Kisah dramatis terjadi dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia ketika Bahrain harus menerima hasil imbang 2-2 melawan Australia di menit-menit terakhir. Laga yang berlangsung di Bahrain National Stadium, Rabu (20/11) dini hari WIB, memunculkan ironi yang tak terhindarkan bagi skuad The Reds.

Gol penyeimbang dari Kusini Yengi pada menit ke-90+6 seolah menjadi "karma" bagi Bahrain, yang sebelumnya merugikan Timnas Indonesia dalam situasi serupa pada Oktober lalu. Saat itu, Bahrain juga menyamakan kedudukan di menit 90+9 dalam laga kontroversial melawan Garuda.

Menariknya, situasi ini mendapatkan perhatian dari jurnalis Arab Saudi, Fayad, yang menyindir nasib apes Bahrain melalui cuitan di media sosialnya. Ia menggambarkan kejadian ini sebagai pengulangan kisah dramatis yang sebelumnya dialami oleh Indonesia.

Pertemuan antara Bahrain dan Australia dalam lanjutan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 menyajikan duel ketat yang penuh emosi. Bahrain sempat memimpin dengan skor 2-1 melalui dua gol Mahdi Abduljabbar yang dicetak hanya dalam selisih dua menit pada babak kedua, yaitu menit ke-75 dan ke-77.

Namun, keunggulan tersebut sirna setelah Australia memanfaatkan masa injury time yang panjang. Kusini Yengi, striker muda berbakat Australia, mencetak gol keduanya di laga ini pada menit 90+6, menyamakan skor menjadi 2-2. Gol ini sekaligus menutup peluang Bahrain untuk mengamankan tiga poin penting.

Sebelumnya, Australia sempat tertinggal meski unggul lebih dulu melalui gol cepat Yengi di menit pertama. Namun, perjuangan mereka hingga akhir membuahkan hasil, sekaligus menegaskan bahwa taktik hingga detik terakhir sangat menentukan di kompetisi ini.

Laga Bahrain vs Australia mengingatkan publik pada kontroversi yang melibatkan Bahrain saat melawan Indonesia pada Oktober lalu. Dalam pertandingan itu, Bahrain mencetak gol penyama kedudukan pada menit 90+9, jauh melewati tambahan waktu yang diumumkan wasit keempat.

Menurut Fayad, seorang jurnalis Arab Saudi, kejadian ini menjadi ironi karena hanya berselang sebulan, Bahrain mengalami hal yang sama. "Bulan lalu mereka (Bahrain) menyamakan kedudukan melawan Indonesia di menit 90+6. Hari ini, mereka kebobolan oleh Australia di menit yang sama," tulis Fayad di akun media sosialnya.

Drama tersebut memicu kemarahan fans Indonesia yang merasa dirugikan oleh keputusan wasit Ahmed Al Kaf, yang dinilai memberikan injury time berlebihan. Bahrain, di sisi lain, justru mendapat sorotan negatif atas perilaku mereka di lapangan yang dinilai sering mengulur waktu.

Hasil imbang melawan Australia membuat Bahrain berada di posisi yang sulit di klasemen Grup C. Sebelum laga ini, mereka sudah turun ke peringkat keenam akibat kemenangan Timnas Indonesia atas Arab Saudi sehari sebelumnya.

Dengan tambahan satu poin dari laga melawan Australia, Bahrain masih belum mampu memperbaiki posisinya. Padahal, kemenangan di laga ini sangat penting untuk menjaga peluang mereka lolos ke putaran berikutnya.

Situasi ini menjadi lebih kompleks karena pada leg kedua melawan Indonesia yang dijadwalkan Maret 2025, federasi Bahrain telah meminta laga dipindahkan ke tempat netral. Permintaan ini memicu reaksi dari berbagai pihak, mengingat kontroversi yang sebelumnya terjadi di pertemuan pertama.

Hasil imbang yang diraih Bahrain dan Australia memberikan angin segar bagi Timnas Indonesia. Tambahan tiga poin setelah menang 2-0 atas Arab Saudi membawa skuad Garuda naik ke peringkat ketiga klasemen Grup C dengan enam poin.

Performa Timnas Indonesia yang semakin solid, terutama berkat kontribusi Marselino Ferdinan dengan dua golnya, menunjukkan potensi besar di babak kualifikasi ini. Dengan rival utama berbagi poin, peluang Indonesia untuk melaju ke fase berikutnya semakin terbuka.

Meski demikian, pelatih Shin Tae-yong tetap mengingatkan pentingnya fokus pada setiap pertandingan berikutnya. "Kami harus terus bekerja keras dan tidak menganggap enteng siapa pun," ucapnya usai laga melawan Arab Saudi.

Drama yang melibatkan Bahrain, Australia, dan Indonesia ini memicu diskusi hangat di media sosial. Banyak fans Asia Tenggara, khususnya Indonesia, yang merasa bahwa kejadian ini adalah bentuk keadilan yang terjadi di lapangan hijau.

Cuitan Fayad tentang "karma" Bahrain juga menarik perhatian, dengan banyak pengguna Twitter membalas dengan komentar lucu dan sarkastik. "Jangan lupa injury time, selalu bawa kalkulator," tulis salah satu pengguna.

Reaksi ini menunjukkan bagaimana sepak bola Asia kini mendapatkan perhatian global, bukan hanya karena kualitas permainan, tetapi juga drama yang menyertainya.