Brilio.net - Dalam Islam, ada 25 nabi yang wajib diketahui. Salah satunya adalah Nabi Ayub. Dalam silsilah, Nabi Ayub masih keturunan dari Nabi Ishaq. Sebagai manusia pilihan, Nabi Ayub dikenal memiliki kesabaran yang luar biasa. Dalam kisahnya, Nabi Ayub pada awalnya melalui kehidupan yang bisa dikatakan sempurna. Sebab beliau dikaruniai harta yang berlimpah, keturunan yang baik, dan akhlak yang mulia.
Namun Allah menguji keimanan Nabi Ayub dengan berbagai cobaan yang berat. Semua yang dimiliki Nabi Ayub sirna, bahkan ia juga mengidap penyakit kulit yang parah. Meski begitu, Nabi Ayub tetap menunjukkan kesabarannya. Ia terus berdoa dan meminta pada Allah untuk diberikan kesembuhan.
Kisah Nabi Ayub telah dijelaskan dalam Alquran. Jika mau mencermatinya, betapa banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok Nabi Ayub as. Dengan mengetahui kisah para nabi terdahulu, kita sebagai seorang Muslim wajib mencontoh dan menjadikannya sebagai teladan.
Allah menguji kesabaran Nabi Ayub.
foto: freepik.com
Allah SWT telah menyebutkan bahwa Nabi Ayub adalah hamba-Nya yang sabar dan penyayang. Tak hanya dari kalangan manusia, dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa Malaikat pun turut memuji keshalehan Nabi Ayub. Mendengar segala pujian tersebut, Iblis pun menaruh cemburu pada Nabi Ayub. Iblis terus menyangkal bahwa Nabi Ayub taat kepada Allah hanya karena Allah memberinya nikmat yang banyak. Seakan membuktikan mukjizat dan keutamaan Nabi Ayub, Allah pun memberikan ujian dengan menghilangkan semua nikmatnya. Allah juga mengizinkan Iblis menghasut Nabi Ayub.
Nabi Ayub yang semula memiliki kekayaan dan hidup berkecukupan, tiba-tiba saja bangkrut. Satu per satu anak-anak Nabi Ayub juga meninggal dunia. Tak sampai di situ, tubuh Nabi Ayub yang semula gagah dan sehat, akhirnya terserang penyakit. Bahkan yang lebih menyedihkan, penyakit tersebut adalah penyakit kulit yang tampak menjijikkan dan belum ada obatnya. Orang-orang yang semula begitu mengagumi Nabi Ayub berubah pergi meninggalkannya. Hanya ada sang istri dan dua saudaranya yang menjaga dan merawat Nabi Ayub.
Nabi Ayub mendapat ujian tersebut selama 18 tahun sebagaimana dijelaskan dalam hadits, "Sesungguhnya Nabiyullah Ayub alaihissalam berada dalam ujian selama delapan belas tahun. Baik keluarga dekat maupun keluarga menolaknya kecuali dua saudara laki-laki dari saudara-saudaranya. Kedua saudara itulah yang selalu memberinya makan dan menemuinya."
Meski mendapat ujian yang berat, semua itu tak mengubah keimanan Nabi Ayub kepada Allah. Beliau terus berdoa meminta kesembuhan sebagaimana dalam surah Al Anbiya ayat 83-84 yang artinya:
"Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketia ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah."
Allah pun mengabulkan doa hambanya, Nabi Ayub diperintahkan oleh Allah untuk menghentakkan kakinya ke tanah. Lalu muncullah air yang di bawah kakinya. Nabi Ayub menggunakan air itu untuk minum dan mandi, sebagai mana dalam surah Shaad ayat 42:
"Hentakkanlah (injaklah dengan keras) kakimu ke atas bumi, niscaya terbit disana mata air yang sejuk, maka mandi dan minumlah, lalu sembuhlah penyakitnya."
Atas kuasa Allah, Nabi Ayub pun kembali sembuh seperti sedia kala. Badannya yang semula digerogoti penyakit dan menua, berubah menjadi segar dan bugar seperti sebelum sakit. Allah juga menganugerahkan kembali nikmat yang besar pada Nabi Ayub, sebagaimana dalam surah Shaad ayat 43:
"Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpul kan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berfikir."
Nadzar Nabi Ayub.
foto: freepik.com
Saat masih sakit, Nabi Ayub sempat marah dengan sang istri. Ia pun bernadzar bahwa saat sembuh nanti, Nabi Ayub akan memukul istrinya seratus kali. Namun ketika sudah kembali sembuh, Nabi Ayub merasa tak tega dan berat melaksanakan nadzar tersebut. Nabi Ayub tak ingin menyakiti istri yang telah merawatnya, namun di sisi lain Nabi Ayub juga takut karena tak bisa melaksanakan nadzarnya.
Akhirnya Allah pun memberikan kemudahan. Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk mengambil seikat jerami gandum dan memukulkannya pada sang istri, sebagaimana dalam surah Shaad ayat 44:
"Dan ambillah dengan tanganmu seikat jerami, maka pukul lah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)"
Hikmah dari kisah Nabi Ayub.
1. Dalam menghadapi ujian, cobaan, dan kesulitan kita hendaknya selalu bersabar meneladani sikap Nabi Ayub as.
2. Allah maha kuasa atas segala sesuatu, Allah bisa saja memberikan banyak nikmat dan mengambilnya kapan saja.
3. Berdoalah pada Allah untuk memohon kesembuhan.
4. Selalu ada jalan bagi orang yang mau bersabar. Allah selalu memberikan kemudahan bagi hamba yang mau bersabar.
5. Kita boleh bernadzar, namun dengan nazar yang sesuai dengan syariat.