Brilio.net - Mencapai impian jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada berbagai jalan menuju sukses yang dipilih oleh mereka yang berjuang. Tak dipungkiri menyandang profesi sebagai pegawai negeri masih menjadi primadona di kalangan anak muda hingga lanjut usia.

Tahun 2024 ini ada 2.053.173 pelamar yang sudah mendaftar seleksi CPNS. Sejak dibuka 20 Agustus 2024 menurut catatan Badan Kepegawaian Negara (BKN), ada beberapa posisi yang diminati. Yaitu, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) dengan jumlah pelamar mencapai 333.134 orang. Posisi kedua disusul oleh Kementerian Kesehatan dengan jumlah pendaftar sudah mencapai 60.573 orang. Sementara instansi daerah yang paling diminati pelamar CPNS 2024 adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan jumlah pelamar mencapai 21.685 orang, dari 4.413 formasi yang dibuka.

CPNS jalur hoki © 2024 brilio.net

foto: sscasn.bkn.go.id

Banyak orang rela mengeluarkan biaya besar, baik untuk mengikuti bimbingan belajar hingga berkonsultasi dengan paranormal atau dukun. Fenomena pencarian jalan pintas untuk lolos seleksi CPNS memang sudah menjadi rahasia umum. Cerita tentang orang-orang yang menempuh jalur mistis untuk memperbesar peluang lolos seleksi kerap menghiasi media dan obrolan sehari-hari.

Jimat dan aji-aji, upaya membangun kepercayaan diri

Baru-baru ini tim brilio.net mengonfirmasi hal-hal mistis yang ada setiap seleksi CPNS melalui pejabat pemerintah yang ada di Badan Kepegawaian Negara kami sebut Ayu (56) namanya. Demi kenyamanan informan, kami samarkan identitasnya. Kebenaraan atas fenomena klenik atau barang yang berbau mistis selalu ada selama penyelenggaraan seleksi CPNS. Entah dari peserta atau dari tangkapan kamera CCTV.

"Di setiap daerah pasti ada, ada yang bawa garam, ada yang bawa kalung aneh-aneh. Biasanya muncul juga cahaya-cahaya aneh yang muncul di kamera CCTV penyelenggara," ungkap Ayu.

Temuan benda-benda mistis ini bagi peserta seleksi CPNS memberikan harapan. Jimat yang berbentuk kalung misalnya, dipercaya memberi rasa percaya diri saat menghadapi ujian. Selain itu, benda-benda ini sering kali dianggap sebagai pelindung atau penambah keberuntungan.

CPNS jalur hoki © 2024 brilio.net

foto: freepik.com

"Pernah salah satu peserta ada yang pakai kalung bentunya kotak isinya pasir, waktu saya tanya buat apa? Katanya bisa buat keberuntungan lolos CPNS," lanjut Ayu.

Meskipun banyak peserta seleksi CPNS yang membawa barang-barang berbau klenik seperti yang diceritakan, nyatanya tidak ada sanksi resmi terkait praktik ini. Pihak penyelenggara seleksi lebih fokus pada aspek-aspek teknis dan administratif dari proses ujian, daripada mengawasi atau melarang kepercayaan pribadi peserta. Maka, penggunaan barang-barang mistis tetap dianggap sebagai bagian dari kebebasan pribadi yang tidak diatur secara ketat dalam peraturan seleksi.

"Ketika kita temukan barang klenik atau jimat kita nggak ngasih sanksi apa-apa. Cuma kita sita terus ditanya buat apa aja. Kalau sanksi nggak ya karena sebenernya kita cuma fokus sama syarat administratif aja."

Ketiadaan sanksi ini menunjukkan bahwa sementara praktik klenik dianggap tidak beralasan dari segi ilmiah. Selama tidak mengganggu jalannya seleksi atau melanggar aturan yang ditetapkan, peserta bebas untuk menjalankannya. Ini juga mencerminkan bahwa seleksi CPNS lebih mengutamakan integritas dan keadilan dalam proses penilaian. Bukan fokus pada perhatian kepercayaan atau kebiasaan pribadi yang tidak berdampak langsung pada objektivitas ujian.

