Brilio.net - Setiap orang pastinya tahu bahwa seiring bertambahnya umur, semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Beragam kebutuhan mulai dari kendaraan, alat elektronik, hingga biaya keseharian seperti makan. Seluruh keperluan tersebut jelas membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar agar bisa dinikmati oleh siapapun yang menginginkannya.

Akan tetapi, kamu pasti sadar kalau persoalan uang ini bukanlah hal yang mudah? Apalagi bagi anak-anak kos yang harus merantau jauh dari keluarga. Mereka harus berpandai-pandai dalam mengelola uang yang mereka miliki. Mereka harus memikirkan biaya kos, bensin, uang kuliah, dan masih banyak lagi yang harus dipertimbangkan agar uang yang dimiliki itu tidak sekadar numpang lewat di dompet.

Yogyakarta sendiri, daerah yang acap sebagai kota pelajar, terkenal dengan harga kebutuhan harian yang murah. Namun begitu, bukan berarti seluruh anak kos di Yogyakarta kemudian hidup dengan baik lho. Pasalnya, "cost of living" yang semakin meningkat dari waktu ke waktu membuat "harga murah" tadi menjadi tidak berarti. Oleh karena itu, banyak orang harus memutar otak mereka agar dapat mencukupi kebutuhannya.

Nah, kunci untuk menghadapi persoalan ini pastinya bukan dengan mencari pinjol (pinjaman online) atau paylater, namun dengan gaya hidup hemat. Bagi banyak anak kos, berhemat dengan menekan pengeluaran adalah kunci agar bisa survive. Bahkan, tak jarang dari mereka yang menerapkan gaya hidup hemat minimalis "tingkat lanjut" yang sering dikenal dengan frugal living.

 

 

Cara hidup hemat dan minimalis ini sendiri pun bisa berbeda dari satu individu ke individu lain. Abi misalnya, seorang mahasiswa semester akhir asal Sumatera Selatan di AMIKOM Yogyakarta, menuturkan bahwa ia menerapkan gaya hidup hematnya bersama dengan konsep "zero-waste". Salah satu cara yang ia lakukan tersebut adalah dengan mengganti penggunaan sabun dan deterjen dengan biji lerak.

hidup ala frugal © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: Biji lerak dan air hasil jadi yang dipakai)

"Ya, jadi saat ini mencuci pakaian, alat-alat makan, sampai mandi pun memakai air dari biji lerak sebagai ganti produk-produk gitu. Soalnya biji lerak mengandung saponin, yang menghasilkan busa dan punya sifat membersihkan. Bijinya pun tinggal direndam beberapa hari, terus direbus, lalu diperas deh airnya. Biar makin awet, tambahin sedikit garam terus simpan di kulkas" jelasnya panjang lebar.

Abi pun menuturkan, sejak ia mencoba gaya hidup hemat ini sejak 2022 lalu dibarengi dengan upaya zero-waste tersebut, ia tidak hanya berhasil menghemat pengeluaran bulanannya, namun juga belajar menghargai dan menjaga lingkungan yang kian hari mengalami kerusakan.

"1kg-nya saja cuma 30 ribuan. Sejauh ini, 1/4 kilo itu saja bisa untuk 2 bulan lebih. Jadinya hemat banget, nggak harus beli sabun mandi, cuci piring, maupun deterjen yang mungkin bisa ngehabisin 50 ribu per bulan. Plus, sekalian berpartisipasi merawat bumi karena air jadi tidak tercemar bahan kimia. Uang pun bisa ditabung untuk keperluan lain" jelasnya.

Berbeda dengan Abi, Izam, seorang mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta, mengadopsi gaya hidup super hematnya dengan modal utama niat untuk diet agar kurus dan menyehatkan diri. Tak tanggung-tanggung, sejak 2020 lalu, ia hanya mengeluarkan Rp 300 ribu saja per bulan dari Rp 2,5 juta yang didapatkannya melalui usaha freelance.

hidup ala frugal © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: potret IPad dan motor hasil dari uang yang disimpan oleh Izam)

"Dari hasil freelance jadi graphic desainer, ya sekitar Rp 2,5 juta per bulan. Tapi, hanya 300 ribu saja yang dipakai per bulannya, mulai sejak 2020 lalu pas masa covid sampai keterusan sekarang. Alhamdulillah, tanpa minta orang tua, sisa yang ditabung itu bisa untuk membeli motor, laptop, alat untuk nge-desain, sampai pakaian juga," katanya.

Izam membeberkan bahwa ia berhasil mengeluarkan hanya Rp 300 ribu sebulan itu memang butuh perjuangan dan dilakukan secara bertahap. Mulai dari memotong jatah makannya per hari hingga mengurangi waktu yang dihabiskan untuk nongkrong atau jalan-jalan di luar. Keputusan hidup hemat ini sendiri diakuinya membawa dampak positif dan negatif tersendiri.

hidup ala frugal © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: jumlah persediaan makanan yang cukup digunakan 2-3 bulan ke depan)

"Setiap per 3 bulan itu belanja bahan makanan pokok yang dibutuhkan seperti nasi, sayuran, dan sebagainya untuk masak sendiri. Per harinya kisaran 5-10 ribu saja yang habis untuk sekali makan, bahkan bisa kurang karena cukup sering juga masak nasi goreng. Kalau lapar, ya bergerak sambil olahraga dan perbanyak minum air putih, jadi nggak kepikiran buat jajan segala macam"

"Sekarang, terasa juga jadi agak jauh dengan teman-teman karena mengurangi rekreasi dan nongkrong. Tapi ya, karena sudah menguatkan niat, jalani saja deh," ujar dia.

