foto: freepik.com
Riya terbagi menjadi dua jenis yaitu riya kholish dan riya syirik. Berdasarkan buku berjudul "Kecantikanmu Penentu Akhiratmu" yang ditulis oleh El Hosniah, berikut ini penjelasan mengenai riya.
1. Riya kholish.
Riya kholish adalah riya dalam perbuatan. Riya jenis ini diartikan seseorang yang menunjukan segala perbuatan atau ibadahnya di hadapan orang lain. Hal ini bertujuan semata-mata ingin mendapatkan perhatian dan pujian dari orang lain. Riya kholish terbagi menjadi beberapa macam, seperti berikut ini:
a. Riya berasal dari badan, dengan cara memperlihatkan bentuk tubuh yang cantik atau gagah perkasa, serta memamerkan bekas sujud di wajah agar orang lain melihat dirinya ahli ibadah. Selain itu, memperlihatkan suara yang parau, mata yang cekung, dan bibir yang kering agar dianggap dirinya sedang berpuasa. Hal ini tertera dalam Alquran surat Al-Munafiqun ayat 4, berbunyi:
"Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai di palingkan (dari kebenaran)?."
b. Riya berasal dari perkataan, misalnya kamu berbicara dengan nada tinggi (sombong), sehingga seakan-akan kamu adalah orang yang paling tahu, paling pintar, paling berpengaruh, dan sebagainya.
c. Riya berasal dari pakaian atau perhiasan, misalnya memperlihatkan pakaian khusus agar orang-orang memberi predikat ulama, bisa juga mengenakan pakaian mahal supaya mendapatkan sanjungan atau pujian.
2. Riya Syirik.
Riya syirik dapat dikatakan sebagai riya niat. Riya jenis ini merupakan perbuatan yang dilakukan didasarkan karena niat menjalankan perintah Allah, akan tetapi dilandasi dengan niat untuk mendapat perhatian. Dalam sebuah hadits; Rasulullah bersabda:
"Aku mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar; ‘Aku mendengar Rasulullah bersabda; ‘Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari Muslim)
Hukum Riya.
foto: freepik.com
Riya merupakan perbuatan tercela dan tidak disukai Allah SWT. Bahkan Allah juga meminta hamba-hambaNya untuk menjauhi segala perbuatan yang merujuk pada riya. Hal ini juga tercantum dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 264, yang berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia."
Hukum riya termasuk ke dalam syirik kecil, sehingga perbuatan tersebut dilarang oleh agama Islam dan hukum melakukan riya adalah haram. Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam bersabda,
"Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul asghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul asghar? Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: 'Ar Riya'."