Brilio.net - Yogyakarta, kota yang tak pernah berhenti menawarkan kelezatan kuliner yang tak terhingga. Setiap langkah di jalan-jalannya membawa kita ke sebuah perjalanan gastronomi yang tak terlupakan. Coba kamu ingat-ingat, sewaktu di Jogja kuliner apa saja yang sudah kamu cicipi? Gudeg barangkali? Atau nasi kucing yang ada di setiap sudut kota Jogja? Yap, semua hidangan sederhana ini berhasil mengundang selera siapa saja. Bahkan Jogja juga punya kuliner khas yang disantap di pagi hari, yaitu soto.

Berbicara soal soto, kamu harus coba salah satu soto Lamongan yang cukup terkenal, Soto Lamongan Hijroh. Letaknya strategis di depan Hotel Tentrem, Jalan, A.M. Sangaji No.68 B, Cokrodiningratan, Kec. Jetis, Kota Yogyakarta, membuatnya menjadi salah satu destinasi kuliner favorit bagi warga dan wisatawan. Menariknya lagi, usai menyantap soto, wisatawan bisa menikmati indahnya pagi di kawasan Tugu.

Jika kamu berkunjung ke soto Lamongan Hijroh ini, kamu akan disambut langsung oleh Rohaji, pemilik warung Soto Lamongan Hijroh.

Soto yang berdiri sejak 2006 ini terkenal dengan cita rasanya yang lezat, lantaran kuahnya yang kental dan creamy. Tak heran jika warung ini memiliki pelanggan tetap dan bahkan tak pernah sepi pengunjung. Selain rasa, ada cerita menarik di balik berdirinya warung soto Lamongan ini. Bahkan ceritanya berhasil membuat banyak orang takjub.

Usut punya usut, si pemilik warung, Rohaji dulunya adalah bandar judi. Wah, gimana ya ceritanya bandar judi kemudian berinisiatif membangun bisnis kuliner?

Kisah bandar judi yang kini hijrah.

Soto Lamongan Hijroh © 2024 brilio.net

Soto Lamongan Hijroh
Brilio.net/Devi Aristya Putri

Warung Soto Lamongan Hijroh tidak hanya sekedar nama usaha belaka. Ada sebuah makna dalam kata "hijroh" yang memberikan kesan perjalanan hidup Rohaji.

Menilik ke masa lalu Rohaji, pria paruh baya yang selalu mengenakan pakaian rapi saat berjualan itu dulunya adalah seorang bandar judi di kota Yogyakarta. Kisahnya dimulai pada 1999 Rohaji dan seorang rekannya memutuskan untuk mencari pekerjaan di Kota Yogyakarta.

"Saya ke Jogja pun bukan karena inisiatif saya. Tahu-tahu dia ajak teman," jelas Rohaji.

Saat bekerja menjadi bandar judi, pria yang kini berusia 60 tahun itu dipercaya untuk dua tempat. Pertama yaitu di Jogja, berlokasi di sekitar Jalan Solo. Sedangkan kota kedua adalah di Manado.

Banyak hal-hal yang dilalui Rohaji di masa kelamnya, salah satunya adalah perjudian tempat dia bekerja dulu sering digrebek oleh para aparat. Saat diwawancara, Rohaji menekankan meski digerebek dia tak pernah masuk bui.

"Digrebek sering, cuman kalau kita masuk belum pernah begitu. Pada saat ikut instruksi mabes digrebek, cuma kita nggak masuk," jelasnya.

Keluar dari dunia kelam

Soto Lamongan Hijroh © 2024 brilio.net

Soto Lamongan Hijroh
Brilio.net/Devi Aristya Putri

Meski pernah dilenakan dengan penghasilan yang menggiurkan hingga puluhan juta, pekerjaan tersebut tak berlangsung lama. Pada waktu kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, Jenderal Polisi Sutanto berhasil memberantas tempat perjudian, termasuk lokasi yang dipegang Rohaji.

Pemberantasan perjudian ini awalnya membuat Rohaji sangat kesal. Bahkan dia sangat membenci Jenderal Polisi tersebut. Seiring berjalannya waktu, perasaan benci dan kesal itu berubah menjadi rasa syukur yang tak terhingga. Ayah dua anak ini memiliki kehidupan yang jauh lebih baik.

"Pak Tanto naik Kapolri. Jadi yang kasih hidayah itu dari Pak Tanto. Tapi kenyataannya setelah saya lakukan, justru hidup yang paling berkah itu, baru sadar," Ucap Rohaji.

Rohaji mengakui, meninggalkan pekerjaan yang telah dilakoninya bertahun-tahun tidaklah mudah. Tentu masa itu dia merasa tak ada lagi yang bisa dilakukan. Namun siapa sangka, meninggalkan dunia kelam, membawa titik terang pada kehidupannya. Dimana jauh lebih baik, tertata, dan bahagia.

Perjalan warung soto Lamongan.

Soto Lamongan Hijroh © 2024 brilio.net

Soto Lamongan Hijroh
Brilio.net/Devi Aristya Putri

Setelah lepas dari dunia malam yang begitu glamour, Rohaji memutar otak agar kehidupan bersama sang keluarga terpenuhi dengan baik. Pria berasal dari Surabaya ini memutuskan untuk membuka usaha kecil-kecilan.

