Salah satu presiden yang cukup lama memimpin Indonesia yakni Soeharto. Pada masa jabatannya beliau sering mengadakan berbagai kegiatan untuk masyarakat.

Salah satunya yakni acara 'Gelar Nusantara Anak Indonesia' atau Gelantara. Acara tersebut diselenggarakan sebagai peringatan Hari Anak Nasional di Istana Negara Jakarta.

Acara itu mempertemukan anak-anak di setiap kota dalam rangka mewujudkan bibit-bibit persahabatan sejak dini. Tak cuma itu, acara itu juga sekaligus dimanfaatkan untuk memperkuat persatuan bangsa yang terdiri atas berbagai suku, adat dan agama yang berbeda.

<img style=

foto: YouTube/HM Soeharto

Presiden Soeharto mengundang seluruh siswa berprestasi di seluruh pelosok Indonesia. Bahkan anak penderita disabilitas pun turut diundang ke Istana Negara. Dalam momen 'Temu Wicara Presiden Soeharto', sejumlah anak ditunjuk untuk berbincang dan menyampaikan pertanyaan.

Ada satu momen yang cukup menyita perhatian publik pada acara Gelantara yang digelar 17 Juli 1994. Satu per satu bocah SD melontarkan pertanyaan polosnya masing-masing. Pertama dari Papua, lanjut Kalimantan, hingga ke berbagai pulau lain dan Sulawesi.

Seorang bocah pun menanyakan hal unik dan membuat Pak Harto tercengang. Bocah bernama Hamli punya pertanyaan yang paling unik.

"Nama saya Hamli dari Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Banggai. Saya mau tanya, mengapa Presiden di Indonesia cuma satu? Padahal Indonesia sangat luas," katanya, seperti dikutip brilio.net dari kanal YouTube HM Soeharto, Kamis (1/7).

Sontak gelak tawa memecah keheningan. Ibu Tien tepat di samping Presiden Soeharto pun ikut tertawa.

<img style=

foto: YouTube/HM Soeharto

"Presiden itu hanya satu untuk memimpin negara dan bangsa. Nanti kalau ada dua atau tiga, lantas berjalan tidak baik. Banyak pemimpin, banyak kapten, kemudian lantas negara menjadi rusak," jawab Soeharto.

Presiden Soeharto pun melanjutkan penjelasannya dengan terus mengurai senyum dan bahasa yang dapat diterima anak-anak.

"Tapi terang bahwasanya presiden yang satu ini hanya melaksanakan apa yang diputuskan oleh rakyat melewati MPR. Walaupun satu tapi sebenarnya terikat. Terikat pada garis besar negara, terikat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945. (Presiden) Satu saja untuk lima tahun, nanti dipilih lagi, begitu seterusnya," terang Soeharto.

Pak Harto lantas menanya balik bocah itu. Pertanyaan Pak Harto langsung membuat suasana hening.

"Kamu kenapa tanya begitu? Kamu siapa yang suruh? Karena hanya ingin tahu saja? Kayak di rumah, bapak kamu hanya satu kan?" tanya Pak Harto sembari tertawa.

"Iya pak," jawab bocah itu.

Kini bocah bernama Hamli dari Banggai, Sulawesi Tengah itu kembali viral. Lantaran video lawasnya mencuat ke media. Dilansir dari kanal YouTube Farhan Perdana, Kamis (1/7), sang pemilik akun pun mencari sosok Hamli dan menemukannya.

<img style=

foto: YouTube/Farhan Perdana

"Halo nama saya Hamli. Saya peserta Gelantara tahun 1994. Yang lagi banyak dibicarakan di YouTube, yang tanya ke Pak Soeharto. Banyak juga yang mengira saya sudah meninggal. Sampai sekarang alhamdulillah saya masih hidup," kata Hamli dalam video di YouTube Farhan Perdana.

<img style=

foto: YouTube/Farhan Perdana

Dalam video tersebut, ia menunjukkan bukti selembar kertas piagam yang menguning termakan usia. Piagam itu menjadi bukti dirinya adalah Hamli, bocah yang bertanya ke Pak Harto dulu.

<img style=

foto: Soeharto.co

Dikutip dari soeharto.co, juga ada sebuah foto memperlihatkan lembaran yang berisikan pidato Presiden Soeharto dalam memperingati Hari Anak Nasional 1994 kala itu.

Ia memberi semangat untuk anak-anak yang mengidap disabilitas supaya tetap semangat. Membangkitkan gelora mengembangkan kemampuan, guna bersaing dengan bangsa-bangsa lain.