Punya rumah sendiri adalah impian banyak orang, tetapi tidak untuk Shuraf Ishida, seorang pria Jepang berusia 33 tahun yang memilih hidup tanpa tempat tinggal tetap. Selama lima tahun terakhir, Ishida menghebohkan publik dengan aksinya yang unik, numpang tidur di rumah lebih dari 500 orang asing.
Ia menjadikan kebaikan hati orang lain sebagai tempat tinggalnya, dan menganggap perjalanan ini sebagai 'petualangan sosial'. Ishida memulai aksinya setelah berhenti bekerja di usia 28 tahun. Ia menjual hampir seluruh barang miliknya dan berkeliling Jepang dengan sisa tabungan. Dengan papan bertuliskan 'Izinkan Saya Menginap Malam Ini!', ia berdiri di tengah keramaian, menunggu siapa yang akan menampungnya.
foto: Oddity Central
"Ini seperti memancing, menunggu siapa yang akan menangkap umpannya," ungkapnya dengan santai, dikutip brilio.net dari Oddity Central, Selasa (3/12).
Walaupun banyak yang mengkritik aksinya sebagai memanfaatkan orang lain, banyak pemilik rumah yang merasa terbantu dengan kehadirannya. Mereka menganggap Ishida sebagai pendengar yang baik, yang mampu mengisi malam-malam sepi mereka dengan cerita dan tawa. "Saya tidak menawarkan apa-apa selain telinga yang mendengarkan," tambahnya.
Namun, tidak setiap malam berjalan mulus. Kadang-kadang, ia harus tidur di stasiun kereta atau taman jika tidak ada yang bersedia menampungnya. Meskipun begitu, Ishida tidak pernah menyerah. Ia terus melakukan perjalanan tanpa rasa khawatir, menikmati setiap pengalaman yang datang.
foto: Oddity Central
Di sisi lain, banyak orang yang menganggap gaya hidup Ishida tidak bertanggung jawab. Kritikus menyebutnya 'pengemis modern', yang mengandalkan kebaikan orang lain untuk bertahan hidup. Namun, pemilik rumah yang pernah menampungnya merasa bahwa kehadirannya memberikan makna baru dalam hidup mereka.
"Dia membantu saya melewati malam-malam sepi tanpa merasa sendiri," ujar salah satu tuan rumahnya.
Ishida, yang dulunya seorang mahasiswa pemalu, mengubah pandangannya tentang hidup setelah traveling ke Taiwan. Setelah lulus, ia bekerja untuk menabung dan akhirnya memutuskan untuk menjual semua barangnya dan menjalani kehidupan sebagai tunawisma.
"Saya ingin hidup bebas tanpa tekanan," katanya. Kini, meskipun tabungannya menipis, ia tidak memiliki rencana untuk kembali bekerja. "Hidup seperti ini membuat saya belajar banyak hal yang tidak bisa saya dapatkan di kantor," pungkasnya.