Brilio.net - Setelah dua hari melaksankan Media Trip dengan mengunjungi para pelaku UKM seperti LOKAL Hotel & Restaurant, RM Demangan, Photobook Id, Kaloka Pottery dan Yats Colony di hari pertama dan kedua.
Kini media trip dari Instagram yang bertajuk "Peran Instagram Terhadap Bisnis di Yogyakarta" mengunjungi satu-satunya UKM di bidang fashion yang masuk dalam list kunjungan tersebut.
Adalah Lemari Lila, sebuah brand fashion yang diprakarsi Lila Imeldasari, yang juga menggunakan Instagram sebagai salah satu media utamanya untuk memperkenalkan dan mempromosikan berbagai model busananya yang dikenal unik dan antimainstream.
Di dunia fashion, khususnya di Yogyakarta, nama Lemari Lila bukan lagi brand asing di Kota Gudeg ini. Sebagian besar desainnya menggunakan kain khas tradisional Indonesia, seperti batik cap dan kain tenun. Gabungan antara kesan minimalis dan pola tradisional menjadi ciri khas dan identitas Lemari Lila.
Sebelum beralih ke Instagram, dan membuka toko offline di Jalan DI Panjaitan No 45, Mantrijeron, Yogyakarta yang dibuka sejak 2015 lalu, Lila lebih dulu menggunakan Facebook sebagai tempatnya berjualan produk-produk yang ia desain sendiri pada tahun 2010.
"Dulu aku kan memang suka modif-modif gitu kan (memadupadankan baju tradisional dan modern), terus pada suka. Terus bikin usaha aja kali ya," ujar Lila menceritakan awal ide bisnisnya kepada brilio.net, Sabtu (28/7).
Setelah memiliki toko offline, Lemari Lila tak lagi berfokus menggunakan Facebook sebagai media untuk berjualan. Lemari Lila mulai beralih ke website khusus untuk memudahkan para konsumen melihat seluruh koleksi dan melakukan jual beli.
Toko offline Lemari Lila/foto: brilio.net/Nisa Akmala
Meskipun sempat tak mau terbawa arus untuk menggunakan Instagram sebagai media promosinya, namun Lila Imeldasari tak bisa memungkiri bahwa Instagram kini menjadi salah satu media sosial yang berkonstribusi banyak untuk dunia bisnis.
"Aku kan dulu antimainstream, nggak mau punya Instagram. Karena yang punya Instagram anak-anak sekarang kan. Terus suami ku bilang, 'banyak lho yang mulai jualan di Instagram'. Ya udah iseng-iseng bikin, taunya rame," ungkap owner yang akrab disapa Lila tersebut.
Keputusan Lila untuk membuat akun official Instagram bagi promosi Lemari Lila ternyata mempengaruhi penjualan produk-produknya. "Kalau diposting di website biasanya suka lama (lakunya), karena orang malas buat login gitu kali ya. Tapi pas diposting di Instagram, langsung banyak yang respon," tambah perempuan berkacamata ini.
Meskipun memiliki tim yang khusus mengelola website dan Facebooknya, namun khusus Instagram, Lila sering terjun langsung bertindak sebagai admin dan berkomunikasi langsung dengan para konsumennya di Instagram melalui direct message maupun komen.
Selain itu, official akun Lemari Lila juga kerap memosting ulang postingan dari konsumen yang menggunakan produk-produk rancangannya. Hal tersebut dilakukan sebagai tanda untuk menghargai konsumen.
Menjalin interaksi dengan para konsumennya nggak hanya dilakukan Lila dengan membalas pesan dan merepost ulang postingan dari konsumennya. Melalui Insta Stories, Lila kerap mengunggah kegiatan di tokonya.
"Jadi kalau ada konsumen yang datang, kita kasih lihat ke Insta Stories kita biar yang lain tetap terhubung," ungkap Lila.
Kepopularitasan Lemari Lila di Instagram nggak lepas dari beberapa nama selebriti seperti, Dian Sastrowardoyo, Adinia Wirasti dan Morgan Oey yang turut menggunakan produk-produk dari Lemari Lila, yang kemudian mereka unggah ke akun Instagram.
Desain baju yang orisinil dan antimainstream
Menggunakan Instagram sebagai media promosi bukan menjadi satu-satunya kunci sukses Lemari Lila di dunia bisnis fashion. Lebih dari itu, perempuan berusia 45 tahun juga memperhatikan desain-desain baju yang akan ia jual.
Mengusung konsep minimalis yang dipadupadankan dengan kain tradisional, Lemari Lila banyak menampilkan desain baju seperti kebaya, kain lilit dan kaus dengan gambar sesuai identitas Lemari Lila.
Kebaya yang dihadirkan Lemari Lila bukan lagi kebaya dengan desain formal yang biasa digunakan dalam acara-acara formal. Di tangan Lila, kebaya-kebaya dengan motif yang sedang tren disulap menjadi busana dengan gaya kasual yang bisa digunakan dalam kondisi apapun.
"Aku pengen membuat perempuan Indonesia dari berbagai kalangan biar lebih mudah memakai kebaya seperti biasanya kalau mereka pakai jaket," kata Lila.
Salah satu baju dari Lemari Lila/foto: Instagram/@lemarilila
Inspirasi model kebaya Lemari Lila tersebut muncul dari buruh gendong di Pasar Bringharjo, Yogyakarta. Inspirasi tersebut juga membuat Lila menciptakan motif batik bernama 'Mbok Jum' yang menjadi desain paten batik milik Lemari Lila.
"Di buat dari bahan kebaya yang dipakai mbok-mbok. Inspirasinya dari buruh gendong di Pasar Bringharjo. Mereka kok pakai kebaya nggak ribet ya? Kalau kita kok ribet banget," ujar Lila.
Motif batik 'Mbok Jum' yang ada di kain lilit Lemari Lila/foto: Instagram/@lemarilila
Sama seperti LOKAL Hotel & Restaurant, Lemari Lila juga melibatkan para pengrajin lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan produk-produknya dari mulai batik cap, kain tenun hingga stagen yang sudah mulai jarang digunakan.
Lila biasanya mendatangi pengrajin batik di Bantul untuk membuat batik sesuai pesanannya. Kain tenun lurik juga Lila dapat dari salah satu pengrajin kain tenun yang masih menggunakan tenun tradisional di Krapyak, Bantul, Yogyakarta.
Stagen yang sudah mulai langka, didapatkan Lila dari ibu-ibu pengrajin yang masih setia memproduksi stagen yang dikombinasikan dengan motif modern. "Siapa yang mau pakai stagen zaman sekarang? Kita beli gulungan, nanti dipotong. Tapi paling nggak kan produksi mereka nggak berhenti. Ngebantu," ungkap perempuan yang mulai menetap di Yogyakarta sejak 2007 tersebut.
Dibuat dengan desain original dan menggunakan kain-kain tradisional yang sudah mulai langka, wajar jika Lila mematok ratusan ribu rupiah untuk produk-produknya tersebut. Lemari Lila juga memiliki beberapa toko di Jakarta dan di Bandara Yogyakarta yang berada di terminal B.
Tak hanya disukai konsumen lokal, produk-produk Lemari Lila juga berhasil menarik perhatian para wisatawan luar yang berkunjung di Yogyakarta. Meskipun memiliki peluang untuk memasarkan produknya hingga kancah internasional melalui Instagram, namun Lila memilih fokus untuk pasar dalam negeri.
"Aku lebih suka mengedukasi orang Indonesia tentang kain tradisional," pungkas Lila.