Brilio.net - Banyak orang berkata jika kata "ikhlas" sangat mudah diucapkan, tetapi cukup sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ikhlas sendiri dapat diartikan sebagai upaya membersihkan diri, taat, dan berserah kepada Allah SWT.
Ikhlas menjadi sulit dilakukan karena manusia memiliki penyakit hati seperti sulit merelakan sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Padahal, terjadinya sesuatu telah diatur oleh Allah SWT.
Umat muslim harus memiliki sifat ikhlas karena menjadi syarat penting dalam menjalankan amal dan ibadah supaya diterima oleh Allah SWT. Meskipun harus memiliki sifat ikhlas, ternyata ikhlas tidak hanya ada dalam satu jenis saja, tetapi dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan.
1. Ikhlas akhwas al-khawas.
Ini adalah tingkatan ikhlas yang tertinggi karena seseorang telah mampu membersihkan perbuatan atau amalannya tanpa dipengaruhi orang lain.
Orang dengan tingkatan ikhlas ini hanya berserah dan menjalankan segala ibadah hanya untuk Allah SWT.
2. Ikhlas khawas.
Mirip dengan ikhlas tingkatan pertama, ikhlas khawas juga melakukan ibadah karena Allah ta'ala.
Akan tetapi, orang dengan ikhlas khawas ini masih mengharap pamrih setelah kehidupan di dunia. Contoh dari pamrih tersebut adalah mengejar kenikmatan yang ditawarkan surga Allah.
3. Ikhlas awam.
Berbeda dari kedua jenis ikhlas sebelumnya yang mengharap kebaikan dari akhirat atau semata-mata hanya untuk Allah, jenis ikhlas ini masih mengharap kenikmatan duniawi.
Orang-orang dengan ikhlas awam ini menjalankan ibadah dan melakukan amalan supaya Allah memberikan kemudahan maupun melapangkan rezekinya selama hidup di dunia.
foto: pexels.com
Untuk memiliki sikap ikhlas, kita perlu menerapkannya dalam kehidupan beragama maupun kehidupan keseharian. Dalam kehidupan beragama, terdapat lima jenis ikhlas, yakni:
1. Ikhlas dalam syahadat.
Maksud dari ikhlas dalam syahadat adalah mengikhlaskan atau merelakan dirinya kepada Allah SWT sebagai umat muslim.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Tidaklah ada satu jiwa pun yang meninggal dalam keadaan bersyahadat Laa Ilaaha Illallah dan aku adalah Rasulullah yang itu semua kembali kepada hati seorang mukmin (ikhlas dari lubuk hatinya), kecuali Allah akan beri ampunan kepadanya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, lihat Ash Shahihah, no. 2278)
2. Ikhlas dalam sholat.
Dalam menjalankan sholat, umat muslim pun perlu melakukan ikhlas. Umat muslim sudah seharusnya menjalankan sholat hanya untuk Allah SWT supaya mendapatkan ampunan dan pahala.
Keikhlasan ini diwujudkan dengan memperbaiki dan menyempurnakan wudhu, serta menjalankan salat tanpa paksaan siapapun kecuali niatnya kepada Allah.
3. Ikhlas dalam zakat.
Menjalankan zakat atau sedekah harus dilandasi dengan sikap ikhlas. Tanpa keikhlasan, zakat pun akan terasa sebagai beban ketika dilaksanakan.
Untuk memiliki sikap ikhlas dapat dilatih dengan melakukan zakat yang dilandasi niat tulus hanya kepada Allah.
4. Ikhlas dalam berpuasa.
Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan dilandasi keimanan dan semata-mata ikhlas mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al Bukhari, Muslim).
Dengan keikhlasan dan niat menjalankan puasa hanya karena Allah, maka puasa yang menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu akan terasa lebih mudah dijalani.
5. Ikhlas dalam beribadah haji.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji semata-mata ikhlas karena Allah, dan dia tidak melakukan perbuatan kotor dan dosa dalam hajinya tersebut, maka dia kembali dalam keadaan seperti pada hari dia dilahirkan oleh ibunya (suci dan bersih dari dosa).” (HR. Al Bukhari, Muslim).
foto: pexels.com
Selain kehidupan beragama, sikap ikhlas juga penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia sering kali menghadapi kekecewaan dan kegagalan. Dengan sikap ikhlas, manusia akan jauh mendapatkan ketenangan jiwa ketika menjalani berbagai cobaan hidup.
Sikap ikhlas dapat diterapkan dengan melakukan hal-hal berikut.
1. Memperkuat niat untuk belajar ikhlas supaya tidak mudah goyah ketika sudah menjalankannya.
2. Menanamkan pikiran-pikiran yang positif dan menghindari buruk sangka terhadap diri sendiri. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, segala sesuatu yang terjadi telah diatur Allah SWT. Apabila terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasi, maka harus tetap berprasangka baik dan mengambil hikmahnya.
3. Mencari cirlce pertemanan yang berisi orang-orang bertakwa. Circle pertemanan tersebut bisa terdiri dari orang yang sudah bisa melakukan ikhlas maupun belajar untuk ikhlas. Mencari circle yang sama perlu dilakukan supaya bisa mendapat support system yang tepat.
4. Mengambil hikmah dan menjadikan pengalaman sebagai pembelajaran. Untuk memiliki sikap ikhlas, maka hindarilah menyalahkan keadaan atau orang lain. Akan tetapi, cobalah untuk introspeksi diri dan tetap berprasangka baik pada Allah.