Brilio.net - Dalam misi pertukaran pelajar, pengenalan budaya menjadi salah satu agendanya. Inilah yang dialami 13 mahasiswa dari 12 negara seperti Australia, Cekoslovakia, Serbia, Kepulauan Solomon, dan Bangladesh dalam rangka mengikuti program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) yang digelar Kementerian Luar Negeri. Para mahasiswa ini bakal belajar ragam seni budaya Banyuwangi selama tiga bulan, mulai dari tari, musik, dan bernyanyi.
"Kami baru tiba di Banyuwangi selama 4 hari, Minggu (12/5). Karena saya ikut IACS (BSBI). Kami belajar tentang seni budaya Banyuwangi," ujar Irrati Gutierrez Ugarte, salah satu mahasiswa asal Bilbao, Spanyol.
Salah satu wujud kegiatan belajar seni budaya yang dilakukan Irrati dan mahasiswa lainnya adalah belajar tarian kuntulan. Dipandu oleh Sanggar Tari Sayu Grinsing pimpinan Subari, mereka berlatih tari kuntulan. Lantas mereka menyuguhkannya dalam acara Festival Musik Hadrah Pelajar di Taman Blambangan, Kabupaten Banyuwangi.
Para mahasiswa tersebut tampil membawakan tarian khas Islami dengan energik. Perempuan memakai kerudung lengkap dengan gamis, dan Laki-laki memakai peci. Semua kostumnya tampak cerah dengan setelan warna merah dan kuning keemasan.
Proses latihan tentu tak mudah. Apalagi mereka hanya belajar berlatih selama 4 hari saja. Meski dirasa cukup sulit memahami ritme gerakan tarian kuntulan, Irrati mengaku senang bisa sukses tampil dengan kompak.
"Kami menerima tantangan untuk bisa berlatih hadrah demi bisa tampil di acara ini. Kami berusaha yang terbaik. Berlatih tiap hari selama 4 hari. Cukup sulit karena sangat berbeda dengan di negara kami. Meski berbeda, tapi kami suka," kata Irrati saat ditemui usai tampil, Jumat sore (17/5).
foto: merdeka.com
Banyuwangi memberikan kesan tersendiri bagi Irrati, terutama terkait belajar tarian.
"Banyuwangi bagi kami selalu menyenangkan. Setiap selesai berlatih dan menari, kami juga disuguhi makanan khas Banyuwangi. Itu kami suka," katanya.
Di sisi lain, pimpinan Sanggar Tari Sayu Grinsing, Subari mengaku bangga dengan antusiasme para mahasiswa saat belajar seni tari yang pertama.
"Hanya dalam kurun waktu empat hari saja mereka sudah bisa. Saya bangga dengan semangat mereka," kata Subari.
Tidak hanya menari khas Islami, para mahasiswa juga menyanyikan lagu Ramadan Tiba dengan Bahasa Indonesia. Penampilan mereka berhasil memikat ratusan penonton yang hadir.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat menonton mengaku bangga dengan upaya para mahasiswa menampilkan seni tari yang sebelumnya belum dikenal.
"Mereka adalah mahasiswa terpilih, yang tentunya memiliki potensi besar untuk bercerita positif tentang Indonesia. Semoga semua mahasiswa bisa kerasan dan senang di Banyuwangi. Sehingga saat pulang nanti, mereka bisa bercerita tentang Banyuwangi kepada rekan-rekannya," ujar Anas.
Festival Hadrah Pelajar yang menjadi panggung para mahasiswa tampil perdana kalinya, diikuti 89 grup pelajar dari 20 daerah di pulau Jawa, Bali, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
foto: merdeka.com
Selain belajar budaya, Irrati dan kawan-kawan juga belajar beradaptasi dengan suasana dan kehidupan di Indonesia, khususnya kali ini di Banyuwangi.
"Saya sudah dua kali ke Indonesia dan tertarik dengan budaya Indonesia. Tariannya tadi sangat berbeda sekali dengan di negara kami, terkait gerakannya, kostumnya, tapi kami suka belajar sesuatu yang baru. Kami juga banyak beradaptasi di sini karena kami datang bertepatan dengan Ramadan. Tapi secara keseluruhan sangat menyenangkan," jelasnya.
Bila program beasiswa BSBI sudah usai, para mahasiswa bakal kembali ke negaranya masing-masing dan menjadi duta seni budaya Indonesia, khususnya yang sudah dipelajari di Banyuwangi.
Recommended By Editor
- Jelang Lebaran, Bupati Anas promosikan batik khas Banyuwangi
- Safari Ramadan ke LDII, Azwar Anas ajak pakai medsos untuk ibadah
- Banyuwangi pertahankan predikat WTP murni 7 kali berturut-turut
- Keren, Bupati Banyuwangi ingin Puskesmas jadi malnya orang sehat
- Banyuwangi masuk kandidat peraih Parasamya Purnakarya Nugraha 2019