Brilio.net - Dunia perkuliahan memang bukan melulu soal belajar di kelas. Pasalnya, di masa kuliah ini juga selayaknya dimanfaatkan untuk mencari banyak pengalaman baru. Pihak kampus juga biasanya memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Mulai dari unit kegiatan mahasiswa (UKM), penawaran beasiswa di dalam dan luar negeri hingga dana penelitian yang lumayan. Semua fasilitas tersebut tentunya bisa dimanfaatkan oleh para mahasiswa untuk mencetak lulusan yang kreatif.

Namun demikian, nggak sedikit yang beranggapan bahwa kesibukan di organisasi bisa menghambat kelulusan mahasiswa. Alhasil, mahasiswa yang tersebut justru terlambat untuk menyelesaikan studinya. Kadang, keterlambatan lulus ini menjadi problema tersendiri. Terutama berkaitan dengan anggapan negatif orang-orang di sekitarnya.

Seringkali, mahasiswa yang lulus dengan cepat dianggap lebih baik dari yang terlambat menyelesaikan studi. Namun tidak demikian menurut seorang dosen bernama Ersa Tri Wahyuni berikut ini. Dosen akuntansi Universitas Padjadjaran (Unpad) ini justru mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan waktu kuliah untuk mencari banyak pengalaman sebagai bekal bersaing di dunia kerja.

Melalui cuitan yang dibuatnya di media sosial Twitter, dosen yang satu ini menjelaskan pentingnya pengalaman selama menjadi mahasiswa untuk bersaing di dunia kerja. Utas tersebut diawalinya dari pengalaman ia menjadi seorang dosen wali bagi mahasiswa.

dosen lulus 3,5 tahun  2019 twitter

foto: Twitter.com/@ErsaTriWahyuni



"S1 lulus 3.5 tahun? Bangga? Jangan bangga dulu... (sebuah utas seorang dosen wali). Kemarin saya perwalian, ketemu dgn mahasiswa/wi smt 7 yg rata rata sedang ambil skripsi plus matkul lain. Kebetulan IPK nya bagus bagus, tapi Lalu saya tanya...," tulis Ersa di awal cuitannya, seperti dikutip brilio.net dari akun @ErsaTriWahyuni, Minggu (25/8).

Dosen Ersa Tri Wahyuni kemudian melanjutkan pertanyaannya. "Dek, udah magang di mana? Belum. Dek international exposurenya apa? Ikut double degree? Exchange? Summer program? Conference di LN? Udah tes TOEFL? Dijawab geleng semua. Saya gemaassss," lanjutnya.

Menurutnya, akan sia-sia jika lulus 3,5 tahun tetapi CV-nya belum terisi pengalaman apapun. Menurutnya, dalam dunia kerja yang terpenting bukan hanya IPK melainkan pengalaman yang pernah kamu terima.

dosen lulus 3,5 tahun  2019 twitter

foto: Twitter.com/@ErsaTriWahyuni



Menurut dosen tersebut, setiap mahasiswa seharusnya memanfaatkan fasilitas kampus, misalnya saja dengan melakukan exchange ke luar negeri. Beberapa kampus juga menyediakan program exchange ke luar negeri dengan bebas biaya administrasi.

Meski tak menyarankan lulus 3,5 tahun tanpa pengalaman, namun bukan berarti harus memaksimalkan waktu kelulusan hingga deadline. Menurut Ersa, mahasiswa S1 wajarnya lulus 4 tahun. Selama proses itu, sebaiknya diikuti dengan mencari pengalaman yang berguna untuk masa depan. Baginya, memang tak ada salahnya lulus kuliah 3,5 tahun, asal sudah kaya pengalaman.

"Boleh aja lulus 3.5 tahun asal memang CV nya udah baguuus. Pernah magang, exchange ke LN, conference atau seminar di LN, nulis ini itu di koran atau jurnal, TOEFL sudah 550, dll," tulisnya.

"Tapi saya aktif jadi panitia ini itu kok bu selama kuliah." oke deh, jadi panitia bagian apa? Kalau cuma jadi staf mulu dan posisinya itu itu aja (misal sarpras, bendahara, dll) yaaa gak akan dipandang istimewa sama calon employer. Semua mahasiswa juga pasti punya extrakurikuler," lanjut Ersa.

dosen lulus 3,5 tahun  2019 twitter

foto: Twitter.com/@ErsaTriWahyuni



Di akhir utasnya, Ersa Tri Wahyuni juga menyarankan untuk memaksimalkan masa kuliah. Namun berbeda cerita kalau mahasiswa dituntut lulus karena permasalahan ekonomi keluarga.

"Jadi kesimpulannya, jangan mau disuruh lulus cepet cepet ha ha ha... Maksimalkan dulu masa kuliahnya, dibuat keren dulu CV nya yaaa... Kecuali memang ada desakan ekonomi dari keluarga harus segera bekerja.. Ya itu sih beda kasus lagi yaaa...," ujarnya.

"Jangan salah tangkap ya. Saya bukan mendeskreditkan anda yg lulus 3.5 tahun. Silakan kalau memang sudah merasa siap dan maksimal. Kalau bisa mencapainya dlm 3.5 tahun, apalagi dgn IPK cumlaude, exposure seabrek, plus international exposure.. Ini ya kereen abiiss," tulisnya.