Doping adalah pemberian bahan-bahan asing untuk badan atau fisiologis dalam kuantitas yang tinggi dengan maksud memenangkan pertandingan dengan jalan tidak jujur. Selanjutnya, International Olympic Committee (IOC) membatasi doping sebagai pemakaian obat atau pemberian zat asing kepada seorang atlet yang sedang bertanding dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi secara buatan dan dalam arti tidak jujur.
Doping juga dapat diartikan sebagai pemakaian obat perangsang yang terlarang dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Doping juga memiliki efek samping yang dapat membahayakan pemakainya.
Untuk memahami lebih rinci mengenai doping, berikut brilio.net merangkumnya dari berbagai sumber pada Rabu (17/8).
Pengertian doping
foto: Unsplash/Markus Spiske
Doping berasal dari kata "dope" yang berarti minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar tumbuhan yang biasa dipakai suku di Afrika Selatan untuk perangsang atau stimulan. Pendapat lain menyebutkan bahwa doping berasal dari bahasa Belanda yaitu "dop" yang diambil dari nama minuman beralkohol dari kulit anggur yang digunakan oleh tentara Zulu untuk meningkatkan keberanian dalam peperangan.
Kata doping pertama kali dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk balapan kuda di Inggris di mana kuda didoping agar menjadi juara. Doping juga dapat dipahami sebagai upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi media.
Sedangkan menurut International Congress of Sport Sciences, doping adalah pemberian atau penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnormal dengan tujuan meningkatkan prestasi.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa doping merupakan cara yang dilakukan secara abnormal untuk tujuan mendapatkan prestasi sehingga menghilangkan nilai-nilai kejujuran dan sportivitas dalam olahraga.
Jenis-jenis doping
foto: Unsplash/Myriam Zilles
Terdapat beberapa obat yang termasuk ke dalam daftar doping yaitu sebagai berikut:
1. Psychomotor stimulans (perangsang psikomotor)
Obat ini memiliki rumus bangun seperti cocain, caffeine, dan amphetamine yang memiliki efek langsung ke susunan saraf pusat dan radiorespirasi.
2. Syimpathomimetic amine
Obat ini banyak terdapat pada obat-obat anti asthma, anti alergi, obat batuk, dan semprotan hidung.
3. Central nervous system stimulans (perangsang susunan saraf pusat)
Obat ini dapat meningkatkan kewaspadaan tetapi penggunaan dalam dosis tinggi dapat merusak sistem saraf.
4. Narcotic analgesic (narkotika dan penghilang rasa sakit)
Obat ini dipakai karena dapat menghilangkan rasa sakit.
5. Anabolic steroid (hormon pembangun tubuh)
Obat ini memiliki efek membangun tubuh dan menyebabkan otot menjadi lebih besar.
6. Beta bloker
Obat ini bekerja selektif pada ujung saraf dan efeknya dapat memperlambat denyut jantung. Oleh karena itu, banyak digunakan oleh atlet olahraga panahan dan menembak karena umumnya mereka menarik picu di antara dua denyut jantung.
Sejarah doping
foto: Unsplash/Roberto Sorin
Pada zaman Romawi Kuno, doping telah dikenal manusia dan diberikan ke hewan kuda agar dapat meningkatkan stamina. Pada abad modern, doping digunakan pertama kali oleh manusia dalam dunia olahraga yaitu pada tahun 1865 dalam perlombaan renang di saluran air di Amsterdam, Belanda.
Pada perkembangannya, IOC membuat datfar obat yang dikategorikan doping dan menerbitkan larangan penggunaan doping dalam dunia olahraga. Walaupun telah dilarang oleh IOC< tetapi tetap ada beberapa atlet yang menggunakannya.
Risiko penggunaan doping
foto: Unsplash/Volodymyr Hryshchenk
Penggunaan doping akan menyebabkan atlet tergantung pada obat sehingga dosis harus selalu ditingkatkan. Penggunaan doping dapat berbahaya bagi olahragawan. Presiden IOC mengatakan bahwa penggunaan doping merupakan sama saja dengan perbuatan bunuh diri. Obat terlarang itu secara tidak alamiah membuat penampilan atlet menjadi luar biasa tetapi efek sampingnya sangat mengerikan.
Sumber: Paramitha dan Ramdhani. 2018. Jurnal Komunikasi Hukum Volume 4 Nomor 1: Penerapan Hukum Progresif Dalam Perkara Penggunaan Doping Atlet Di Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Recommended By Editor
- Jarang tersorot, intip momen lamaran 9 atlet olahraga
- Patung Cristiano Ronaldo di India tuai kontroversi, ini alasannya
- 9 Potret Marshella Aprilia, penakluk hati bek timnas Pratama Arhan
- 9 Momen lamaran Aprilio Manganang, berlangsung sederhana di rumah
- Atletis meski usia setengah abad, ini 5 cara Ade Rai bakar lemak tubuh