Tanpa aji-aji, bagaimana hoki membantu proses seleksi

Namun, di tengah maraknya praktek klenik, masih ada segelintir orang yang memilih jalur berbeda. Mereka menolak segala bentuk mistis dan lebih mengandalkan upaya nyata. Bukan karena jimat atau mantra, melainkan murni dari usaha.

Namun, Himma alumni jurusan Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), membuktikan bahwa kerja keras dan nasib baik bisa menjadi kombinasi yang lebih kuat daripada sekadar bergantung pada hal-hal mistis. Himma, yang kini berusia 34 tahun, menghabiskan hampir seluruh waktunya belajar dan mempersiapkan diri menghadapi tes CPNS. Bahkan, ia rela meninggalkan aktivitas sosialnya untuk fokus penuh pada persiapan ujian.

"Setiap hari, saya menghabiskan waktu 8 hingga 10 jam belajar. Saya yakin, tanpa kerja keras, peluang saya sangat kecil," ujar Himma. Ia mengaku tidak pernah terpikir untuk mencari jalan pintas melalui ritual-ritual yang sedang tren di kalangan peserta CPNS lainnya. Baginya, fokus pada belajar adalah kunci utama.

Meski demikian, Himma tidak menampik bahwa ada unsur keberuntungan dalam keberhasilannya. Ketika pengumuman hasil seleksi keluar, Himma ternyata tidak lolos, karena wanita asal Jogja ini menduduki peringkat 20 dari 210 orang yang lolos seleksi. Berhubung formasi yang dibutuhkan hanya 19 orang, maka secara otomatis Himma tidak masuk dalam kualifikasi. "Jujur, saya mendaftar CPNS memang nggak berharap apa-apa, asal mendaftar saja. Tapi mungkin ini memang soal hoki," tambahnya.

Berhubung ada salah satu anggota yang mengundurkan diri, Himma yang menduduki peringkat 20 menggantikan posisi tersebut. Definisi hoki seumur hidup dipakai sehari. Wanita asal Sleman ini akhirnya mendapatkan kesempatan kedua dan berhasil diterima sebagai CPNS.

Kisah Himma membuktikan, usaha dan persiapan memang dibutuhkan tapi keberuntungan juga punya peran signifikan dalam meraih kesuksesan.

Bukan cuma hoki, doa orang tua juga menjadi kunci

Berbeda dengan Himma, Hanum (33) menceritakan perjuangan dirinya saat lolos seleksi CPNS. Berkali-kali gagal, tidak membuat wanita asal Madiun ini gentar. Meski sudah mencoba berbagai cara, termasuk mendaftar di luar daerah dengan harapan bisa mendapatkan posisi yang lebih baik, semua usaha tampaknya sia-sia.

"Aku dari 2012 selalu nyoba. Bisa dikatakan setiap tahun aku ikut. terhitung aku udah 8 kali gagal ikut CPNS di berbagai daerah. Aku emang nggak milih daerahku," curhatnya.

Wanita lulusan Ilmu Komunikasi, Universitas Gadjah Mada ini tidak menyerah. Ia akhirnya memutuskan untuk mendaftar di daerah asalnya sendiri, di mana hanya tersedia satu formasi. Dengan penuh keyakinan dan dukungan dari orang tuanya, Hanum akhirnya berhasil lolos seleksi setelah percobaan 8 kali.

"Aku akhirnya nekat daftar di daerahku aja di Madiun. Padahal formasinya cuma 1. Tapi aku tanya ibukku. Ibukku senang banget karena akhirnya aku daftar CPNS di daerah asal."

Kisah Hanum menunjukkan bahwa tekad dan dukungan keluarga bisa menjadi kunci utama dalam meraih impian. Meski perjalanan panjang dan penuh tantangan, wanita asal Madiun ini akhirnya mencapai tujuan yang selama ini dicita-citakan. Dengan semangat pantang menyerah, Hanum membuktikan bahwa keberhasilan sering kali datang di saat yang tak terduga.

Kisah-kisah di atas mengajarkan bahwa kesuksesan dalam sebuah pertarungan membutuhkan ketekunan dan kadang-kadang keberuntungan.