Brilio.net - Berjalan dari Stasiun Tugu menuju ke barat menyusuri jalan Pasar Kembang, kamu akan melihat berbagai toko oleh-oleh di sekelilingmu. Kamu dengan mudah menemukan berbagai ruko yang menjajakan oleh-oleh kekinian.
Namun, jika kamu menginginkan oleh-oleh legendaris dengan resep yang bertahan selama hampir seabad, kamu perlu menyusuri trotoar menuju Jalan Jlagran Lor. Pada sisi kiri jalan, kamu menemukan sebuah bangunan tiga lantai dengan plang bertuliskan 'Toko Roti Jakarta'.
Bangunan tersebut merupakan toko sekaligus pabrik roti dari Toko Roti Jakarta. Toko Roti Jakarta sudah berdiri pada tahun 1924. Mengingat usianya yang hampir seabad, Toko Roti Jakarta bertahan saat masa pendudukan Belanda dan Jepang, bahkan berhasil melewati masa-masa Orde Baru dan Reformasi.
Aroma wangi roti menyeruak ketika kamu memasuki Toko Roti Jakarta. Tokonya terlihat modern, kesan bersih dan rapi terbesit ketika kamu memasuki bangunannya. Meski bangunannya tak terlihat lawas, tetapi toko itu memperlihatkan nostalgia lewat roti dan kemasannya.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Sebelum dikenal sebagai Toko Roti Jakarta, toko tersebut memiliki nama Weltevreden. Sejarah mencatat Weltevreden merupakan kota yang dibangun pada masa kolonial Hindia Belanda. Weltevreden, kini secara wilayah mencakup pada Jakarta Pusat, merupakan tempat tinggal orang-orang Eropa di Batavia.
Ibu Nio, pendiri pertama, mengambil nama tersebut setelah belajar membuat roti di Weltevreden. Nama Toko Roti Weltevreden kemudian diganti menjadi Toko Roti Jakarta setelah Indonesia merdeka pada 1945. Pengelolaan toko ini pun dijalankan secara turun temurun oleh generasi penerusnya.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
"Indonesia setelah merdeka nggak boleh pakai nama Belanda, jadi kita gantilah menjadi arti kata dari Weltevreden itu," jelas Andreas Purwanto mengenai pergantian nama Toko Roti Jakarta.
Pada masa tersebut, toko roti belum banyak di Jogja. Hal itu yang membuat kakek buyut Andreas Purwanto memiliki ide untuk membuka usaha toko roti di Jogja.
Toko roti tersebut pertama kali berdiri di Jalan Malioboro No. 139, tetapi pindah ke Jalan Jlagran Lor pada 1960-an. Saat ini, bangunan pada Jalan Malioboro No. 139 tersebut sudah menjadi toko alat lukis Apeco.
Hampir seabad bertahan dengan cita rasa otentik
Roti-roti yang dijual Toko Roti Jakarta memiliki rentang harga mulai dari Rp 7.000 hingga Rp 30 ribuan. Roti sobek original dapat dinikmati dengan harga Rp 26 ribu, sementara onbitjkoek dengan harga Rp 12 ribu. Selain menu di atas, mereka juga menjual berbagai macam roti tradisional hingga roti kekinian, seperti pastry, banana cake, marmer cake, dan masih banyak lainnya.
Produk yang dijual Toko Roti Jakarta sekarang tidak berbeda dari awal berdiri. Saat awal berdiri, roti yang pertama dijual adalah onbitjkoek, roti sobek, roti daging, dan roti pisang. Namun, seiring berkembangnya toko, mereka tetap melakukan inovasi untuk menjual produk yang beragam.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Kendati demikian, Toko Roti Jakarta tidak pernah mengubah resep roti selama 99 tahun lalu. Mereka mempertahankan rasa otentik dari resep awal. Untuk mengolah roti, mereka bahkan menggunakan telur ayam kampung yang sudah menjadi ciri khas Toko Roti Jakarta.
"Nggak pernah berubah. Kita ada resep baru, roti baru, tapi roti yang lama tetap ada. Banyak yang mempertahankan rasa lama," ujar Andreas.
Menariknya lagi, Toko Roti Jakarta tidak menggunakan pengembang instan untuk membuat roti. Mereka mengolah bibit pengembang alami yang tak pernah mati dan berhenti diproduksi.
Jadi dapat disebut jika bibit tersebut juga sama lamanya dengan usia toko. Bibit tersebut selalu diolah setiap hari, bahkan pengolahannya pun cukup rumit.
"Prosesnya kalau mau dijelasin agak ribet ya, karena bibit ini nggak bisa mati. Jadi beda kalau orang bikin roti semua bahan udah ada, dicampur ngembang kan? Kalau ini bibitnya harus dari malam. Jadi hari ini kita buat, kita sisihkan sedikit 25%, taruh semalaman. Besok pagi kita putar lagi yang dari itu kita sisihkan lagi," papar Andreas.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Onbitjkoek dan roti sobek merupakan paling laris yang dijual di Toko Roti Jakarta. Onbitjkoek adalah roti asal Belanda yang biasa dikonsumsi saat sarapan.
Namun, dalam pengolahannya, Toko Roti Jakarta menyesuaikan lidah masyarakat Indonesia. Tekstur Onbitjkoek sendiri aslinya cenderung kering dan kasar.
Toko Roti Jakarta berhasil membuat roti tersebut menjadi lebih empuk dan gurih. Rasa Onbitjkoek sendiri sangat berempah dan gurih. Rasa manis gula yang legit serta tekstur lembutnya membuat roti kreasi mereka digemari banyak pelanggan.
