Perjalanan Wildan untuk sampai ke titik sekarang tentunya tidak mudah. Ketika ditanya mengenai persentase kegagalan, Wildan mengatakan bahwa di awal kegagalan yang dialaminya cukup besar.
"Alhamdulillah dari 4 kali panen itu hampir 90 persen gagal," ujar pria itu.
"Panen pertama itu gagal yang jadi hanya setengah dari green house 50 persen," tambahnya.
Sebelum mengembangkan sendiri, Wildan dan tim lebih dulu difasilitasi Bank Indonesia untuk mempelajari proses budidaya tanaman tersebut di Bandung. Namun menurut Wildan, itu tidak cukup. Banyak hal yang belum diketahui Wildan. Memiliki rasa penasaran tinggi, dia pun mendatangi langsung para petani yang telah berpengalaman dibidangnya.
"Kemudian saya berinisiatif mencari ilmu dengan cara bermain bersama petani-petani di luar, seperti di Sleman dan Bantul. Ada tujuh sampai delapan kenalan dari green house-greenhouse besar. Dari sana saya dapat ilmu lagi," tungkasnya menceritakan perjalanannya dalam mencari ilmu tanam.
Kerja kerasnya tidak sia-sia. Kabar budidaya melon dengan metode cerdas dan modern green house inipun mulai merebak. Hingga menarik beberapa pelancong dari berbagai latar. Salah satunya adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada yang hadir untuk belajar.
"Itu kemarin ada 400 anak UGM yang bantu buat polinasi," ujar Wildan.
Selain mahasiswa, ada pula Agus Budi Setiawan seorang breeder melon lulusan Universitas Chiba, Jepang yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Gadjah Mada menjadikan green House Madania sebagai lahan riset.
"Kalau kita menanam di green house kita tidak akan terpaku kendala di luar karena dengan green house faktor lingkungan dapat dikendalikan. Dan inilah yang dapat dikatakan dengan pertanian cerdas," ujar Agus Budi Setiawan
Kini di usianya yang terbilang muda. Wildan telah memiliki banyak sekali tanggung jawab. Image pekerja keras pun kerap kali disandingkan padanya oleh para santri Pondok Pesantren Yatim dan Dhuafa Madania.
Ketika ditanya bagaimana dia kini menjalani kesibukannya, Wildan hanya tersenyum dan menuturkan bahwa saat ini dia tidak lagi keberatan dan masih mampu menjalani semua secara bersamaan.
"Kuliah ya bisa jalan, green house jalan dan anak-anak juga bisa disambi," pungkasnya.
Magang: Aulia Shifa
Recommended By Editor
- Belajar mengaji Alquran dengan bahasa isyarat bersama Komunitas Muslim Tuli Yogyakarta
- Kisah pria gangster bertubuh kekar pilih insaf dan mualaf, kini jadi anak mami
- Fanza Fauzan, difabel tuna netra inspiratif: Dulu otodidak tilawatil Alquran, kini sering juara lomba
- Kisah Hastu Wijayasri, aktivis yang perjuangkan hak Tuli lewat media sosial
- Kisah Ilham Prihatin & Fajar Kurniawan, pencetus gerakan Nasi Gratis Jogja sebagai bentuk sedekah umum
- Demi wujudkan desa bersih, Suparmaji rela jadi tukang sampah meski tidak digaji