Brilio.net - Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sudah mulai terasa. Hal itu terlihat dari berbagai program yang dilakukan banyak pihak, seperti menanam pohon, mengurangi penggunaan sampah plastik, hingga kesadaran membuat program ramah lingkungan.
Kepedulian terhadap lingkungan ternyata telah dijalankan di Kampung Batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Kampung Batik Laweyan memiliki program Laweyan Eco Culture Creative. Program ini sangat penting mengingat limbah batik yang paling krusial menimbulkan pencemaran.
"Program ini berdiri tahun 2007. Tujuan utama kita, karena kita ingin membangun kampung batik yang ramah lingkungan," ujar Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan, Alphafebela Priyatmono, saat ditemui brilio.net di Solo, Jawa Tengah.
Alphafebela menjelaskan untuk menjadikan kampung ini ramah lingkungan, pihaknya membangun Instalasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal. Instalasi ini terdapat di setiap perusahaan yang nantinya akan dialirkan bersama-sama.
Selain itu, cara lain yang ia lakukan untuk menjadikan Laweyan sebagai kampung batik ramah lingkungan adalah dengan mengedukasi para pengusaha batik untuk menggunakan warna alam dalam mewarnai batik.
"Kalau pewarna kimia itu mencemari lingkungan, makanya kita menggunakan pewarna alam yang relatif aman," jelasnya.
Kendati belum banyak perusahaan batik di Laweyan yang mengikuti progam ini, namun ia meyakini nantinya semua pengusaha batik di Laweyan pelan-pelan mulai sadar tentang program tersebut.
"Total pengusaha batik di Laweyan ada kurang lebih 80, tapi belum total, artinya belum bisa kami atasi 100 persen. Tapi upaya itu udah ada minimal semangat," tegasnya.
Rupanya, program ramah lingkungan ini juga sebagai upaya agar Solo dijadikan Ibu Kota Eco atau Green Batik Indonesia. Melalui kampung kecil, Alphafebela bersama timnya terus melakukan gerakan-gerakan untuk ramah lingkungan meskipun bukan hal yang mudah.
"Kalau bicara ramah lingkungan bukan hanya dari peraturan dan Undang-Undang sanksi dan sebagainya, tapi pembentukan karakter pribadi masing-masing. Di laweyan ini kami sangat terbuka bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi. Karena bagaimapun juga dunia pendidikan sangat dibutuhkan oleh masyarakat," tuturnya.
"Jadi buat saya, tingkat kemajemukan pendidikan di masyarakat inilah yang membuat program-program sifatnya tentang green eco tidak semulus yang diharapkan. Tapi tidak apa-apa setidaknya ada upaya ke arah situ," sambungnya.
Untuk mengatasi itu, Alphafebela bersama timnya membuat kegiatan yang sifatnya ke sosial budaya, misalnya bersih-bersih sungai sekitar dan menjadikan sungai sebagai halaman depan rumah-rumah di Laweyan.
"Kami sudah punya desainnya tinggal sejauh mana realisasinya, sehingga aktivitas sosial budaya dan edukasi itulah yang sangat membantu dalam hal masalah ramah lingkungan," pungkasnya.
Recommended By Editor
- Tumurun Private Museum, destinasi budaya di Solo yang keren
- Menikmati kelezatan serabi khas Solo di JFF
- 6 Kuliner selat Solo enak dan legendaris di Solo
- 5 Hal yang perlu dipersiapkan saat traveling ke Solo ala backpacker
- Bikin banyak orang terkecoh, ini bedanya serabi Solo & serabi Bandung
- Datang ke Solo? Wajib coba Soto Seger Hj. Fatomah yang melegenda
- 15 Potret Solo zaman dulu, mulai warung opium legal sampai kereta kuno