Brilio.net - Banyuwangi kembali menggelar kompetisi tahunannya yang bertajuk Banyuwangi Agribusiness Startup Competition. Ajang kompetisi yang berfokus pada perencanaan dan bisnis rintisan pertanian ini juga kembali mendapat antusiasme tinggi dari kaum anak muda.
Pada tahun ini sebanyak 653 anak muda mendaftar secara online untuk mengikuti kompetisi yang mulai digelar pada 2017 lalu tersebut, meningkat dibanding tahun lalu yang hanya diikuti 400 orang.
"Jumlah peserta meningkat dari tahun ke tahun. Artinya, anak muda belum kehilangan minat pada dunia pertanian. Seperti yang sering saya sampaikan, masa depan bukan hanya milik ASN, bankir, atau YouTuber, tapi juga anak muda yang berani masuk ke bisnis pertanian yang sering dipandang sebelah mata," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Minggu (16/6).
Menurut Anas, Agribusiness Startup Competition merupakan salah satu usaha menarik minat generasi millenial untuk terjun ke bisnis pertanian sekaligus sebagai bentuk usaha meregenerasi pelaku usaha pertanian.
"Regenerasi ini penting karena 61 persen petani di Indonesia berusia 45 tahun ke atas," jelas Anas.
Selain itu, kompetisi ini juga digelar untuk menarik minat anak muda dengan kualifikasi pendidikan yang memadai untuk mengakselerasi dunia pertanian. Hal ini berkaitan dengan data yang menunjukkan jika petani di Indonesia kebanyakan hanya berpendidikan SD.
"Data menunjukkan, 72% petani berpendidikan SD. Dari ajang ini semoga lahir petani-petani muda visioner dan melek teknologi, baik untuk peningkatan produktivitas, pengolahan pascapanen, maupun pemasaran pertanian," ungkap Anas.
Arief Setiawan selaku Kepala Dinas Pertanian menambahkan, Agribusiness Startup Competition terdiri dari dua kategori, yaitu business plan (perencanaan bisnis) dan bisnis rintisan yang sudah berjalan.
Dari total 653 anak muda yang mengikuti ajang ini, mereka membentuk tim dan sudah mengirimkan 267 proposal, meningkat jika dibanding tahun lalu dengan jumlah 140 proposal.
Namun ada yang berbeda dari Agribusiness Startup Competition pada tahun ini, jika biasanya hanya diikuti anak muda Banyuwangi kini kompetisi startup pertanian ini juga bisa diikuti anak muda dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Makassar, Mataram, Yogyakarta, Jakarta, Malang, Jember, Batu, Bondowoso, Pasuruan, Kediri, Bangkalan, Bandung, Manado, hingga Semarang.
"Tapi mayoritas, 80 persen, tetap dari Banyuwangi karena memang itu sasaran utama kami," papar Arief.
Tidak hanya diikuti anak muda dari berbagai daerah, Arief juga memaparkan jika proposal yang masuk sangat beragam. Hal ini tentu menunjukkan antusias para peserta akan dunia pertanian. Terlebih, nantinya pemenang akan meraih hadiah modal usaha Rp 150 juta.
"Beragam proposal masuk, mulai olahan pangan beragam komoditas pertanian, platform internet of things pertanian dan perikanan darat, platform crowdfunding bisnis pertanian, hidroponik, hingga pengolahan limbah pertanian, peternakan, dan agribisnis lainnya," pungkasnya.
Saat ini, sudah terpilih 54 finalis yang harus mempresentasikan proposalnya pada akhir Juni mendatang. Mereka juga mendapat materi workshop, mulai teknologi pertanian, pemasaran digital, manajemen keuangan petani muda, hingga pendekatan desain kemasan produk pertanian. Mentornya berasal dari berbagai kalangan, mulai ahli Badan Penerapan Pengkajian Teknologi (BPPT), perencana keuangan, hingga startup TaniHub.
"Dengan workshop tersebut, kami berharap mereka tumbuh menjadi petani muda berdaya saing tinggi," kata Arief.
Recommended By Editor
- Sawah jadi catwalk, ini 5 keunikan Festival Bambu Gintangan 2019
- Main ke Banyuwangi tak asyik tanpa nonton sendratari satu ini
- Kesan Yusuf Mansur main ke Banyuwangi, lebih indah dari Turki
- Cuma latihan 4 hari, mahasiswa bule sukses menari kuntulan
- Jelang Lebaran, Bupati Anas promosikan batik khas Banyuwangi