Brilio.net - Fear of missing out atau fomo adalah kecemasan konstan akan tertinggal atau kehilangan sesuatu yang berharga. Individu yang memiliki perilaku fomo tidak akan mengetahui secara spesifik mengenai apa yang hilang, tetapi akan merasa kehilangan orang lain memiliki momen yang berharga. Dalam kamus Oxford, fomo didefinisikan sebagai kecemasan akan adanya peristiwa menarik atau mungkin hal menarik yang terjadi di tempat lain. Kecemasan ini terstimulasi oleh hal yang ditulis pada media sosial seseorang.

Fomo terbentuk karena rendahnya kepuasan dalam kebutuhan dasar psikologis dari aspek competence, autonomy, dan relatedness. Penjelasan lebih rinci mengenai fomo atau fear of missing out telah brilio.net rangkum dari berbagai sumber pada Selasa (19/7).

Pengertian fomo

Fear of missing out pada dasarnya merupakan kecemasan sosial tetapi dengan perkembangan teknologi dan internet saat ini menyebabkan fear of missing out menjadi lebih meningkat. Fear of missing out atau fomo adalah suatu social anxiety (kecemasan sosial) yang lahir dari kemajuan teknologi, informasi, dan keberadaan media sosial yang semakin meningkat. Fear of missing out atau fomo juga dapat diartikan sebagai kecemasan konstan akan tertinggalnya atau kehilangan sebuah momen. Individu dengan fear of missing out tidak akan mengetahui secara spesifik mengenai apa yang hilang tetapi akan merasakan kehilangan orang lain memiliki momen yang berharga. Fear of missing out atau fomo juga dapat dimaknai sebagai sindrom modern bagi masyarakat modern yang terobsesi dengan tren masa kini.

Terdapat beberapa definisi fomo menurut para ahli:

1. Menurut Murayama, DeHaan, dan Gladwell, fomo merupakan ketakutan akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain di mana individu tersebut tidak dapat hadir di dalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk tetap terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui internet atau dunia maya.
2. Menurut JWT INtelligence, fomo merupakan ketakutan yang dirasakan oleh seseorang bahwa orang lain mungkin sedang mengalami suatu hal atau kejadian menyenangkan, namun orang tersebut tidak ikut merasakan hal tersebut.
3. Alt mendefinisikan fomo merupakan fenomena di mana individu merasa ketakutan orang lain memperoleh pengalaman yang menyenangkan namun tidak terlibat secara langsung sehingga menyebabkan individu berusaha untuk tetap terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui internet.

Fear of missing out atau fomo juga dapat menimbulkan perasaan kehilangan, stres, dan merasa jauh jika tidak mengetahui peristiwa penting individu atau kelompok lain. Hal ini didasarkan pada pandangan determinasi sosial bahwa media sosial memberikan efek pemberian pembanding antara individu mengenai tingkat kesejahteraan serta persepsi kebahagiaan menurut individu lain.

Berdasarkan definisi fomo menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa fomo adalah ketakutan akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain di mana individu tersebut tidak dapat hadir di dalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk tetap terus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui internet.

Aspek-aspek yang memengaruhi fear of missing out atau fomo

Terdapat beberapa aspek dari fear of missing out atau fomo yang dipengaruhi oleh perspektif Self Determinant Theory atau SDT. Beberapa aspek tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan relatedness
Relatedness atau kedekatan untuk berhubungan dengan orang lain adalah kebutuhan seseorang untuk merasakan perasaan tergabung, terhubung, dan kebersamaan dengan orang lain. Kondisi seperti pertalian yang kuat, hangat, dan peduli dapat memuaskan kebutuhan pertalian sehingga individu merasa ingin memiliki kesempatan lebih dalam berinteraksi dengan orang yang dianggap penting dan terus mengembangkan kompetensi sosialnya.

Apabila kebutuhan psikologis relatedness tidak terpenuhi dapat menyebabkan individu merasa cemas dan mencoba mencari tahu pengalaman yang dilakukan oleh orang lain, salah satunya melalui internet.

2. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan self
Kebutuhan psikologis akan self berkaitan dengan competence dan autonomy. Competence didefinisikan sebagai keinginan yang melekat pada individu untuk merasa efektif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Rendahnya kepuasan individu terhadap competence dapat menyebabkan individu merasa frustasi dan putus asa. Apabila kebutuhan psikologis self tidak terpenuhi, maka individu akan menyalurkannya melalui internet untuk mendapatkan berbagai informasi yang berhubungan dengan orang lain.

Sementara aspek-aspek fear of missing out atau fomo menurut JWTIntelligence adalah sebagai berikut:

1. Merasa takut kehilangan informasi-informasi terbaru yang ada di internet.
2. Gelisah atau gugup ketika tidak menggunakan internet sedangkan orang lain sedang menggunakan internet.
3. Merasa tidak aman karena internet dan merasa sangat mudah tertinggal informasi yang tersebar di internet.

 

 

Indikator dear of missing out atau fomo

Indikator ini didasarkan pada rangkuman dari survei industri yang dilakukan oleh Przybylski mengenai fear of missing out atau fomo pada tahun 2012. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketakutan
Ketakutan diartikan sebagai keadaan emosional yang timbul pada seseorang yang merasa terancam ketika seseorang sedang terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman dengan pihak lain.

2. Kekhawatiran
Kekhawatiran diartikan sebagai perasaan yang timbul ketika seseorang menemukan bahwa orang lain sedang mengalami peristiwa menyenangkan tanpanya dan merasa telah kehilangan kesempatan bertemu dengan orang lain.

3. Kecemasan
Kecemasan diartikan sebagai respons seseorang terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan ketika seseorang sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman dengan pihak lain.

Dampak dari perilaku fear of missing out atau fomo
foto: Unsplash/Erik Lucatero

Terdapat beberapa cara untuk mengatasi fear of missing out atau fomo yaitu:

1. Berpikir positif
Kamu dapat mencoba menghilangkan segala pikiran negatif dan kurangi membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kamu bisa mulai dengan mensyukuri kehidupan yang kamu jalani. Langkah ini dapat membuatmu merasa lebih baik dan fokus pada kehidupan nyata daripada media sosial.

2. Membuat batasan waktu di media sosial
Kamu bisa mencoba menggunakan timer untuk membatasi penggunaan media sosial. Hal ini dapat membantumu dalam mengurangi perasaan kehilangan momen atau fomo yang sering terjadi ketika menyusuri media sosial.

3. Melakukan meditasi
Kamu juga dapat mengurangi rasa cemas dengan melakukan meditasi. Kamu bisa mengikuti kelas meditasi atau melakukannya secara mandiri di rumah. Aktivitas ini dapat membantu mengurangi penggunaan media sosial dan membuat perasaan menjadi lebih tenang.

Sumber: Anggareni. 2021. Hubungan Antara Subjective Well-Being dan Fear of Missing Out (FoMO) Pada Emerging Adulthood. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.