Brilio.net - Setiap bulan Ramadan, umat muslim wajib menjalani ibadah puasa sejak sebelum fajar hingga saat bedug magrib. Biasanya terbit dan tenggelamnya matahari menjadi penentu waktu puasa.
Lalu bagaimana dengan puasa di negara yang mataharinya nggak terbit?
Di Ramadan 2019 ini, ada beberapa negara yang memiliki waktu puasa panjang. Kawasan Skandinavia, Kanada, Rusia, dan Alaska, adalah negara yang berada di atas Lingkaran Arktik, tempat matahari (secara harfiah) tidak terbenam selama berminggu-minggu pada suatu waktu.
Lantaran Ramadan terikat dengan kalender lunar dan bergerak setiap tahun, tempat-tempat tersebut akan mempunyai masalah yang berlawanan selama Ramadan musim dingin, di mana matahari tidak akan terbit selama lebih dari sebulan.
Jika demikian, apa yang harus dilakukan seorang Muslim di Longyearbyen, Norwegia, dan Alaska ketika tidak ada matahari terbit atau terbenam untuk memandu puasa mereka?
Tanpa otoritas pusat atau kepemimpinan seperti Paus Katolik Roma untuk memberikan bimbingan, berbagai cendekiawan Muslim dan organisasi Islam di dunia harus menemukan cara mereka sendiri untuk mengatasi masalah tersebut. Tampaknya, sudah ada satu solusi untuk mengatasinya: abaikan posisi lokal matahari, ikuti waktu matahari terbit dan terbenam yang lebih masuk akal dari tempat lain.
Islamic Centre of Northern Norway, misalnya, mengeluarkan fatwa yang memberi pilihan kepada Muslim lokal untuk mengikuti puasa di Makkah, ketika puasa di negara Skandinavia ini melebihi 20 jam. The Assembly of Muslim Jurists of America membuat keputusan serupa yang mengatakan bahwa umat Islam yang tinggal di titik paling utara Alaska, bisa menggunakan waktu matahari terbit dan terbenam di bagian lain dari negara itu, di mana "siang dapat dibedakan dari malam."
The Council of Senior Scholars di Arab Saudi juga memutuskan bahwa umat Islam 'di negeri di mana matahari tidak terbenam selama musim panas dan tidak terbit selama musim dingin', harus menetapkan waktu puasa berdasarkan 'fajar dan matahari terbenam setiap hari di negara terdekat, di mana malam dapat dibedakan dari siang hari.'
Nah, bagaimana pula dengan puasa seorang astronaut yang sedang tidak ada di bumi? Pada 2007, astronaut Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor, harus memikirkan cara berpuasa selama Ramadan sambil mengorbit Bumi setiap 90 menit dan melalui siklus 16 hari/malam setiap 24 jam.
Department of Islamic Development dan National Fatwa Council Negeri Jiran menyatukan pikiran terbaik mereka dan mengeluarkan sebuah buku panduan yang disebut 'Pedoman untuk Melakukan Ritus Islam di Stasiun Angkasa Luar Internasional'.
Shukor diberi pilihan untuk menunda puasa sampai kembali ke Bumi atau mengikuti waktu matahari terbit dan terbenam di Baikonur, Kazakhstan, tempat Shukor diluncurkan ke antariksa.
Recommended By Editor
- Sempat dikabarkan cerai, Evi Masamba dan Arif Hajrianto akur
- Lama absen dari layar kaca, Dorce ungkap derita sakit serius
- 6 Tahun berlalu, Anggita Sari ungkap fakta kehamilannya sama Enji
- Berbulan-bulan diperiksa, Seungri eks Big Bang Resmi ditahan
- Ratna Sarumpaet ternyata sudah jalani empat kali operasi plastik