Brilio.net - Masjid Al Aqsha merupakan salah satu kompleks masjid yang terletak di Palestina. Masjid ini juga menjadi situs suci dari tiga agama, termasuk Islam. Nama masjid Al Aqsha pun pernah disebutkan dalam Alquran yakni pada surah Al Isra ayat 1 yang menjelaskan tentang peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad.
"Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al Isra': 1)
Dalam sejarah Islam, Masjid Al Aqsha dikenal berada di Baitul Maqdis, sebutan untuk kota yang suci. Pondasinya telah diletakkan oleh Allah SWT di muka bumi sejak Nabi Adam, as. Sedangkan pembangunannya secara turun temurun dilanjutkan oleh para Nabi-Nabi khususnya yang diutus kepada kaum Bani Israil.
Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauzy, Masjid Al Aqsha dibangun kembali di atas pondasinya oleh cucu Nabi Ibrahim as, yakni Nabi Yaqub bin Ishaq. Dilanjutkan dengan keturunan berikutnya yakni Nabi Daud. Lalu, bangunan Masjid Al-Aqsha diperbaharui kembali oleh putra Nabi Daud yakni Nabi Sulaiman as.
Tak hanya itu, beberapa hadits juga menjelaskan keistimewaan masjid Al Aqsha bagi umat muslim. Apa saja? Dihimpun brilio.net dari berbagai sumber pada Senin (4/5), berikut keistimewaan masjid Al Aqsha dan sejarahnya dalam Islam.
1. Kiblat pertama bagi umat Islam.
foto: freepik.com
Dahulu, Masjid Al Aqsha merupakan kiblat pertama umat muslim. Sebelum hijrah ke Madinah, Rasulullah pun sholat menghadap ke Masjid Al Aqsha. Kurun waktunya berkisar 16 bulan. Hingga turunlah wahyu tentang perintah sholat menghadap Ka'bah Mekkah. Sebagaimana dalam surah Al Baqarah ayat 44, Allah berfirman:
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu mengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkahlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dengan apa yang mereka kerjakan."
2. Masjid kedua yang diletakkan Allah di muka bumi.
foto: freepik.com
Masjid Al Aqsha merupakan masjid kedua yang diletakkan Allah di muka bumi setelah Masjidil Haram, sebagaimana dalam hadits,
Abu Dzar pernah bertanya "Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?" Beliau bersabda "Al Masjil Al Haram". Abu Dzar bertanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau bersabda "Kemudian Al Masjid Al Aqsha. Berkata Ab Muawiyah "Yakni Baitul Maqdis". Abu Dzar bertanya lagi "Berapa lama antara keduanya?". Beliau menjawab "Empat puluh tahun" (HR Ahmad)
3. Sholat di masjid Al Aqsha lebih utama.
foto: freepik.com
Dalam hadits dijelaskan bahwa mengerjakan sholat di Masjid Al Aqsha lebih utama 1000x lipat. Namun ada juga riwayat lain yang menyatakan bahwa lebih utama 500x dan 250x. Beberapa hadistnya sebagai berikut:
"Sesunggunya Maimunah pembantu Nabi berkata, "Ya Nabiyallah, berilah kami fatwa tentang Baitul Maqdis". Maka Rasulullah menjawab, "Bumi tempat bertebaran dan tempat berkumpul. Datangilah ia, maka shalatlah di dalamnya, karena sesungguhnya shalat di dalamnya seperti seribu kali shalat dari shalat di tempat lain" (HR Ahmad).
Sedangkan riwayat yang menyatakan bahwa sholat di Masjid Al Aqsha lebih utama 500x sebagaimana dalam hadits:
"Sholat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat daripada sholat di masjid-masjid lainnya. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama seribu kali lipat. Dan sholat di Masjidil Aqhsa lebih utama lima ratus kali lipat." (HR Ahmad)
Lalu dalam riwayat lain,
"Kami saling bertukar pikiran tentang mana yang lebih utama, masjid Rasulullah atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah. Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seluruhnya", atau ,"lebih baik dari dunia seisinya". (HR Ath-Thabrani)
4. Tempat ziarah yang dianjurkan Rasulullah.
foto: freepik.com
Masjid Al Aqsha menjadi salah satu tempat yang dianjurkan Rasulullah untuk dikunjungi, sebagai mana sabdanya:
"Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)". (HR Bukhari Muslim)
5. Tempat singgah Rasulullah dalam peristiwa Isra Miraj.
foto: freepik.com
Allah memberikan wahyu secara langsung tentang perintah sholat lima waktu melalui peristiwa yang kita kenal dengan isra miraj. Isra miraj merupakan salah satu perjalanan suci Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan naik ke Sirdratul Muntaha.
Sebagai tempat persinggahan, Masjid Al Aqsha tentu memiliki keutamaan. Sebelum naik ke Sirdratul Muntaha, Nabi juga sempat mendirikan sholat dua rakaat di masjid tersebut. Nabi bersabda:
"Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya. Beliau bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis. Beliau bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar." (HR Muslim).
6. Doa dan permohonan Nabi Sulaiman.
foto: freepik.com
Nabi Sulaiman merupakan salah satu nabi yang memperbaiki dan memperbarui bangunan Masjidil Aqhsa. Nabi Sulaiman pernah berdoa pada Allah dan mengajukan tiga permohonan sebagaimana dijelaskan dalam hadits bahwa Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya ketika Nabi Sulaiman bin Daud membangun kembali Baitul Maqdis, ia meminta kepada Allah ’azza wa jalla tiga perkara. Yaitu meminta kepada Allah agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukum-Nya, lalu dikabulkan; dan meminta kepada Allah dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan; serta memohon kepada Allah bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorang pun yang berkeinginan shalat di situ, kecuali agar dikeluarkan kesalahannya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya (dalam riwayat lain : Lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda : "Adapun yang kedua, maka telah diberikan. Dan aku berharap, yang ketiga pun dikabulkan)" (HR An Nasa'i).