Kala itu yang terbesit dibenaknya adalah membuka warung soto Lamongan. Sebenarnya, ide usaha ini muncul lantaran sang istri berasal dari kota Lamongan. Diakui Rohaji bahwa dia tak mahir soal urusan dapur. Meski begitu, dia dan istrinya memutar otak, bagaimana caranya agar usaha ini bisa berjalan. Sampai akhirnya, kakek dua cucu ini menghadirkan saudara sang istri yang bisa memasak soto Lamongan ke Jogja.

"Dua hari di sini, sudah selesai saya bukalah soto. Jadi mulai pertama di sini," ucapnya sambil melayani pelanggannya.

Setelah diajari memasak, Rohaji pun memberanikan diri untuk langsung membuka warung Lamongan dengan modal awal sebesar Rp 200 ribu. Seiring dengan berjalannya waktu, modal awal yang ratusan itu kini bisa menghidupi keluarga dari membeli rumah, mengobati sang istri hingga keluar negeri, dan ibadah umroh. Bahkan dia mengatakan, dari usaha soto Lamongan yang seporsi dibanderol Rp 15 ribuan, ia bisa menguliahkan dua orang anaknya.

"Semua peralatan dari lokasi judi saya ada meja dan macam-macam. Modalnya cuma 200 ribu untuk beli ayam. Omset sampai hari ini nah ini yang di rahasiakan. Yang jelas cukup untuk bayar anak kuliah dua sampai tuntas semua," jelasnya.

Di sisi lain, tak hanya kisahnya saja yang inspiratif. Soto Lamongan buatan Rohaji ini memiliki cita rasa yang berbeda dengan makanan lainnya. Kuah sotonya tampak creamy dan koya yang diberikan cukup banyak, sehingga menambah kesedapan rasa saat disantap. Selain itu, keunikan juga terletak pada tempat kuah yang ada cerobongnya. Tata tempat dari warung soto juga berbeda.

"Ayam yang dicentel-centelkan itu lain, menurut orang sini unik cuman kalau di Jawa Timur nggak unik sudah biasa itu," ujar Rohaji.

Sebelumnya punya keinginan jadi rentenir

Pertama kali terbebas dari dunia kelan, Rohaji bergelut dengan pikirannya, dia tak ingin keluarganya dikorbankan. Sebagai kepala rumah tangga dia harus memikirkan bagaimana kebutuhan anak-istri harus terpenuhi. Sebelum memutuskan membuka warung soto Lamongan, Rohaji sempat berpikir untuk menjadi rentenir.

"Dari tahun 2006, jadi 18 tahun. Ya awalnya nggak ya. Dunia saya kan dunia malam. Kepikirannya ya, rentenir dan macem-macem. Ya, karena hidayah dari Allah gak sampai terlaksana," jelasnya.

Syukurnya, dia menghapus keinginan itu dan akhirnya berjuang membuka warung soto Lamongan. Walaupun kecil-kecilan, namun dia percaya ini akan menjadi awal yang baik untuk dia dan keluarganya. Bekat tekad yang kuat dan disokong istri, Rohaji membuktikan bahwa dia sukses menjadi seorang pengusaha yang bisa menguliahkan sang anak hingga jenjang paling tinggi.

Tidak hanya itu, usaha Soto Lamongan juga membuatnya bisa membeli rumah, mengobati sang istri hingga keluar negeri. Bahkan Rohaji dan keluarga juga menyempatkan untuk ibadah umroh tiga tahun lalu.

Berani tampil di media berita lokal dan nasional.

Soto Lamongan Hijroh © 2024 brilio.net

Soto Lamongan Hijroh
Brilio.net/Devi Aristya Putri

Keberaniannya mengambil keputusan untuk hijrah dari bandar judi menjadi pengusaha soto Lamongan, membuat kisahnya menarik sejumlah orang hingga media berita. Dari situ Rohaji mengambil kesempatan untuk menceritakan pengalamannya, agar dijadikan pelajaran bagi anak-anak muda masa kini, agar tak terjun ke dunia kelam seperti yang dilakukannya dulu.

"Terus nggak ada artinya, kalau kita tetap di sana. Awal saya juga nggak mau keluar dari sana. Menjanjikan dong, gaji besar dan macam-macam," ucapnya.

Penuturan Rohaji yang sadar sudah dijadikan "tumbal dengan gaji besar", dia ingin anak-anak muda bisa menilai bahwa dunia abu-abu tidak layak untuk dijalankan. Meski hasil yang diperoleh besar, uang judi tak bisa dipakai untuk menjalani hidup apalagi menafkahi keluarga.

"Kenyataannya, saya di abu-abu nggak punya apa-apa sekarang. Dari hasil sana nggak ada. Nggak ada, uang setan. Kehidupan glamour sesaat. Semuanya yang saya miliki di Jogja ini nol dari soto," jelasnya.

Pesan untuk anak muda.

Soto Lamongan Hijroh © 2024 brilio.net

Soto Lamongan Hijroh
Brilio.net/Devi Aristya Putri

Sudah menyelami dunia abu-abu dalam beberapa waktu. Di usianya yang kini tak lagi muda, Rohaji memberikan pesan khusus untuk anak muda. Menurutnya gaji besar yang didapatkan dari uang haram tak membuatnya bahagia. Kebahagiannya kini utuh didapatkan dari uang halal dari jualan Soto Lamongan.

"Harapan saya, anak muda jangan sekali-kali menyentuh tentang judi. Judi itu kemenangan sesaat. Nggak ada yang bisa hidup dari judi.  Di mana-mana bandar yang menang," imbuh Rohaji.