Brilio.net - Jika ditanya kebiasaan apa yang paling sering dilakukan oleh hampir seluruh orang di dunia selama 2020, mungkin jawabannya adalah mencuci tangan. Pandemi virus corona Covid-19 yang sejak awal 2020 hingga kini belum berakhir menyadarkan banyak orang betapa pentingnya mencuci tangan.
Padahal, jauh sebelum kemunculan wabah Covid-19, sebenarnya kampanye untuk rajin mencuci tangan sudah sering digaungkan. Bukan tanpa sebab, tangan sebagai indera peraba tanpa disadari bisa menjadi sumber bersarangnya kuman, bakteri, dan virus berbahaya.
Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention, tangan yang tidak dicuci dengan benar menggunakan air bersih mengalir dan sabun ternyata bisa menularkan berbagai penyakit. Beberapa di antaranya yang sering terjadi seperti diare, konjungtivitis, dan selesma atau infeksi saluran pernapasan.
Maka dari itu, bisa dikatakan mencuci tangan dengan sabun sangat penting dalam mencegah penyakit, terutama pada masa pandemi saat ini. Para ahli dari University College London menyatakan, hasil dari mencuci tangan teratur antara enam hingga 10 kali sehari bisa membantu menurunkan risiko tertular virus corona Covid-19 hingga 36 persen dibandingkan dengan orang yang tidak mencuci tangan.
Meski terkesan sederhana, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun bisa menjadi investasi jangka panjang bagi kesehatan. Aktivitas yang merupakan bentuk upaya menjaga kebersihan diri ini jadi salah satu hikmah yang bisa diambil dari pandemi Covid-19.
Tak hanya secara personal, hikmah mencuci tangan juga dirasakan sebuah perusahaan lokal pabrik mesin laundry industri di Yogyakarta. Perusahaan yang sudah beroperasi sejak 2006 ini akhirnya melakukan inovasi dengan menciptakan wastafel portabel otomatis.
Ya, meski sudah jadi pemain lama di dunia bisnis industri, tak membuat PT Hari Mukti Teknik kebal dari serangan pandemi Covid-19. Perusahaan yang terletak di daerah Kuden, Piyungan, Bantul, Jogja ini jadi salah satu 'korban' hingga tidak mendapat omzet dan mengalami penurunan pesanan saat masa awal pandemi.
Pada awal kemunculan Covid-19 di Indonesia, tepatnya pada pertengahan Maret, PT Hari Mukti Teknik juga sempat melakukan lockdown dan menghentikan kegiatan produksi selama dua minggu. Namun mereka kembali beroperasi setelah mendapat informasi tentang pencegahan Covid-19.
Informasi tentang cara mencegah Covid-19, khususnya mencuci tangan yang saat itu ramai berseliweran di TV dan media sosial, rupanya mencuri perhatian Direktur PT Hari Mukti Teknik, Ashari. Kepedulian Ashari untuk ikut mencegah penyebaran Covid-19 dengan mencuci tangan, melahirkan inovasi berupa wastafel portabel otomatis tanpa sentuh yang diberi nama Dong So.
-
Awal mula Dong So
Menggunakan sistem otomatis tanpa sentuh, wastafel unik yang terbuat dari stainless steel antikarat ini merupakan inovasi dan solusi dari wastafel biasa. Pasalnya, keran pada wastafel biasa masih bisa menjadi tempat berkumpulnya kuman, bakteri, dan virus. Apalagi jika wastafel tersebut berada di tempat umum.
Ashari, direktur PT Hari Mukti Teknik bersama Dong So
foto: brilio.net/Annisa Amalia
Menariknya, Ashari mengaku Dong So tercipta secara tidak sengaja karena terinspirasi dari lampu sensor gerak otomatis yang ada di ruang kantornya. Lampu yang didesain bisa hidup dan mati secara otomatis dengan mendeteksi gerakan ini kemudian diterapkan pada Dong So.
"Lampu saya ini kan otomatis. Ketika saya tinggal keluar dari ruangan, ini (lampu) kan mati sendiri. Nanti kalau saya masuk, ada orang di sini, ada gerakan, (lampu) nyala sendiri. Nah, kenapa nggak lampu ini saya ganti jadi air ya? Gantilah ini lampu jadi air dan sabun," ujar Ashari saat ditemui brilio.net pada Kamis (5/11).
Tanpa buang waktu, Ashari langsung memanggil karyawan bagian riset dan produksi untuk menciptakan produk wastafel yang diinginkannya itu. Bergerak cepat, gambar desain Dong So selesai dalam waktu tiga hari dan dilanjutkan dengan proses produksi. Akhirnya pada Mei 2020, Dong So resmi dirilis dan dipromosikan.
Selain bentuk kepedulian Ashari untuk menanggulangi Covid-19, lahirnya Dong So juga merupakan cara Ashari menjaga semangat kerja karyawannya.
"Selain untuk terbebas dari bersentuhan dengan keran, Dong So juga bikin anak-anak (karyawan) jadi lebih gereget untuk kerja, karena ini (Dong So) kan dibutuhkan. Kalau produksi mesin laundry kan di kondisi pandemi benar-benar turun drastis," ujar Ashari.
-
Kisah di balik nama Dong So
Sekilas ketika mendengar nama Dong So, mungkin yang langsung terbesit di kepala adalah nama sebuah perusahaan atau merek asal Korea Selatan. Padahal nama Dong So memiliki filosofi yang sangat kental dengan unsur Indonesia dan adat Jawa.
