Brilio.net - Kamu pasti sudah tak asing lagi dan pernah mendengar celetukan, "Pria itu masih gemar daun muda". Tanpa kita sadari pun kita sudah tahu 'daun muda' dalam ungkapan tersebut berarti perempuan muda. Ya kan?
Dikutip brilio.net dari Bahasakita.com, Rabu (18/1), ternyata ungkapan ini mulai muncul dan sempat menjadi tren dalam bahasa sehari-hari di tahun 70an sampai menjelang periode awal tahun 2000. Istilah ini ditujukan untuk cowok atau cewek yang usianya masih muda. Biasanya ditujukan pada mereka yang dijadikan sebagai pacar gelap atau istri muda.
Nah, seiring dengan berkembangnya bahasa sehari-hari, istilah daun muda mulai jarang digunakan dan muncul kata berondong.
Ungkapan berondong tersebut berarti pria muda yang tampan. Dikutip pula dari zhriee.blogspot.co.id, ungkapan ini biasanya ditujukan untuk pria yang berusia antara 20-30 tahun. Kata tersebut menggantikan istilah ABG (anak baru gede) yang merujuk pada anak-anak muda di Indonesia. Istilah ini berkembang pada abad 21.
Istilah berondong menurut salah satu penulis Indonesia, Andra R Muluk, berasal dari Bahasa Jawa yang artinya jagung muda. Seperti yang kita tahu, biji jagung muda memang terlihat imut.
Menurut pria yang juga pakar astrologi itu, kata berondong mulai digunakan oleh kalangan kaum waria (wanita-pria) yang bekerja di salon kecantikan. Ketika datang pelanggan cowok yang masih muda dan tampak 'kinyis-kinyis', mereka akan langsung menjadi heboh dan memperebutkan si berondong segar itu.
Berawal dari salon kecantikan, kata berondong mulai menyebar dan dipakai banyak orang. Di masa sekarang, kata berondong dilabelkan pada pria muda yang memiliki hubungan khusus dengan perempuan yang usianya jauh lebih tua.
Nah, tuh.. Udah pada tahu kan, sekarang sejarah istilah 'daun muda' atau pun 'berondong'?
Recommended By Editor
- Buaya hewan setia, tapi kenapa identik dengan pria hidung belang?
- Fast food dan junk food ternyata berbeda, ini penjelasannya
- Asal muasal kenapa bisa ada 'pasfoto' dan kenapa namanya harus gitu
- Istilah 'setali tiga uang' itu ternyata ada sejarahnya lho
- Ini alasan mengapa pengatur jalan tak resmi disebut 'Pak Ogah'