Brilio.net - Setiap bulan Ramadan umat muslim biasanya melakukan ibadah salat tarawih di masjid. Salat tarawih ini merupakan ibadah sunah yang biasanya dilakukan dalam 23 rakaat. Karena jumlah rakaat lebih banyak dari salat wajib biasanya, maka durasi salat tarawih cenderung lebih lama.
Namun berbeda dengan umat muslim di area Masjid Pesantren Alqur'aniyah Desa Dukuhjati, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dilansir brilio.net dari merdeka.com, Rabu (8/5), mereka melaksanakan salat tarawih tercepat setelah melaksanakan salat Isya. Salat tarawih tercepat tersebut diketahui sudah 10 tahun berjalan.
"Iya kami memang setiap tahun di bulan Ramadan selalu melaksanakan tarawih tercepat," kata tokoh masyarakat setempat, Azun Mauzun.
Salat tarawih itu digelar khusus untuk pemuda di Desa Dukuhjati Indramayu. Mereka melaksanakan salat tarawih 20 rakaat ditambah witir 3 rakaat.
Azun mengaku memimpin langsung pelaksanaan salat tarawih tercepat di Indramayu. Sementara itu, durasi waktu pelaksanaan salat tersebut hanya 7 menit.
"Kadang enam menit, kadang lebih, tapi tidak kurang dari 10 menit," kata Azun.
Dia menjelaskan, gagasan salat tarawih tercepat tersebut merespons kaum muda desa yang sebagian besar tidak pernah ikut tarawih setiap Ramadan.
Para pemuda di Desa Dukuhjati saat itu enggan ikut tarawih dan memilih berkumpul di warung. Para pemuda desa tak ikut tarawih lantaran malu karena kumpul dengan orangtua.
"Kami sudah bolak-balik mengajak ikut tarawih tapi tetap tidak mau, akhirnya kami tawarkan salat tarawih tercepat di tempat khusus dan alhamdulillah mau, bahkan sudah mulai mengkaji kitab kuning. Makanya tarawih kilat ini banyak salah tafsir karena khusus untuk anak muda semua," kata Azun.
Sejak diterapkan salat tarawih tercepat, tidak sedikit pemuda di Desa Dukuhjati Indramayu antusias. Mereka tidak malu karena jemaah salat sebagian besar anak muda.
Seiring berjalannya waktu, kegiatan Ramadan khusus anak muda tak hanya mengikuti salat tarawih tersebut. Azun mengatakan, para pemuda desa perlahan diajak tadarus hingga mengkaji Kitab Kuning.
"Memang butuh proses dan kesabaran yang cukup luar biasa tidak hanya momen Ramadan saja. Tapi ini demi mereka sendiri," kata Azun.
Azun mengaku, beragam kegiatan positif kerap diikuti pemuda desa selama Ramadan. Tidak sedikit pemuda Desa Dukuhjati saat ini semakin rajin ke masjid.
Tak hanya itu, beragam kegiatan keagamaan yang diikuti pemuda desa membuat mereka berubah sikap. Para pemuda lebih bisa menahan diri dan mengendalikan emosi.
"Ya setidaknya bisa menjaga perilaku mereka terutama perilaku yang dianggap kurang berkenan. Arah positifnya banyak jadi kita bukan tanpa alasan dan tujuan menggelar salat tarawih tercepat ini," ujar Azun.