Kehadiran Syekh Yusuf Al-Makassari
Masalah konflik Kerajaan Gowa dan VOC meletus sampai ke peperangan yang pada akhirnya dimenangkan oleh VOC. Pada perjanjian Bongaya, Kerajaan Gowa dilucuti berbagai kekuasaan dan para bangsawan negara tersebut banyak yang diasingkan ke tanah pembuangan.
Salah satunya adalah Syeikh Yusuf Al-Makassari. Dirinya adalah seorang ulama yang menjadi penasihat Kerajaan Gowa di masa Sultan Alauddin sampai sultan Hasanuddin.
Sebagai ulama, dirinya pernah menimba ilmu di Banten, dan bersahabat akrab dengan putra mahkota kesultanan Banten saat itu, Pangeran Surya yang kelak dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa.
Dirinya juga pernah melaksanakan ibada haji ke Makkah dan Madinah dan tinggal disana untuk menimba ilmu agama. Sekembalinya ke Nusantara, Syeikh Yusuf Al-Makassari aktif dalam kegiatan dakwah dan turut berjuang dalam perang melawan VOC bersama Kerajaan Gowa.
Ketika Gowa berhasil ditaklukkan pada 1667, Syekh Yusuf melarikan diri ke Kesultanan Banten bersama para pengikutnya yang tersisa. Di Banten, Syekh Yusuf Al-Makassari kembali menjadi pendakwah dan menjadikan Banten sebagai salah satu pusat pendidikan Agama Islam kala itu.
Namun, pada 1682 Kesultanan Banten berhasil dikalahkan oleh VOC membuat Syeikh Yusuf Al-Makassari akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Sri Lanka. Disana, Syekh Yusuf tetap konsisten melakukan kegiatan dakwah dan mendapatkan cukup banyak pengikut.
Kembali ditangkap dan diasingkan ke Afrika
Melalui jamaah haji Nusantara yang singgah di Sri Lanka, Syekh Yusuf masih bisa berhubungan dan bertukar informasi mengenai keadaan di Banten dan di Gowa. Mengetahui hal itu, Belanda tidak tinggal diam dan kembali menangkap Syeikh Yusuf untuk dibawa ke belahan bumi yang lebih jauh yakni ke Afrika Selatan.
Di negeri ini lah akhirnya Syeikh Yusuf Al-Makassari menghabiskan sisa hidupnya. Dirinya tinggal di sebuah kota kecil yang kelak dinamakan Macassar, seperti nama kotanya dulu di Sulawesi.
Di kota ini Syeikh Yusuf tetap berdakwah dan mendapatkan banyak murid. Pada 23 Mei 1699, Syekh Yusuf Al-Makassari mengembuskan nafasnya yang terakhirnya.
Hubungan erat Macassar di Afsel dan Makassar di Indonesia
Sepeninggal Syekh Yusuf Al-Makassari, para pengikutnya tetap melanjutkan aktivitas dakwah gurunya. Setiap 23 Mei, dilakukan peringatan hari kematiannya untuk mengenang semua jasa-jasanya.
foto: dbpedia.org
Bahkan, Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, menyebutnya sebagai 'Salah Seorang Putra Afrika Terbaik'. Pada masa selanjutnya, Syeikh Yusuf Al-Makassari dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto dengan SK Presiden : Keppres No. 071/TK/1995, Tgl. 7 Agustus 1995.
Pada tahun 2009, Syeikh Yusuf Al-Makassari dianugerahi penghargaan Ordo Sahabat Oliver Thambo. Sebuah penghargaan Pahlawan Nasional Afrika Selatan oleh Presiden Afrika Selatan saat itu, Thabo Mbeki kepada ahli warisnya. Acara penganugerahan tersebut disaksikan oleh Wapres RI saat itu Jusuf Kalla di Pretoria, Afrika Selatan.