 

Jikalau tadi hemat menjadi gaya hidup yang dipilih untuk diterapkan, banyak pula orang justru sedari awal menjadikan hidup hemat ini sebagai suatu keharusan. Okta misalnya, menuturkan bahwa Ia menghidupi dirinya dengan menjadi tukang parkir, berjualan kecil-kecilan di Malioboro, hingga mengajar kesenian daerah pada organisasi mahasiswa di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa di UPN Veteran Yogyakarta. Meskipun dihadapkan pada latar belakang yang kekurangan material, nyatanya Okta pun masih bisa berhemat dalam kesehariannya.

hidup ala frugal © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: mengurus parkiran salah satu SMA Yogyakarta, menjadi tutor kesenian daerah)

"Ya, tiap pagi hari itu ada ngurus parkiran di sekolah SMA gitu. Sehari bisa dapat sekitar 30 ribuan. Terus juga kadang jualan kecil-kecilan, kayak air dan teh dingin di Malioboro. Baru-baru ini juga ngajar kesenian Randai gitu di buat mahasiswa UGM, lumayan lah dapat bayarannya. Tapi ya, meski uang yang didapat bisa mencukupi, tetap per hari itu pengeluaran nggak boleh lebih dari 15-20 ribu saja," ujarnya.

Untuk dapat menghemat 20 ribu itu per hari, ada cara unik yang dilakukannya. Selain memasak sendiri makanan sehari-hari, Okta juga hanya membawa uang tunai saja kemanapun pergi agar tidak keinginannya membeli barang lain di luar jumlah uang tersebut dapat diredam.

hidup ala frugal © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: Potret ketika akan mulai berjualan minuman dingin malam hari di sekitar Malioboro)

"Nggak ada download mobile banking atau bawa kartu ATM saat berkegiatan sehari-hari atau pas pergi kuliah, jadi nggak kepikiran buat narik uang. Kalau misalnya 20 ribu itu habis tapi kebutuhan sehari belum cukup, harus nahan lapar. Jadi ada mekanisme menghukum diri sendiri gitu lah, biar kuat," pungkasnya.

Sedikit mirip dengan Okta, Nadia, seorang mahasiswi semester akhir di UGM, juga berhemat dengan cara mengerjakan 3 pekerjaan sekaligus. Tak tanggung-tanggung, driver Gojek, Shopeefood, hingga menjadi tutor pelajaran fisika dan kimia dilakoninya sejak 2020 lalu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai anak rantau di Jogja sehari-hari.

hidup ala frugal © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: Potret saat Nadia menjadi driver Gojek saat mengantarkan penumpang di malam hari)

"Jujur saja 3 pekerjaan ini, driver gojek, shopeefood, sama mengajar les itu memang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Jelas sulit, apalagi dengan posisi saya sebagai perempuan kan? Namun begitu, berangkat dari kondisi sekaligus diajarkan sedari dulu, alhamdulillah tetap enjoy saja meskipun lagi puyeng skripsian juga," ujarnya sambil sedikit tertawa.

Nadia mengakui, meskipun uang yang didapatkannya dari 3 pekerjaan itu bisa mencukupi, ia tidak serta merta langsung menghabiskannya. Melalui alokasi dana yang dibuat secara cermat di Excel setiap awal bulan, Nadia berhasil menekan pengeluarannya sekitar Rp 300 ribu saja untuk makan sehari-hari selama 1 bulan.

hidup ala frugal © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Ardho Aflyandri (Keterangan: Potret saat Nadia memberi les privat Matematika pada salah satu murid SMA)

"Sengaja dibuat di Excel biar jelas alokasi uangnya. Biasanya sih, sekitar Rp 500 ribu sebulan itu sudah cukup buat aku. Pembagiannya gini, 300 ribu buat makan sehari-hari, dan 200 ribu lainnya untuk pengeluaran kayak bensin, pulsa, dan sebagainya. Jadinya, banyak uang yang bisa ditabung," tuturnya.

Menjalankan cara hidup yang super hemat jelas tidaklah mudah bagi banyak orang. Ada banyak tantangan, terutama nafsu, yang membuat seseorang menjadi hidup dengan gaya konsumtif tanpa disadari. Namun begitu, keempat orang di atas nyatanya bisa menjadi contoh besar bahwa menerapkan hidup hemat itu bukan berarti pelit atau tidak menikmati hidup. Yang terpenting adalah bagaimana menanamkan niat pasti sekaligus membentuk visi-misi kedepan yang ingin dicapai, sehingga hidup hemat ini bisa membawa keuntungan besar pula kedepannya.