Brilio.net - Menghafal Alquran adalah salah satu ibadah yang sangat mulia dan bermanfaat bagi umat Islam. Namun, bagaimana jika kita tidak bisa mendengar suara bacaan Alquran? Apakah kita masih bisa menghafalnya? Jawabannya adalah ya, kita bisa.

Itulah yang dilakukan oleh para santri tunarungu di sebuah pesantren khusus di Yogyakarta. Mereka menggunakan bahasa isyarat sebagai cara untuk mempelajari dan menghafal Alquran.

Pondok Pesantren tunarungu ini bernama Darul Ashom yang berada di Dusun Kayen, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Sesuai dengan namanya, ponpes ini digunakan oleh semua santri tunarungu atau keterbatasan seseorang terkait dengan masalah pendengaran. Para santri itu datang dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang, usia, hingga pemahaman yang berbeda satu sama lain.

Meski banyak santri sedang di depan Alquran, suasana di Ponpes Darul Ashom tetap sunyi. Tidak ada suara bercakap saat mereka menata meja, hanya isyarat jari satu sama lain.

Meja-meja itu tersusun berderet, terbagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing santri membuka mushaf Alquran, sesuai dengan halaman yang sedang mereka hafalkan. Ya, itulah aktivitas keseharian di ponpes tuna rungu tersebut.

Darul Ashom pesantren tunarungu  brilio.net

foto: Brilio.net/Syeny Wulandari

Pengurus sekaligus pendiri Ponpes Tunarungu Darul Ashom, Abu Kahfi, mengatakan, ponpes ini telah diresmikan sejak 19 September 2019 silam. Pendirian ponpes ini dilatarbelakangi karena perjalanan yang dilaluinya dengan banyak bertemu teman-teman tunarungu.

Diceritakan, sekitar tiga belas tahun sebelumnya, saat masih tinggal di Bandung, Jawa Barat, ia melihat sejumlah difabel tuli yang pengetahuan agamanya sangat kurang, bahkan beberapa tidak mengenal ilmu agama sama sekali.

"Di Bandung itu baru pertama kali kenal tunarungu, ketika tanya Allah nggak kenal, yang lain lagi teman dia ya sama nggak kenal Allah juga," ujar Abu Kahfi saat ditemui brilio.net, di Rumah Tahfidz Tunarungu Darul Ashom.