Brilio.net - Menekuni hobi tak semata memuaskan hasrat terhadap sesuatu. Lewat hobi, seseorang bisa menghasilkan uang. Hobi bisa pula membuat orang melakukan dua hal sekaligus atau lebih. Contohnya hobi aeromodelling yang melibatkan unsur rekreasi, edukasi, dan olahraga.
Termasuk dalam olahraga dirgantara, aeromodelling memberikan kesenangan tersendiri bagi peminatnya. Di Indonesia, aeromodelling berada di bawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Tak sedikit komunitas aeromodelling di Tanah Air. Brilio.net berkesempatan berkenalan dengan salah satunya yang mengikuti perhelatan Jogja Air Show (JAS) 2019 di Landasan Pacu Pantai Depok, Bantul, Sabtu (24/8).
Tengah hari di stand khusus aeromodelling, deretan pilot dan kru komunitas Semen Gresik Tuban Aeromodelling Community (SGTACom) sedang beristirahat, jeda sejenak acara JAS. Beberapa di antaranya ada yang mengobrol, makan, mengutak-atik pesawat, bahkan menikmati embusan angin Pantai Depok.
Adalah Khoirul Afandi, ahli teknik member SGTACom yang menyambut Brilio.net dengan ramah. Duduk di atas papan kayu, di tengah member SGTACom dan beberapa unit pesawat aeromodelling, kami berbincang tentang komunitas dan pesawat remote control.
Khoirul (paling kiri) dan tim SGTACom (berbaju putih) saat di JAS 2019/foto: Facebook/Kho N Di
Awal obrolan yang dilatarbelakangi suara band melantunkan lagu-lagu Koes Plus, pria paruh baya itu menyebutkan jenis-jenis pesawat aeromodelling. Dilihat dari desain aero dinamik pesawat, ada model fixed wing, 3D untuk manuver meliuk-liuk di udara, twin motor, hingga trainer untuk latihan biasa.
Dalam menerbangkan pesawat aeromodelling bukan tanpa tantangan. Hambatan angin atau ketidakseimbangan pesawat aeromodelling bisa membuat performanya tak optimal.
Salah satu risiko bermain aeromodelling adalah jatuh hingga hancurnya pesawat. Namun demikian, menurut Khoirul, mesin motor pesawat umumnya masih bisa digunakan kembali.
foto: Brilio.net/Agustin Wahyuningsih
Tak sekadar ahli menerbangkan pesawat aeromodelling, member SGTACom maupun komunitas serupa lain bisa juga mengutak-atik mesinnya. Ilmu ini tak segan mereka bagikan pada masyarakat umum.
Di Tuban, SGTACom kerap mengadakan latihan pada hari Minggu maupun hari libur di lapangan dekat Hotel Mustika atau di Desa Sugihwaras, Jenu. Keanggotaan mereka yang sudah 30 member lebih, diisi orang-orang dari berbagai latar belakang profesi dan usia. Kebanyakan member sudah bekerja seperti guru hingga pegawai rumah sakit. Namun ternyata ada pula yang mahasiswa, bahkan murid kelas 2 SMP.
Keseruan menerbangkan pesawat aeromodelling bisa dicicipi siapa saja. SGTACom menyambut masyarakat yang ingin belajar atau sekadar menyaksikan momen latihan mereka dengan tangan terbuka.
"Kami welcome. Kita ke sekolah-sekolah, siapa yang berminat monggo. Kita ingin memperkenalkan (aeromodelling) ini untuk menghapus anggapan aero itu mahal, kita punya solusi," ujar Khoirul yang lihai membuat pesawat aeromodelling.
Untuk Sobat Brilio yang ingin ahli menerbangkan pesawat aeromodelling, sangat disarankan bergabung dengan komunitas terlebih dahulu. Latihannya bisa menggunakan pesawat sendiri maupun dari pihak komunitas. Ini berlaku pula di SGTACom.
"Nanti di lapangan langsung ditraining atau simulasi dulu," kata Khoirul.
SGTACom tak sembarang menekuni hobi, melainkan juga peduli terhadap lingkungan.Ditimpali member lain, Harmawan, pesawat aeromodelling SGTACom merupakan kerajinan tangan ramah lingkungan. Bahkan sejak awal komunitas ini menekuni hobi yang sama, prinsip ramah lingkungan sudah diterapkan.
"Kita buat pesawat dari bekas boks buah," ujar Harmawan di sela-sela menikmati makan siangnya. Seperti diketahui, daur ulang sampah merupakan salah satuaksi ramah lingkungan atau go green.
foto: Brilio.net/Agustin Wahyuningsih
Diamini Khoirul, selain boks buah, ada pula bekas boks ikan yang dijadikan pesawat. Selain membuat sendiri desain pesawat, kadang SGTACom juga mencontoh model lain seperti F-16, Boeing, atau Cessna. Hasil karya pesawat dari limbah ini ada yang dimanfaatkan sendiri maupun dijual.
Menurut Harmawan, dengan memanfaatkan limbah, harga pesawat lebih ekonomis dibandingkan produksi pabrikan. Dia mengatakan bahwa harga pesawat aeromodelling handmade daur ulang limbah berkisar Rp 350 ribuan, sementara pabrikan Rp 1 juta lebih, tergantung model pesawat. Inilah yang dimaksud Khoirul dengan 'solusi' seperti disebutkan sebelumnya.
Keahlian membuat pesawat aeromodelling mendatangkan kepuasaan bagi Khoirul maupun member SGTACom lain yang berkemampuan serupa.
"Kita desain dari nol sampai terbang itu terpuaskan daripada bikinan orang," ungkap Khoirul.
Bukan hanya berkumpul menekuni hobi, SGTACom juga kerap mengikuti perlombaan seperti di Surabaya dan Bali. Terbaru, salah seorang anggotanya bernama Priyo menang dalam kejuaraan aeromodelling di Surabaya beberapa waktu lalu.
Kejuaraan yang didasarkan pada kelas atau jenis pesawat aeromodelling ini biasanya menjadikan kecepatan terbang sebagai tolok ukur kemenangan.
foto: Brilio.net/Agustin Wahyuningsih
Selain menularkan semangat unsur rekreasi, edukasi, dan olahraga lewat aeromodelling pada masyarakat sejak 2013, SGTACom juga bersilaturahmi dengan komunitas sejenis lain seperti di Rembang dan Lamongan.
Mungkin Sobat Brilio yang penasaran dengan aeromodelling, mau silaturahmi dengan SGTACom atau komunitas serupa lain? Kamu bisa mampir ke Facebook SG Tuban Aeromodelling Community (SGTACom). Selamat mencoba bermain dan berolahraga aeromodelling!