Bubur samin ini diperkenalkan para perantau dari Kalimantan Selatan di masjid Darussalam dan diperkirakan sudah ada sejak 1965.

"Dikenalkan sama orang-orang tua kami dulu kan merantau dari Kalimantan Selatan, pada tahun itu sekitar 20 orang 30 orang mengadakan takjil bareng-bareng. Pada waktu itu bukan cuma bubur, ada kaya nasi samin ada nasi kuning terus bubur samin itu sendiri, kemudian pada waktu itu salah satu orang tua kami K.H Ahmad Syahroni bilang daripada macem-macem mending jadikan satu aja, terus dapatlah bubur samin ini," jelasnya panjang mengenai sejarah bubur samin.

"Mulainya 1965, awalnya hanya untuk jamaah masjid sama warga kampung saja, sekarang sudah dibagikan untuk masyarakat luas," tambahnya lagi

Yang unik dari bubur samin adalah karena bahan-bahannya dan resep khusus yang ada membuat bubur ini menjadi makanan khas yang hanya ada di bulan Ramadan dan bisa didapati dengan gratis.

kuliner Ramadhan khas Banjar gratis di Solo  2023 brilio.net

kuliner Ramadhan khas Banjar gratis di Solo
2023 brilio.net/Magang brilio.net/Luthfiah Ulfiani

"Gratis, alhamdulillah selalu gratis. Ini kan karena sudah syariat Islam ya, mungkin mereka juga mengingat pesan Rasulullah 'Barang siapa yang memberikan buka puasa untuk orang yang berpuasa, maka orang itu akan mendapatkan pahala sama seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut' nah itu orang berlomba-lomba membagikan hartanya untuk mendapatkan pahala tersebut," tutur Muhammad Mayasin.

Setiap harinya di bulan Ramadhan, masjid Darussalam bisa menyediakan 1.300 porsi bubur samin yang dibuat dalam waktu 4 jam, untuk dibagikan kepada masyarakat luas baik dari jamaah masjid, masyarakat desa maupun masyarakat luar desa.

"Kalau untuk 1300 porsi sih sekitar 4 jam buatnya. Untuk ini rata-rata sudah 50 kg beras per hari, nanti yang 1.000 porsi dibagikan untuk masyarakat umum, yang 300 porsi nanti untuk takjil di masjid sini," jelasnya.

Walaupun bisa dihidangkan dalam porsi yang tidak sedikit, namun hebatnya bubur samin ini selalu habis setiap harinya, bahkan masih ada masyarakat yang terkadang tidak mendapatkan bubur ini.

"Alhamdulillah sampai hari ini kita buat rata-rata 50 kg (beras) habis terus, bahkan masih kurang sih tapi kita ga boleh nambah, yang masak ndak kuat," ujarnya sedikit tertawa di akhir percakapan.

Magang: Luthfiah Ulfiani