Brilio.net - Jembatan adalah salah satu bangunan konstruksi yang cukup vital. Dengan dibangunnya jembatan, jalur transportasi antar wilayah bisa mudah untuk dilalui. Hal ini mengingat bentuk dataran yang tidak selalu rata, selalu menemui lengkungan berupa jurang, atau bahkan terpisah sungai maupun lautan.
Begitu banyak jembatan yang dibangun di seluruh dunia. Dari yang ukurannya hanya puluhan meter, sampai yang ratusan kilometer telah dibangun. Misalnya, Jembatan Besar Danyang-Kunshan yang menyambungkan Beijing Shanghai. Jembatan ini memiliki panjang 164.8 kilometer.
Di Asia Tenggara, yang kawasannya notabene terdiri dari kepulauan juga terdapat jembatan besar nan panjang. Tahukah kamu jembatan apa yang paling panjang di Asia Tenggara? Jawabnya adalah Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien di Brunei Darussalam.
Jadi Jembatan paling panjang di Asia Tenggara
Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien merupakan jembatan besar yang berisi jalan raya untuk dilalui mobil. Jembatan ini punya panjang 30 kilometer yang menjadikannya sebagai jembatan paling panjang di Asia Tenggara.
Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien menghubungkan daerah Mengkubau dan Sungai Besar di Daerah Brunei-Muara, dengan Labu Estate di Daerah Temburong.
Jembatan ini menjadi satu-satunya jalan yang secara langsung menghubungkan wilayah utama Brunei dengan eksklave Temburong, yang secara fisik dipisahkan distrik Limbang, Sarawak, di Malaysia, dan Teluk Brunei di Laut Tiongkok Selatan.
Dengan dibukanya jembatan ini, memungkinkan masyarakat Brunei bisa mengakses wilayah Brunei di sebelah timur tanpa harus menyeberang dulu ke perbatasan Malaysia.
Sebelumnya bagi yang ingin menyeberang ke Brunei sebelah Timur, mereka harus melewati empat pos pemeriksaan imigrasi di sepanjang rute daratan.
Biaya dan Pekerjaan Konstruksi
Proyek tersebut dilaporkan menelan biaya sebesar 1,6 miliar Dolar Brunei atau sekitar Rp 17 triliun. Mulai dibangun pada 2014, Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien baru diresmikan pada 2020.
Jembatan ini mulai dibangun oleh Daelim, sebuah perusahaan asal Korea Selatan, dan China State Construction Engineering (CSCEC), badan usaha milik negara asal Republik Rakyat Tiongkok.
Pemerintah Brunei sendiri mulai membuka jembatan ini tepat pada 17 Maret 2020. Kemudian pada Juli 2020, Sultan Hassanal Bolkiah meresmikan nama Jembatan ini bernama Jembatan Sultan Haji Omar Ali Saifuddien untuk menghormati mendiang ayahnya.
Recommended By Editor
- Tak banyak diketahui, busana muslim khas Indonesia punya latar belakang erat dengan etnis Tionghoa
- VOC perusahaan terbesar sepanjang sejarah, melebihi gabungan Apple, Google, Microsoft
- Mengenal Macassar, kota di Afrika Selatan yang punya sejarah erat dengan Makassar di Sulawesi
- Mengapa ada daratan milik Timor Leste di wilayah Nusa Tenggara Timur? Begini sejarah dan faktanya
- Mengenal keunikan Candi Ngawen, peninggalan Wangsa Syailendra
- Sasmitaloka, saksi bisu perjuangan Jenderal Soedirman
- Rumah Pesik Kotagede, jejak akulturasi arsitektur Jawa dan Eropa