Brilio.net - Masihkah kamu ingat dengan ungkapan bahwa membaca buku akan membantu kamu untuk membuka jendela dunia? Ungkapan ini tentunya bukan isapan jempol belaka. Pada praktiknya, membaca buku memang membuat kamu memiliki lebih banyak wawasan. Sejak zaman dahulu, budaya membaca ini sudah diperkenalkan kepada masyarakat, bahkan sejak memasuki bangku sekolah dasar. Setiap pelajar wajib bisa membaca, karena dari membacalah berbagai ilmu akan terus direproduksi dalam diri manusia.

Untuk bisa membaca buku, mungkin dahulu kamu harus membeli di toko buku ataupun meminjam di perpustakaan. Tapi, memasuki era digital, tren membaca buku ini berubah menjadi tidak terbatas pada buku cetak saja. Kamu bisa mengakses buku-buku yang kamu butuhkan dengan memanfaatkan kecanggihan internet. Banyak penerbit, situs akademik, maupun perpustakaan online yang menyediakan akses terhadap buku elektronik. Bahkan, kini buku elektronik pun di perjualbelikan di pasar daring.

Dengan kemudahan akses tersebut, tak sedikit orang yang beralih dari membaca buku cetak ke e-book. Selain biasanya e-book dibanderol dengan harga lebih murah dan terjangkau, e-book juga mudah kamu bawa ke mana saja. Teknologi ini juga memungkinkan kamu untuk membaca di mana saja tanpa terbatas waktu dan tempat. Tak heran jika di generasi ini, e-book lebih menjadi primadona dibanding buku cetak biasa.

membaca buku atau ebook © berbagai sumber

foto: brilio.net/istimewa

Tapi tahukah kamu? Ada perbedaan kesan saat orang membaca buku cetak dan e-book. Meski sama-sama buku dan isinya sama, tapi kesan yang dihasilkan umumnya berbeda. Membaca buku fisik diyakini lebih berkesan ketimbang e-book. Selain karena bisa menyentuh fisiknya secara langsung, ada pemahaman-pemahaman serta pergumulan pikiran yang mungkin tak didapatkan jika kamu membaca buku elektronik.

Sosiolog sekaligus Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada, Dr. Arie Sujito, S.Sos, M.Si berbincang dengan brilio.net terkait pengalaman membaca buku cetak dan e-book ini. Sebagai seorang akademisi, ia pun meyakini ada pengalaman berbeda antara membaca buku cetak dan buku elektronik.

“Kalau dari kecepatan akses jelas e-book memang menjanjikan. Tapi membaca buku itu tidak gampang capek daripada membaca e-book,” ungkap Dr. Arie Sujito kepada brilio.net, Jumat (4/10).

Bagi dosen sosiologi ini, membaca e-book lebih membutuhkan energi dan kadang mendistraksi konsentrasi. Hal ini tak lepas kaitannya dengan penggunaan gadget dalam jangka waktu lama yang tentunya berpengaruh ke pandangan mata. Jika mata mulai tak nyaman, tentu konsentrasi akan terganggu.

membaca buku atau ebook © berbagai sumber

foto: brilio.net/istimewa

Senada dengan Dr. Arie Sujito, Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja sama, dan Alumni, Fisipol UGM, Fina Itriyati Ph.D juga menyampaikan hal yang sama. Bagi peneliti sosial ini, buku cetak memberikan pengalaman belajar yang lebih utuh dibanding buku digital.

“Buku cetak itu lebih memberikan pemahaman yang utuh ya mengenai substansi dari apa yang kita baca,” terangnya pada brilio.net.

Bagi pembelajar gender dan etnografi ini, ada keterikatan emosional antara pembaca dan buku yang muncul misalnya dari kegiatan mencorat-coret buku dan lain sebagainya.

Dari paparan para akademisi di atas, brilio.net merangkum 7 alasan kenapa membaca buku cetak lebih berkesan dan lebih utuh dibanding membaca e-book.

