Brilio.net - Tak banyak tempat ibadah yang mempunyai fasilitas pendukung untuk difabel. Tempat ibadah yang luas dan besar terkadang malah sulit diakses para difabel karena bangunan yang tinggi. Salah satu tempat ibadah yang ramah difabel adalah Masjid Masjid Baitul Makmur, yang terletak di Sidorejo, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Masjid tersebut tak sebesar masjid-masjid lainnya. Tapi beberapa fasilitas pendukung sudah dibuat agar difabel bisa ikut beribadah di masjid.
Pada Selasa (28/9), brilio.net berkesempatan melihat secara langsung fasilitas yang ada di masjid itu melalui acara media gathering yang diselenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dria Manunggal Yogyakarta. Masjid Baitul Makmur sendiri merupakan salah satu masjid yang didorong oleh Dria Manunggal untuk memberikan akses terhadap para difabel.
Guiding Block yang dipasang berguna membantu tunanetra saat berjalan menuju serambi masjid.
Masuk di gerbang masjid, para tunanetra akan dimudahkan dengan adanya Guiding Block yang sudah dipasang sampai tempat wudhu. Ubin berwarna kuning dengan pola yang ada akan memudahkan langkah para tunanetra berjalan ke tempat wudhu maupun ke serambi masjid.
Tempat wudhu pun sudah didesain menggunakan tempat duduk sehingga memudahkan para difabel. Tak cuma itu, bangunan masjid yang tak terlalu tinggi itu membuat masjid ini mudah didesain untuk para difabel pengguna kursi roda. Hanya dengan menambahkan Ramp alias jalan pelengseran, mereka yang menggunakan kursi roda bisa naik ke serambi masjid.
Fasilitas-fasilitas pendukung difabel untuk bisa beribadah di masjid itu memang belum lama ada. Ke depan, pihak masjid juga terus akan menambah fasilitas agar mempermudah para difabel ikut beribadah.
Winarsih saat memperagakan cara berwudhu di tempat wudhu yang telah didesain khusus.
Winarsih (40), salah satu difabel yang menggunakan kursi roda menyebutkan jika dulunya ia kesusahan untuk bisa mengakses masjid sebagai tempat ibadah. Hal itu karena tempat wudhu yang sempit dan bangunan masjid yang bertangga. Ia terkadang juga ragu untuk masuk ke masjid karena takut kursi roda yang digunakan membawa najis.
Tapi saat ini, ia merasa lebih mudah untuk beribada di masjid dengan adanya fasilitas untuk para difabel.
"Yang terjadi malah masjid semakin bagus tapi malah semakin susah untuk diakses para difabel," kata Winarsih.
Menurutnya, banyak pihak masjid yang khawatir merenovasi untuk memberikan akses terhadap difabel karena menganggap akan membutuhkan biaya yang besar. Padahal hal itu sebenarnya bisa diminimalisasi jika ada komunikasi dengan difabel yang menjadikan masjid itu sebagai tempat ibadah.
Sebagai contoh, kata Winarsih, pengurus masjid bisa membuat bangunan kayu non permanen untuk membantu para difabel menaiki tangga serambi.
"Bisa juga dengan menambahkan tangga berputar untuk difabel di samping bangunan agar tidak mengubah desain bangunan utama," katanya.
Anis Wiam Muttaqin, Kepala Seksi Kemasjidan Kementerian Agama (Kemenag) kantor wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang hadir dalam kesempatan itu menyebutkan jika dalam waktu dekat Kemenag DIY akan mendorong masjid yang potensial ramah difabel untuk melengkapi fasilitas agar bisa diakses difabel. Masjid yang didorong untuk memberikan fasilitas khusus difabel itu utamanya adalah masjid yang dekat dengan panti difabel.
Selain mengunjungi Masjid Baitul Makmur, acara media gathering dilanjutkan dengan mengunjungi empat tempat ibadah lain yang juga mendukung akses difabel, yakni Gereja Kristen Jawa (GKJ) Wirobrajan, Gereja Katolik Kemetiran Yogyakarta, Vihara Budha Karangjati, dan Pura Jagadnatha Banguntapan Bantul.
Recommended By Editor
- Hafal quran, cowok ganteng asal Sulsel ini dijadikan imam di New York
- Netizen Malaysia dihebohkan bangunan mirip masjid di puncak gunung
- Di masjid ini tarawih hanya Sabtu & Minggu dengan imam khusus mualaf
- Coba tebak, ada berapa masjid di foto Kota Lombok ini?
- Azizul Hakim Mansyur, pemuda Indonesia yang jadi Imam Masjid New York