Brilio.net - Menjadi mahasiswa seni bukan hanya soal kreativitas, tetapi juga tentang menghadapi tantangan dalam hal biaya tugas kuliah. Selain uang kuliah atau SPP, para mahasiswa seni seringkali harus merogoh kocek lebih dalam untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Mulai dari membeli bahan seni seperti kanvas, cat, hingga peralatan digital seperti tablet grafis, biaya yang dikeluarkan bisa melebihi perkiraan. Bahkan, dalam beberapa kasus, total pengeluaran untuk satu kali tugas bisa mencapai tiga kali lipat dari biaya SPP semesteran.

Nah, untuk itu brilio.net menelusuri lebih lanjut dan mengajak para mahasiswa seni untuk bercerita tentang keresahannya saat mengerjakan tugas di jurusannya masing-masing.

biaya sekali nugas mahasiswa seni Instagram

foto: Instagram/@alinlian

Alin Liandisshanti, mahasiswi jurusan Seni Murni di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta mengaku kalau tugas-tugas mahasiswa seni cukup berbeda dengan jurusan kuliah pada umumnya. Jurusannya terkesan lebih banyak praktek ketimbang teori.

"Bedanya tuh kita lebih banyak eksplorasi. Teori juga ada cuman lebih banyak praktek," kata Alin kepada brilio.net, Rabu (18/9).

Hal ini juga dibenarkan oleh Diva Puwan, mahasiswi jurusan Batik dan Fashion di ISI Yogyakarta. Menurut Diva, tugas-tugas kuliahnya kebanyakan adalah praktek. Dirinya juga harus membuat tulisan untuk menjelaskan karyanya tersebut. Selain itu, sejak awal kuliah Diva mengaku sudah harus membuat karya dan program untuk melakukan pameran perdana.

"Yang membedakan dari jurusan lainnya mungkin anak-anak seni itu lebih banyak tugas praktek dan bikin karya kemudian kita juga jelasin tentang karya yang kita bikin. Di satu tahun pertama biasanya kita sudah menyiapkan karya dan program untuk Pameran Perdana setiap jurusan," kata Diva.

Pembuatan karya yang butuh membeli berbagai bahan jadi faktor mahasiswa seni harus merogoh kocek yang dalam. Alin mengaku sebagai mahasiswi yang tugasnya melukis, dirinya harus mengeluarkan dana sampai Rp500 ribu untuk mengerjakan tugasnya selama sebulan.

"Soal bujet sebenarnya tergantung pemilihan bahannya, tapi pernah sampai Rp 500 ribu. Tapi itu bisa dipakai untuk nugas sebulan," kata Alin.

Sementara Diva, mengaku membutuhkan dana di kisaran Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu untuk sekali tugas kuliah.

"Bisa dibilang antara Rp300-Rp500 ribu," ujar Diva.

biaya sekali nugas mahasiswa seni Instagram

foto: Instagram/@alinlian

Sementara itu Disti, mengungkapkan kalau mahasiswa di jurusan Desain Interior (DI) lah yang punya bujet super mahal ketika mengerjakan tugasnya. Ia menerangkan, mahasiswa di jurusan desain interior harus mengeluarkan bujet hingga jutaan rupiah. Ketika ditanya alasannya, dana yang banyak tersebut dikeluarkan karena tugas mahasiswa DI harus dikerjakan melalui perantara vendor.

"Menurut saya anak desain interior yang tugasnya mahal. Bisa sampai jutaan (rupiah) itu. Soalnya di DI kan mereka nggak bikin sendiri. Mereka cuma bikin desain, nah desainnya diserahkan ke tukang atau ke vendor," jelas Disti, mahasiswa jurusan Seni Patung ISI Yogyakarta.

Disti mengungkap, kalau temannya yang jurusan DI bisa merogoh kocek hingga Rp 10 juta, sekitar tiga kali lipat dari SPP kuliahnya yang hanya Rp 2,2 juta.

"Kalau saya kan di Seni Patung bisa diakali pilih bahan yang murah. Nah, kalau DI tuh nggak bisa. Teman saya waktu itu pernah bikin satu set kursi ruang tamu itu Rp 10 juta. Padahal UKT nya Rp 2,2 juta. Minimal itu biayanya Rp 1 juta (per tugas). Dan itu tugas kuliah itungannya, kalau TA (tugas akhir) bisa lebih mahal lagi," jelas Disti.

Sementara itu, Tugas Akhir mahasiswa seni yang berorientasi pada karya, membuat Denny Saiful, harus menyediakan biaya yang juga tidak sedikit. Mahasiswa jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta ini memperkirakan bujet pengerjaan tugasnya tersebut mencapai Rp 15 juta.

biaya sekali nugas mahasiswa seni Instagram

foto: Instagram/@alinlian

Ketika ditanya cara mengatasi biaya tugas kampus yang mahal, mereka mengaku menyiasatinya dengan memilih bahan yang murah, dan menentukan konsep karya yang bisa dikerjakan dengan biaya produksi semurah mungkin. Hal ini sebenarnya bisa dilakukan asalkan ada ide yang bagus dan disetujui oleh pihak jurusan di kampus.

"Kalau menurutku itu tuh pilihan. Kamu mau ngirit se ngiri-ngiritnya juga bisa. Bikin karya nggak harus yang serba mahal toh ini cuma tugas kampus," kata Alin.

Pernyataan Alin ini dipertegas oleh Rio Aji, mahasiswa Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta. Kepada brilio.net dirinya menegaskan kalau tugas kampus pada akhirnya hanya bersifat formalitas. Rio berpandangan bujet tugas yang dikeluarkan kadang tidak sebanding dengan nilai yang ia dapatkan.

"Ini menurut pandanganku pribadi ya, terkadang tugas kampus itu cuma dijadiin formalitas akademik aja. Jadi yang ditekankan cuma hasil akhirnya, tanpa diberi pemahaman soal tetek-bengeknya dalam proses pengerjaan. Nah, yang lucu lagi, kalo hasil akhirnya pun tidak sesuai dengan ketentuan yang ada, maka bisa jadi nilai kita juga cuma biasa-biasa aja, padahal kadang budget atau usaha yang dikeluarkan luar biasa. Yang model begini pada akhirnya kita cuma jadiin tugas supaya selesai aja, bukan supaya paham maksut dari tugas yang diberikan itu. Tujuannya jadi bergeser," kata Rio, Rabu (18/9).