1. Pengalaman sensorik yang lebih lengkap

Membaca buku cetak memberikan pengalaman sensorik yang tidak dapat disamai oleh e-book. Sentuhan lembut kertas, bau khas buku yang kadang menjadi nostalgia, dan suara ketika membalik halaman adalah sensasi yang hanya bisa dinikmati dengan buku fisik. Menurut sebuah penelitian dari Kingston University, Inggris, pengalaman membaca buku fisik melibatkan lebih banyak indera, seperti sentuhan dan penciuman, yang memperkaya hubungan emosional antara pembaca dan bacaan mereka.

2. Lebih fokus dan minim gangguan

Membaca e-book di perangkat digital sering kali mengundang berbagai distraksi, seperti notifikasi aplikasi, pesan masuk, atau godaan untuk berselancar di internet. Buku cetak menawarkan fokus penuh, karena tidak ada layar yang menyala atau pesan yang muncul tiba-tiba. Hal ini membuat pembaca lebih tenggelam dalam cerita atau informasi yang disajikan. Sebuah studi dari Journal of Research in Reading menunjukkan bahwa pembaca buku cetak cenderung lebih mampu memahami dan mengingat informasi dibandingkan pembaca e-book, terutama karena gangguan digital tidak ada.

3. Lebih mudah dalam hal mengingat

Menurut studi dari Anne Mangen, seorang peneliti di University of Stavanger, Norwegia, membaca buku cetak membantu pembaca lebih baik dalam mengingat dan memahami apa yang dibaca. Hal ini terkait dengan adanya pengalaman fisik dari membalik halaman dan 'meraba' posisi teks dalam buku. Membaca di e-book yang berbasis scroll atau swipe tidak memberikan efek yang sama, sehingga proses penyimpanan informasi dalam ingatan jangka panjang menjadi kurang optimal.

4. Hubungan emosional yang lebih dalam

Buku cetak sering kali menjadi lebih dari sekadar bahan bacaan; buku bisa menjadi objek sentimental. Banyak orang menyimpan buku favorit mereka sebagai kenangan atau harta pribadi. Menyimpan buku fisik di rak memberikan rasa kepemilikan yang nyata, berbeda dengan e-book yang hanya tersimpan di dalam file digital. Buku cetak bahkan bisa diwariskan, diberi tanda tangan penulis, atau menjadi hadiah spesial, yang secara emosional lebih berharga dibandingkan file e-book.

5. Tidak membebani mata

Paparan layar dalam waktu lama dapat menyebabkan mata lelah dan tegang, kondisi yang dikenal sebagai Computer Vision Syndrome (CVS). Membaca buku cetak menawarkan kenyamanan lebih bagi mata karena tidak memancarkan cahaya biru yang bisa memicu kelelahan mata. Menurut American Optometric Association, membaca di layar dalam jangka panjang bisa menyebabkan masalah kesehatan mata, sementara membaca buku fisik tidak menimbulkan efek serupa.

6. Koleksi yang lebih berarti

Mengoleksi buku fisik memberikan kepuasan tersendiri. Rak buku yang penuh dengan koleksi bacaan favorit bisa menjadi simbol pencapaian intelektual. Setiap buku memiliki ceritanya sendiri, baik dari sisi isi maupun perjalanannya sebagai bagian dari hidup seseorang. E-book, meski lebih praktis, tidak memberikan perasaan yang sama karena hanya berupa data yang tidak tampak secara fisik.

7. Kualitas visual yang lebih baik

Meskipun e-book memungkinkan pembaca untuk menyesuaikan ukuran huruf atau latar belakang, kualitas visual dari buku cetak tetap tidak bisa diungguli. Ilustrasi, layout, dan tipografi dalam buku cetak dirancang dengan seksama untuk memberikan pengalaman visual yang maksimal. Buku seni, fotografi, atau komik, misalnya, sangat mengandalkan kualitas visual yang bisa lebih dihargai dalam bentuk cetak.