Brilio.net - Menurunnya jumlah pasien yang terjangkit virus corona membuat sejumlah negara memutuskan untuk melonggarkan aturan lockdown. Negeri Tirai bambu atau China salah satunya.
Bersamaan dengan itu, sejumlah sekolah pun memutuskan untuk kembali mengadakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di ruang kelas.
Kendati demikian, hal tersebut tak lantas membuat pihak sekolah abai dalam menerapkan physical distancing. Sebagai upaya preventif menghindari terjangkitnya Covid-19, para murid diwajibkan mengenakan topi lebar dan bersayap.
Adapun penerapan aturan tersebut dapat dilihat di Yangzheng Elementary School di Hangzhou. Pihak sekolah meminta orangtua siswa merancang topi yang berukuran lebih kurang 1 meter sebagai pelajaran dalam praktik keselamatan virus corona.
Menariknya, topi tersebut tidak terbuat dari kain. Banyak yang justru memanfaatkan karton warna-warna untuk membuat topi tersebut. Tak hanya itu, guna menambah kesan kreatif dan manis, ada pula yang menggunakan balon sebagai 'sayap' dari topi.
"Kami menganjurkan siswa mengenakan topi dan menjaga jarak satu meter," kata Kepala Sekolah Hong Feng, dikutip Brilio.net dari Zhejiang Daily, Jumat (1/5).
Lebih jauh, tak sebatas pada mengajarkan para siswa tentang jarak sosial, penggunaan topi tersebut juga dimaksudkan untuk memberi anak-anak pelajaran sejarah.
Ya, pasalnya, topi 'bersayap' tersebut mirip dengan yang dikenakan oleh orang-orang dari Dinasti Song, yang memerintah Tiongkok antara 960 dan 1279.
First graders back to school in Hangzhou, with social distancing headgear
— eileen chengyin chow (@chowleen) April 27, 2020
The long horizontal plumes on Song Dynasty toppers were supposedly to prevent officials from conspiring sotto voce with one another while at court—so social distancing was in fact their original function! pic.twitter.com/0AOKsWE1xH
"Bulu horisontal panjang pada tutup kepala pada Dinasti Song seharusnya untuk mencegah para pejabat dari berkonspirasi bersuara satu sama lain sementara di pengadilan - jadi jarak sosial sebenarnya jadi fungsi asli mereka," tulis Eileen Chengyin Chow, seorang profesor Universitas Asia dan Timur Tengah Duke studi di Twitter.
Recommended By Editor
- 6 Kisah pemudik gagal kelabuhi petugas, auto putar balik
- Foto pasar Salatiga lakukan physical distancing ini tuai pujian
- Hadapi virus corona, ini saran Jepang untuk Pemerintah Indonesia
- Potret 7 seleb piknik di rumah, hibur diri selama isolasi corona
- Kasus baru positif corona Indonesia menurun, ini rincian datanya