Terdiri dari dua suku kata, Dong dan So. Dong merupakan kependekan dari kata bahasa Jawa godong yang berarti daun. Sedangkan So, merupakan bahasa Jawa dari daun melinjo. Ada cerita menarik di balik nama wastafel yang dibanderol Rp 4,6 juta per unit tersebut.
foto: Instagram/@mesinlaundrykanaba
"Pohon melinjo itu dia (daun) nggak akan berguguran walau sedang musim kemarau panjang. Di saat kemarau panjang pun, pohon melinjo itu selalu tumbuh daun baru. Pohon melinjo itu nggak ada yang tumbang tertiup angin. Jadi, batangnya tegak, selalu tumbuh daun baru, dan tidak pernah berguguran walau dimusim kemarau," tutur Ashari.
Pria asli Bantul itu berharap Dong So sesuai dengan namanya bisa menjadi produk yang bertahan di medan apapun dan selalu berkembang. Bukan hanya sekadar harapan, Dong So memang sudah dibuat sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menjamin kualitas dan keamanannya.
-
Dong So bak fatamorgana di tengah pandemi
Sejak pertama kemunculannya pada pertengahan Mei lalu, Dong So menjadi napas baru bagi PT Hari Mukti Teknik. Bak fatamorgana di padang pasir, Dong So menghidupkan kembali bisnis yang sempat lesu.
Sebanyak 30 unit Dong So diproduksi pada bulan pertama kemunculannya. Jumlah produksi terus meningkat hingga ratusan unit seiring bertambahnya permintaan dan kebutuhan masyarakat akan wastafel pada masa pandemi.
foto: Instagram/@mesinlaundrykanaba
Pesanan pun datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan hingga ke Papua. Kampus, kantor instansi pemerintah, kantor perusahaan, dan rumah makan merupakan beberapa konsumen yang sering memesan Dong So.
"Ada yang sekali pesan untuk satu tempat jumlahnya delapan unit, enam unit. Bahkan ada yang untuk satu tempat itu 12 unit. Kemarin kirim yang paling banyak itu ada di Bali, mereka pesan hampir satu truk penuh," pungkas Ashari bangga.
Ashari menambahkan, untuk di wilayah Yogyakarta pengiriman Dong So cukup menyebar. UGM dan Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan (STTKD) Yogyakarta adalah beberapa tempat yang sampai kini menggunakan Dong So.
Masih menurut Ashari, sistem penjualan reseller meningkatkan kemungkinan Dong So sudah dijual sampai ke luar negeri. Meski begitu, ia mengaku tidak bisa melacak keberadaan produknya jika penjualan menggunakan sistem tersebut.
foto: brilio.net/Annisa Amalia
Mengusung konsep tanpa sentuh yang lebih higienis dan didukung harga relatif terjangkau dengan kualitas nomor satu, membuat Dong So banyak diminati. Terlebih Dong So merupakan pelopor wastafel portabel tanpa sentuh pertama di Indonesia.
Untuk menangani tingginya produksi Dong So, Ashari bahkan sampai menambah karyawan sebanyak lima orang. Saat ini, total karyawan yang dimiliki PT Hari Mukti Teknik sudah berjumlah 65 orang.
-
Pertahankan kualitas di tengah ketatnya persaingan
Menjadi pelopor wastafel portabel tanpa sentuh pertama di Indonesia tentu mempunyai tantangannya sendiri. Menurut Ashari, banyak pesaing yang berusaha meniru produk buatannya. Tak sedikit juga yang menjual wastafel serupa dengan harga jauh lebih murah.
Meski begitu, pria 52 tahun itu tetap optimis dengan Dong So. Bukan tanpa alasan, mengedepankan kualitas sesuai SNI dalam setiap produk sudah jadi kunci yang dipegang erat perusahaannya. Tak terkecuali dengan Dong So.
Walau produk baru, Dong So diklaim Ashari dibuat dengan bahan-bahan terbaik di kelasnya. Salah satunya menggunakan stainless steel antikarat berkualitas yang bisa bertahan hingga tahunan.
"Orang awam pertama melihat antara stainless steel antikarat sama yang biasa itu bakal melihat sama saja. Padahal nanti kalau sudah kena sabun, bahan kimia, bakal langsung terlihat perubahannya antara yang berkualitas dan yang murah," jelas Ashari.
Selain itu, desain slim portabel membuat Dong So bisa ditempatkan di berbagai lokasi. Dong So juga hanya menggunakan listrik 14 watt.
foto: Instagram/@mesinlaundrykanaba
Salah satu konsumen yang puas dengan Dong So adalah seorang pemilik toko pusat oleh-oleh di Jogja. Kerja alat cuci tangan milik PT Hari Mukti Teknik ini dinilai bisa mengurangi antrean atau kerumunan orang, karena lebih praktis dan cepat.
Ke depannya, Dong So akan terus diproduksi selama permintaan masih ada. Namun tak berhenti sampai di situ, PT Hari Mukti Teknik melalui Dong So juga akan mengedukasi masyarakat agar terbiasa menggunakan barang otomatis karena lebih terjamin keamanan dan kebersihannya.
Recommended By Editor
- Walking tour di tengah pandemi, harus inovasi atau mati suri
- Berkah di balik wabah, penjual masker ini bisa raup omzet Rp 100 juta
- Menengok inovasi Kampung Purbayan, kampung tangguh Covid-19 di Jogja
- Inovasi baru masker dengan gagang, bentuknya simpel dan unik
- 8 Fakta jus elektrik herbal dari ekstrak rempah asli Indonesia