Penyebab tantrum

penjabaran mengenai tantrum  berbagai sumber

foto: Unsplash/charlesdeluvio

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya tantrum pada anak yaitu sebagai berikut:

1. Disiplin orang tua yang tidak konsisten

2. Orang tua protektif atau kurang perhatian

3. Tidak mendapatkan cinta dan pehatian yang cukup dari orang tua

4. Terdapat masalah dalam hubungan pernikahan

5. Masalah emosional kedua orang tua

6. Anak pertama kali bertemu dengan orang baru

7. Persaingan dengan saudara

8. Selain itu juga mungkin anak sedang merasa lapar, bosan, atau lelah

Jenis-jenis tantrum

penjabaran mengenai tantrum  berbagai sumber

foto: Unsplash/Helena Lopes

Pada dasarnya, tantrum merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak dalam mengontrol emosi dalam dirinya. Jika perilaku ini tidak didukung oleh keikutsertaan orang tua dalam mengasuh anak secara tepat, maka anak akan belajar menjadi orang yang kasar dan agresif dalam menghadapi sebuah permasalahan. Tantrum juga dapat menjadi masalah yang serius jika orang tua tidak dapat memahami cara anak dalam mengekspresikan emosinya.

Terdapat beberapa jenis tantrum yang sering terjadi pada anak usia prasekolah yaitu:

1. Manipulative Tantrum

Manipulative tantrum terjadi ketika seorang anak tidak memperoleh apa yang diinginkan. Perilaku ini biasanya akan berhenti saat keinginan anak dituruti.

2. Verbal Frustration Tantrum

Jenis tantrum ini terjadi ketika anak tahu apa yang diinginkan, tetapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikan keinginannya dengan jelas. Kemudian, anak akan mengalami frustasi. Tantrum jenis ini akan menghilang seiring dengan perkembangan kemampuan komunikasi anak.

3. Temperamental Tantrum

Tantrum jenis ini terjadi ketika tingkat frustasi anak mencapai tahap puncak sehingga anak menjadi sangat tidak terkontrol dan sangat emosional. Anak akan merasa sangat lelah dan kecewa. Pada tantrum jenis ini, anak sulit untuk berkonsentrasi dan mendapatkan kontrol terhadap dirinya sendiri.

Setiap jenis tantrum tersebut membutuhkan penanganan yang berbeda agar perilaku tantrum tidak terjadi secara terus-menerus dan anak bisa secara perlahan belajar untuk mengendalikan dirinya.