Brilio.net - Pengendalian sosial adalah suatu proses yang direncanakan atau tidak direncanakan dengan tujuan mengajak, membimbing, bahkan memaksa khalayak untuk mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. Pengendalian sosial digunakan untuk mengontrol dan menertibkan anggota masyarakat yang melakukan tindakan melanggar norma sosial di masyarakat.
Pastinya dalam setiap masyarakat akan adanya aturan, hal ini dilakukan untuk menertibkan masyarakat supaya tidak melanggar aturan tersebut. Namun, dewasa ini tak sedikit orang yang melanggar meskipun sudah adanya peraturan. Padahal, dari aturan ini tentunya ditunjukan demi kebaikan bersama lingkungan masyarakat.
Dengan adanya pengendalian sosial, menjadikan nilai dan norma yang digunakan dapat mendidik, mengajak, bahkan memaksa masyarakat untuk mematuhi dan mengatur hubungan antarpribadi dan antarkelompok. Selain itu pengendalian sosial berfungsi untuk meminimalisasi konflik dan mengontrol sikap serta perilaku dalam bermasyarakat.
Supaya dapat memahami lebih lanjut, kamu juga perlu mempelajari mengenai pengertian, jenis, dan sifatnya dari pengendalian sosial, seperti yang telah dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Selasa (24/5).
Pengertian pengendalian sosial.
foto: freepik.com
Di bawah ini beberapa definisi pengendalian sosial menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:
1. Robert M.Z. Lawang.
Mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah semua cara yang dipergunakan suatu masyarakat untuk mengembalikan seseorang yang menyimpang pada garis normal atau yang sebenarnya.
2. Astrid S. Susanto.
Pengendalian sosial adalah kontrol yang bersifat psikologis dan nonfisik karena merupakan 'tekanan mental' terhadap individu sehingga individu akan bersikap dan bertindak sesuai dengan penilaian kelompok di mana ia tinggal dalam kelompok tersebut.
3. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt.
Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat tersebut.
4. Karel J. Veeger.
Pengendalian sosial adalah kelanjutan dari proses sosialisasi dan berhubungan dengan cara-cara dan metode yang digunakan untuk mendorong seseorang supaya berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat, yang jika dijalankan secara efektif, perilaku individu akan konsisten dengan tipe perilaku yang diharapkan.
5. Schaefer.
Pengendalian sosial terjadi pada siapa saja, tanpa terkecuali. semua level masyarakat butuh pengendalian sosial. Termasuk di semua institusi sosial maupun keluarga. Jadi pengendalian sosial memiliki aspek dan cakupan yang lebih luas.
Sifat pengendalian sosial.
foto: freepik.com
Pengendalian sosial memiliki tiga sifat, berikut penjelasannya:
1. Pengendalian sosial represif.
Pengendalian ini dilakukan apabila sudah terjadi pelanggaran supaya dapat kembali tertib. Misalnya, orang yang memiliki utang kemudian dilaporkan ke pengadilan supaya membayar utangnya.
2. Pengendalian sosial preventif.
Pengendalian ini dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Misalnya, dengan cara memberikan nasihat supaya berhati-hati dalam menaiki motor di jalan yang sempit dan ramai anak.
3. Pengendalian sosial gabungan.
Sifat pengendalian ini adalah penggabungan antara pengendalian preventif dan pengendalian represif.
Jenis pengendalian sosial.
foto: freepik.com
Adapun jenis pengendalian sosial yang dibagi menjadi dua, antara lain sebagai berikut:
1. Pengendalian sosial formal.
Pengendalian formal dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi;
- Lembaga kepolisian, merupakan lembaga yang dibentuk untuk mengatur dan mengendalikan semua bentuk penyimpangan.
- Lembaga kejaksaan, merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai penuntut umum, yaitu pihak yang mengajukan tuntutan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran.
- Lembaga pengadilan, merupakan lembaga formal yang memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan kembali terhadap hasil penyidikan dari kepolisian serta menindaklanjuti perkara dari kejaksaan.
- Lembaga adat, merupakan lembaga yang berada pada komunitas masyarakat tradisional untuk mengontrol anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma adat yang berlaku.
2. Pengendalian sosial nonformal.
Proses pengendalian sosial nonformal dilakukan oleh para pemuka dan tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh di lingkungannya. Pemuka agama atau tokoh masyarakat ini dianggap sebagai teladan dalam bersikap maupun berperilaku.
Teknik pengendalian sosial.
foto: freepik.com
Menurut Soerjono Soekanto, berikut ini beberapa teknik atau cara pengendalian sosial:
1. Persuasif.
Persuasif merupakan cara pengendalian sosial tanpa menggunakan kekerasan. Umumnya, digunakan dalam suatu masyarakat yang relatif berada dalam keadaan yang tenteram, karena masyarakat yang tenteram memiliki nilai dan kaidah dalam diri setiap warga masyarakatnya.
2. Koersif.
Koersif merupakan pengendalian sosial dengan menggunakan paksaan dan biasanya digunakan dalam suatu masyarakat yang sedang berubah. Namun, penggunaan cara ini tetap memperhatikan batasan dan tidak selalu diterapkan karena dapat menyebabkan reaksi yang negatif.
3. Compulsion.
Compulsion biasanya diciptakan dalam situasi yang sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya dan menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung.
4. Pervasion.
Dalam pervasion, norma atau nilai yang ada diulang-ulang penyampaian sehingga orang tersebut akan mengubah sikapnya untuk serasi dengan hal-hal yang diulang-ulang penyampaiannya tersebut.
Sumber: Supriatna, Nana, dkk. Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi). Penerbit Grafindo Media Pratama.
Recommended By Editor
- Perubahan sosial adalah, ketahui pengertian dan faktor pendukungnya
- Stratifikasi sosial adalah tingkatan di masyarakat, ini penjelasannya
- Integrasi adalah proses pembauran, pahami pengertian dan faktornya
- Korupsi adalah penyalahgunaan, ini pengertian, jenis, dan dampaknya
- Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata, ini penjelasannya