Brilio.net - Menunaikan ibadah haji di Mekah merupakan impian bagi setiap umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tak heran apabila banyak umat Islam yang berusaha untuk dapat mewujudkan salah satu rukun Islam tersebut.

Tak mengenal tua muda, kaya atau miskin, umat muslim pun telah menyiapkan bekal materi maupun moril agar dapat secepatnya pergi haji. Seperti halnya kisah seorang kakek 71 tahun bernama Matnazu Mucari Bungkas berikut ini.

Dilansir brilio.net dari merdeka.com, Rabu (17/7), Matnazu berprofesi sebagai tukang becak. Selama 22 tahun lamanya, ia menyisihkan penghasilannya dari mengayuh becak untuk menabung sebagai biaya menuju Tanah Suci.

"Saya selama ini menabung untuk bisa berangkat haji. Saya sisihkan sebagian dari penghasilan mengayuh becak," ujar warga Simo Hilir Sukomanunggal, Surabaya tersebut dikutip dari merdeka.com.

Matnazu mengaku, selama puluhan tahun bekerja, ia tidak tertarik untuk membeli perabotan mewah. Menurut kakek 20 cucu ini, yang sangat berharga ialah becak tua yang bersandar di depan rumahnya.

"Ya cuma becak itu harta yang paling berharga di rumah," ungkapnya sembari tersenyum.

Dengan becak tua itulah, Matnazu menghabiskan waktu sehari-hari. Mengais rezeki untuk menafkahi keluarga dan menghidupi anak-anaknya yang sekarang tinggal sembilan orang setelah tiga di antaranya meninggal dunia.

Menarik becak dijalani Matnazu sejak tahun 1997 silam. Meski penghasilannya tidak seberapa, namun itu bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Upayanya meraih mimpi bukannya tanpa halangan. Sebab, dalam kurun waktu tahun terakhir ini, penghasilannya dari mengayuh becak mengalami penurunan yang cukup drastis.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya dalam sehari ia bisa mengumpulkan uang Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu, namun kini ia hanya mampu meraup penghasilan antara Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu saja per hari.

"Peminat becak sudah mulai sepi. Apalagi di kota besar seperti Surabaya ini, sudah tidak seperti dulu lagi," katanya.

Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus menabung agar dapat pergi haji. Namun, di tengah perjalanan ia kembali mendapatkan cobaan. Sanatun, sang istri meninggalkannya lebih dulu ke rahmatullah. Ia dipanggil sang Khalik sejak 15 tahun silam.

Tak ada kata pupus dalam kamus hidupnya. Perjuangannya untuk menunaikan rukun Islam ke-5 itu tetap diperjuangkannya. Sedikit demi sedikit uang yang dikumpulkannya kini sudah mencukupi untuk pergi ke Mekkah.

Tergabung dalam kloter 28 asal Kota Surabaya, ia pun dijadwalkan terbang menuju Arab Saudi, menggunakan pesawat Saudi Airlines melalui Bandara Internasional Juanda.