Brilio.net - Pertumbuhan identik dengan bertambahnya ukuran fisik tubuh secara kuantitatif. Pertumbuhan diekspresikan dengan naiknya berat badan, tinggi badan, bahkan jumlah kata yang sering diucapkan. Sementara, perkembangan adalah meningkatnya suatu fungsi atau kapasitas tubuh secara kualitatif, seperti halnya kemampuan berkomunikasi dan kinerja keterampilan motorik.
Gangguan autis adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan perkembangan otak yang berdampak pada cara bersosialisasi. Anak yang memiliki gangguan perkembangan akan mengalami keterlambatan dalam berkembang, terlambat dalam melakukan interaksi sosial, bahasa, kognitif, dan sensorik. Sehingga, menyebabkan anak nggak bisa mencapai perkembangan di masa usianya, akhirnya terjadi penumpukan keterlambatan perkembangan.
Dalam buku "Keterampilan Membatik bagi Penyandang Autis", dijelaskan bahwa autis bukan gejala penyakit tetapi berupa syndrom (himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak dan menandai ketidaknormalan tertentu), yang berdampak pada gangguan perkembangan sosial, kemampuan bahasa, dan ketidakpedulian terhadap sekitar, sehingga anak yang memiliki gangguan autis seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Seperti dilansir dari mayoclinic, seringkali anak menunjukkan gejala autis dalam tahun pertama. Kemudian melalui periode regresi antara usia 18 hingga 24 bulan anak akan mengembangkan gejala autis.
Untuk mengetahui lebih lanjut, dihimpun brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (20/4), berikut kenali gejala dan penyebab autis.
foto: freepik.com
Umumnya gejala autis sudah terlihat ketika anak memasuki umur 2 tahun. Beberapa gejala yang jelas adalah adanya gangguan interaksi sosial, hambatan dalam komunikasi, mengalami kesulitan dalam belajar, beberapa di antaranya memiliki kecerdasan yang rendah dari normal.
Dilansir dari mayoclinic, berikut ini beberapa tanda yang ditunjukan oleh orang yang memiliki gangguan autis;
a. Komunikasi dan Interaksi sosial.
Seorang anak atau orang dewasa yang memiliki gangguan autis, akan memiliki masalah dengan interaksi sosial dan keterampilan komunikasi, diantaranya sebagai berikut.
- Gagal merespons nama sendiri atau terkadang tampak tidak mendengar.
- Menolak dipeluk dan lebih menyukai bermain sendiri.
- Memiliki kontak mata yang buruk dan cenderung tidak memiliki ekspresi wajah.
- Tidak berbicara atau mengalami keterlambatan dalam berbicara atau kehilangan kemampuan untuk mengucapkan kata atau kalimat.
- Memiliki kesulitan mengenali isyarat nonverbal, seperti menafsirkan ekspresi wajah orang lain, postur tubuh, dan nada suara.
b. Pola perilaku.
Seseorang yang memiliki gangguan autis memiliki pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas dan berulang. Berikut ini tanda-tandanya;
- Melakukan gerakan berulang seperti mengayun, berputar, dan mengepakkan tangan.
- Melakukan aktivitas yang dapat membahayakan diri sendiri, seperti menggigit atau membenturkan kepala.
- Memiliki masalah dengan koordinasi atau memiliki pola gerakan yang aneh seperti kecanggungan atau berjalan dengan jari kaki, memiliki bahasa tubuh yang aneh, kaku dan berlebihan.
- Memiliki preferensi makanan tertentu, seperti hanya makan sedikit, atau menolak makanan dengan tekstur tertentu.
- Menempel pada objek atau aktivitas dengan intensitas atau fokus yang tidak normal.
foto: freepik.com
Dalam buku berjudul "Bina Aktivitas Anak Autis dirumah" yang ditulis oleh Suprajitno dan Aida, berikut ini penyebab gangguan autis;
a. Faktor Genetika.
Menurut National Institute of Health, keluarga yang memiliki satu anak menderita autis berpeluang 1-20 kali lebih besar untuk melahirkan anak yang autis juga.
b. Gangguan pada sistem saraf.
Banyak penelitian bahwa anak autis memiliki kelainan pada hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan paling konsisten terjadi pada otak kecil. Sebagaimana kerja otak kecil berfungsi untuk mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik, juga sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan.
c. Ketidakseimbangan kimiawi.
Sejumlah kecil dari gejala autis berhubungan dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadap makanan tertentu, seperti bahan-bahan yang mengandung susu, tepung gandum, daging, gula, bahan pengawet, penyedap rasa, bahan pewarna, dan ragi.
d. Faktor lain.
Infeksi yang terjadi sebelum atau sesudah melahirkan dapat merusak orak seperti virus rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf. Faktor lain adalah usia orang tua saat memiliki anak, semakin tua usia orang tua saat memiliki anak maka semakin tinggi risiko anak menderita autis.
foto: freepik.com
Hingga saat ini belum ditemukan cara untuk mencegah timbulnya autis, namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko autis, seperti berikut ini;
a. Lakukan kontrol rutin ke dokter saat kehamilan.
b. Jika sedang merencanakan kehamilan, lakukan olahraga rutin dan konsumsi makanan yang bergizi.
c. Terapi perilaku, untuk pengobatan gangguan autis dengan terapi perilaku. Tujuan dari terapi ini untuk mengontrol atau membentuk perilaku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan lewat sistem reward dan punishment.
Recommended By Editor
- 5 Film Hollywood tentang perjuangan penyandang autisme, mengharukan
- Rindu kasih orangtua, remaja autis ini tidur di makam sang ayah
- Tak banyak yang tahu, 15 tokoh sukses ini berlatar belakang autisme
- 20 Sketsa kota karya penyandang autisme ini detailnya bikin takjub
- Salut, 10 gambaran anak pengidap autisme ini menakjubkan
- Tak disangka, 10 sosok paling berpengaruh di dunia ini idap autisme
- Ini ternyata beda gejala anak autis dan telat bicara, pahami ya?