"Rotinya dibuat dari bahan-bahan seperti kayu manis, gula jawa, gula aren, dan kacang tanah. Jadi itu roti zaman dulu, tapi kita kasih improvement di resep supaya rasanya lebih gurih sama lebih empuk," jelas Andreas.
Sementara itu, bagi Andreas roti sobek merupakan produk yang pembuatannya paling rumit. Pasalnya, untuk mengolah roti ini memerlukan waktu yang cukup lama.
Meski membutuhkan waktu lama, mutu roti yang dihasilkan pun berkualitas. Roti sobek dari toko ini cukup terkenal dengan rasa manis dan gurihnya yang pas. Tekstur roti sobeknya lembut, berserat, begitu lezat ketika disantap.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
"Karena bikinnya itu butuh waktu lama, nggak bisa instan. Kalau yang lain kan langsung jadi, ini kan harus dari malam. Malam dibuat dulu, bibitnya pagi dicetak, sore baru matang," ungkapnya.
Meski mempertahankan resep lama, ada perubahan dalam pemanggangan roti. Pada masa lampau, mereka menggunakan oven kayu untuk memanggang.
Namun saat ini, Toko Roti Jakarta saat ini menggunakan oven gas. Terdapat banyak perbedaan menggunakan oven kayu dibandingkan dengan oven gas.
"Kita dulu pakainya oven, diisi kayu lalu dibakar sampai habis. Kayunya kan panas tuh terus roti baru masuk semua jadi nggak kayak sekarang. Kalau sekarang oven bisa muter, bisa dibolak-balik, kalau ini bener-bener begitu apinya habis, jadi panasnya itu yang akan membuat roti ini matang," jelas Andreas.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Bukan hanya resep yang bertahan lama. Logo pada kemasan dari Toko Roti Jakarta juga tidak berubah.
Andreas mengaku hanya menambahkan beberapa desain pada kemasan. Namun, logo Toko Roti Jakarta berbentuk huruf J tersebut masih tetap sama seperti pertama kali dibuat.
"Logonya sama saja, refreshment aja (pada kemasannya). Suma logo dasarnya itu tetap dari dulu sampai sekarang," jelasnya.
Kelola toko seiring perkembangan zaman
Andreas Purwanto sudah mengelola Toko Roti Jakarta selama enam tahun bersama orang tua. Meski usia toko tak lagi muda, mereka berhasil bertahan dan berkembang dalam berbagai kondisi. Hubungan dengan konsumen loyal dan mempertahankan konsistensi kualitas produk agar tetap baik menjadi dua faktor yang memengaruhi bertahannya Toko Roti Jakarta.
"Surviving tuh, dengan selama ini, dengan adanya COVID, dengan adanya krisis moneter, kerusuhan, dan lain-lain. Kita tetap ada itu dan masih bisa terus berkembang terus," ungkap Andreas.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Selama menjalankan toko, Andreas juga turut membantu orang tua mengelola sertifikasi halal. Meski baru mendapatkan sertifikasi halal sekitar tahun 2017. “Mungkin udah 6-7 tahunan karena dulu bapak dan ibu belum mengerti. Dari awal kita (bahan-bahannya) halal, nggak ada yang diganti bahan-bahannya,” ujar Andreas.
Selama menjalani bisnis, tentu mereka pernah mengalami pasang surut. Kendati demikian, Andreas senantiasa bersyukur. Mereka kini memiliki Mereka tidak pernah menjual roti produksinya setengah harga, melainkan membagikan roti yang layak makan ke anak-anak yatim.
"Kita kalau enggak habis juga kita bagikan ke anak yatim sih roti-rotinya, kita enggak pernah jual setengah harga. Saya punya 180 anak di empat panti, jadi gantian (membagikanny), kalau misalnya hari ini nggak habis kita bagi ke mereka gitu. Layak makan pasti, karena kan ini roti bertahan empat hari," ungkap Andreas.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Saat ini, Toko Roti Jakarta juga membuka cabang di Jalan Poncowinatan No. 11, Jetis, Yogyakarta. Kini mereka juga membuka toko online di berbagai marketplace seperti Tokopedia, Shopee, GoFood, GrabFood, Paxel, dan beberapa lainnya.
Meski menjual roti lawasan, Toko Roti Jakarta tetap dapat dinikmati berbagai usia. Lulu Al Marjani merupakan salah satu penikmat roti-roti yang diproduksi oleh toko roti tersebut. Dari produk yang pernah dinikmatinya, wanita yang akrab disapa Alma ini menyukai roti dagingnya.
"Kalau aku paling suka tetep roti dagingnya soalnya lembut banget rotinya. Beda banget sama roti-roti yang lainnya. Sobekannya lembut nggak yang sobek kasar gitu. Dagingnya enak gurih manis nggak pelit dan dagingnya padet, bukan yang daging diisi asal gitu," kata Alma.
foto: brilio.net/Khansa Nabilah
Demikian juga dengan sang suami, Taka, yang juga ikut menjadi penikmat roti Jakarta. Sebagai penikmat roti dengan selai wangi pandan, Taka lebih menyukai roti pandan sarikaya. "Pandan ori dan lembut banget. Nyatu sama rotinya yang lembut juga. Isiannya banyak pula," ungkapnya.
Alma juga penikmat onbitjkoek, buatnya rasa kue tersebut membuatnya teringat dengan kue buatan nenek. "Aku sama suamiku suka juga. Kayak roti buatan nenek gitu. Otentik unik, manisnya juga pas. Nggak yang manis nyegrak dan soft. Manis pas pokoknya," pungkas Alma.